Kenangan Jalan Penuh Keajaiban Menuju London

Setiap kali menjelang akhir bulan Oktober, seperti sekarang ini, saya selalu terkenang sebuah kisah yang terjadi tiga tahun lalu. Sebuah kisah menarik yang akan selalu terkenang sepanjang masa.

Kisah tentang apa?

Selama ini, kebanyakan teman-teman saya hanya tahu bahwa pada tahun 2013 lalu saya terbang ke London untuk mewakili Indonesia dalam acara Mozilla Festival. Padahal di balik itu, saya sempat hampir tidak bisa berangkat. Ada jalan berliku, tetapi penuh keajaiban.

Saya memang belum pernah menceritakannya secara lengkap di blog ini. Setelah saya pertimbangkan, rasanya tidak ada salahnya sekarang saya berbagi kenangan tentang itu. Mumpung saat ini saya masih ingat.

Oh iya, ini bukan tulisan tentang cara mengurus visa dari A sampai Z. Bukan! 🙂

Keajaiban dimulai ketika pada suatu hari di pertengahan bulan September 2013, tidak lama setelah Nonstop Maker Party 2013 sukses digelar di Surabaya, tiba-tiba saya menerima undangan untuk menghadiri Mozilla Festival 2013 di London, Inggris.

Saya sangat terkejut sekaligus bersyukur karena tidak menduga akan diundang ke acara tersebut.

Setelah keterkejutan saya perlahan sirna, sesaat kemudian saya sempat kebingungan. Bingung mengenai waktu untuk mengurus visa Inggris. Soalnya, pada tanggal 3 Oktober 2013 saya harus terbang ke San Jose, California, Amerika Serikat untuk menghadiri acara Mozilla Summit 2013.

Jika saya mengurus visa Inggris terlebih dahulu sebelum berangkat ke Amerika Serikat, hal itu terbilang beresiko mengingat waktu yang diperlukan dalam proses pengajuan visa hingga selesai tidak bisa diprediksi dengan pasti membutuhkan berapa hari. Belum tentu prosesnya sudah selesai dan paspor saya sudah dikembalikan sebelum tanggal 3 Oktober 2013. Apalagi penyerahan berkas dan pengambilan sidik jari harus dilakukan sendiri di Pusat Aplikasi Visa untuk visa Inggris yang berada di Jakarta.

Akhirnya, saya memutuskan baru akan ke Jakarta untuk mengajukan permohonan visa Inggris setelah saya pulang dari San Jose.

Tanggal 11 Oktober 2013, dua hari setelah tiba kembali di Surabaya, saya berangkat ke Jakarta untuk menyerahkan berbagai dokumen terkait permohonan visa Inggris di kantor VFS Global, perusahaan yang bekerja sama dengan UK Visa and Immigration menyediakan dukungan layanan untuk orang yang mengajukan permohonan visa untuk masuk ke Inggris. Tentunya, sebelumnya saya telah membuat janji bertemu dan melengkapi aplikasi visa secara daring.

VFS sebenarnya menyediakan juga layanan Priority Visa untuk mempercepat proses dengan tambahan biaya yang cukup besar, di luar biaya visa. Sayangnya, layanan tambahan itu hanya tersedia bagi pemohon yang belum pernah ditolak sebelumnya. Saya pernah. Dulu.

Usai pengajuan visa, waktu pun terasa berjalan sangat lambat hari demi hari. Hingga tanggal 20 Oktober 2013, saya belum mendapat kabar kapan paspor bisa saya terima atau ambil. Padahal jadwal saya keberangkatan ke London adalah 23 Oktober 2013.

Di tengah kegelisahan menunggu, tanggal 21 Oktober 2013, saya menerima notifikasi via surel bahwa UK Visas and Immigration telah membuat keputusan terhadap permohonan visa saya. Namun, notifikasi itu tidak seketika melegakan saya. Yang terjadi, saya malah semakin deg-degan.

Soalnya, selain tidak disebutkan secara jelas apakah pengajuan visa saya ditolak atau diterima, juga karena dalam surel notifikasi itu diberitahukan bahwa berkas dokumen (termasuk paspor) dapat diambil kembali di kantor tempat saya mengajukan permohonan dalam empat hari kerja.

Empat hari kerja?! Jika dihitung dari tanggal 21 Oktober, itu berarti sudah tanggal 25 Oktober. Sudah lewat dari tanggal 23 Oktober 2013.

Biar lebih jelas, saya mencoba menanyakannya via telepon ke kantor VFS. Namun, tetap saja saya tidak mendapatkan kepastian kapan paspor saya bisa diambil atau dikirim.

Waduh. Saya jadi makin pusing, bingung, dan agak panik. Festival Director Mozilla Festival dan Event Manager penyelenggara acara pun ikut kebingungan ketika saya mengabarkan soal itu.

Hingga tanggal 22 Oktober 2013 pagi, saya masih belum dapat kabar terbaru mengenai status keberadaan paspor saya.

Saya kemudian berpikir, jika masih berharap mendapatkan visa Inggris untuk terbang ke London sesuai jadwal, kemungkinan paspor saya (dan mungkin beserta visa Inggris) bisa diambil tinggal hari itu saja. Tepatnya, hanya sampai jam buka kantor VFS berakhir.

Akhirnya, siang harinya saya memutuskan terbang ke Jakarta. Memang terbilang agak bertaruh atau mengadu nasib, tetapi saya tidak punya pilihan lain yang lebih baik dari itu. Belakangan, saya bersyukur sekali atas keputusan tersebut.

Hingga saat diminta naik ke pesawat, saya masih belum menerima kabar terbaru dari VFS. Namun, ketika sudah di dalam pesawat dan hendak mematikan ponsel, tiba-tiba ada surel baru masuk. Isinya, paspor saya sudah bisa diambil! Hore, keajaiban!

Saya pun bisa terbang ke Jakarta dengan hati cukup lega. Namun, sebenarnya masih dag-dig-dug juga karena belum tahu saya bisa mendapatkan visa Inggris atau gak.

Setelah mendarat di Bandara CGK T3, ketika saya cek kotak surel ternyata ada surel baru dari VFS yang menanyakan apakah paspor saya tetap akan dikirim via kurir ke Surabaya seperti permintaan semula atau diambil di Jakarta. Langsung saya jawab bahwa akan saya ambil sendiri pada hari itu juga.

Melihat waktu yang sudah mepet dengan jam tutup mereka, saya menelepon pihak VFS untuk menjelaskan saya baru tiba di CGK dan butuh waktu untuk ke kantor mereka yang ada di jalan Jendral Sudirman, Jakarta. Syukurlah, katanya, saya akan ditunggu.

Begitu taksi yang membawa saya dari bandara tiba di depan gedung Plaza Asia, tempat kantor VFS berada pada saat itu, saya langsung bergegas menuju kantor VFS yang berada di lantai 22.

Tiba di depan kantor VFS, saya menyerahkan tanda terima kepada resepsionis. Tidak lama kemudian, resepsionisnya kembali dari dalam kantor sambil membawa map berisi berkas dokumen yang terbungkus kantong plastik.

Saya langsung membukanya. Di dalamnya ada sejumlah salinan dokumen dan paspor saya. Buru-buru saya langsung membuka paspor, selembar demi selembar. Adakah visa Inggris sudah tertera di salah satu lembaran? Ternyata ada!

Visa Inggris untuk saya itu berlaku selama enam bulan dan memang baru diterbitkan tanggal 21 Oktober 2013 di Bangkok. Saya sangat bersyukur bahwa visa itu sudah bisa langsung saya terima sehari setelahnya di Jakarta. Sesuatu yang terbilang sebuah keajaiban lagi.

Saya pun tidak lupa segera memberitahukan kabar baik itu ke berbagai pihak, yang selama ini sama-sama deg-degan menunggu hasilnya.

Kalau dipikir-pikir lagi, meskipun terasa lama sekali, sebenarnya proses permohonan visa Inggris saya tergolong cepat. Hanya 10 hari loh, lewat jalur normal, tanpa menggunakan layanan prioritas.

Setelah sempat mampir ke fX Sudirman, yang berada di seberang jalan, demi mengisi perut dan menukar uang (yang belum saya persiapkan sebelumnya), saya langsung bergegas menuju bandara CGK untuk kembali ke Surabaya.

Waktu itu, saya memang belum menukar uang ke Pound sterling dan menyiapkan koper lantaran belum ada kepastian soal visa saya hingga H-1.

Saya baru mengepak pakaian dan lain-lain sekembali dari Jakarta. Hasilnya, malam itu saya gak tidur sampai pagi hingga saatnya bersiap ke Bandara Juanda. Penerbangan saya dari Surabaya ke London (via Hong Kong) dijadwalkan pukul 8 pagi.

Oh iya, masih ada lagi satu keajaiban tambahan. Saat hendak melanjutkan penerbangan setelah transit berjam-jam, saya baru tahu bahwa penerbangan pada malam itu merupakan penerbangan perdana British Airways dari Hong Kong ke London dengan pesawat terbarunya berjenis Airbus 380!

Akhirnya, tanggal 24 Oktober 2013 pagi hari, saya tiba di London dengan selamat.

Sebuah kenangan jalan panjang penuh keajaiban yang takkan terlupakan!

Print Friendly, PDF & Email