Photography

Ngobrol Soal Digicam di SCFM

Semalam, gw on air lagi! Asiiik! ๐Ÿ˜ณ :mrgreen: Kali ini di SCFM, Surabaya. Tepatnya di acara “Don’t Miss It”-nya CCI & SCFM yang berlangsung saban Rabu, 20.00-22.00 WIB. Gw didampingi Rezi dan Sony dari CCI serta Sonny, penyiar SCFM. Oh ya, topik kemarin soal Digital Camera! ๐Ÿ˜‰

Wuih, gak nyangka ternyata banyak juga responnya, baik lewat sms maupun telpon langsung! ๐Ÿ˜ฏ :mrgreen: Sampe suara gw ampir abis lantaran mesti menjawab satu persatu pertanyaan yang masuk itu… โ— bolak-balik gw minum air putih yang disediakan biar tenggorokan gw lancar lagi… :mrgreen: Maklum… udah lama gak ngomong panjang lebar kayak gitu… ๐Ÿ˜Ž :mrgreen: apalagi sampai 2 jam gitu! he he he :mrgreen: Untunglah, suara gw tetap aman-aman aja sampai kelar acara.. :mrgreen:

Btw, thanks buat yang dengerin gw ngobrol di acara itu semalam dan thanks juga untuk Rezi yang udah undang gw! ๐Ÿ˜‰ :mrgreen:

(Sekedar) Berfoto Hitam Putih di Dolly

Dolly Hitam Putih

Hitam putih memang biasanya dipilih dalam membuat rangkaian foto yang bercerita atau essay photo. Konon, hitam putih bisa lebih kuat dalam bercerita, tanpa terganggu dengan godaan berbagai macam warna lain. Seharusnya, tak salah seorang fotografer bernama Trisnadi memilih hitam putih untuk menampilkan foto-fotonya soal prostitusi, khususnya di lokalisasi Dolly (salah satu lokalisasi di Indonesia yang disebut-sebut terbesar di Asia Tenggara) Surabaya, yang dirangkum dalam buku berjudul “Dolly Hitam Putih Prostitusi”. ๐Ÿ˜‰

Membuka halaman demi halaman buku setebal 72 halaman ini akan terkesan kalau sang fotografer tergolong cukup dekat dengan lingkungan beserta penghuninya yang sedang coba diceritakannya lewat rangkaian foto-foto hitam putih dan sejumlah puisi karya dari Dorothea RH. Kedekatan dengan objek yang difoto biasanya jadi salah satu kunci sukses dalam menghasilkan foto esai. Sang objek tidak akan malu-malu dalam berekspresi secara natural dan normal ketika difoto. Seharusnya ini merupakan modal yang sangat bagus…

Seharusnya pula buku yang diterbitkan GagasMedia ini bisa disebut sebagai suatu terobosan dan alternatif di tengah serbuan buku-buku bergenre chicklit atau liputan berbau kehidupan seksual ala Jakarta Undercover-nya Emka. Terobosan karena terbilang jarang ada buku lokal dengan menu utama berupa karya fotografi, hitam putih pula. Seharusnya bisa tampil menggigit… ๐Ÿ˜Ž

Sayangnya… tidak begitu. ๐Ÿ˜ Sayangnya foto-foto yang ditampilkan dalam buku ini -meskipun hitam putih- terkesan kurang kuat, sehingga tidak bisa bercerita banyak tentang Dolly dan penghuninya dalam keseharian secara utuh. Hanya sepotong-sepotong. Apalagi beberapa kali ada pemuatan foto yang hampir sama. Apalagi banyak yang ditampilkan dalam ukuran kecil…

Dan satu hal yang sangat mengganggu dari sudut sebuah karya foto adalah adanya coretan sepidol berwarna perak untuk menutupi wajah-wajah orang yang ada dalam foto dan itu dilakukan pada hampir semua foto yang ditampilkan! Sangat mengganggu! ๐Ÿ˜ก

Mungkin pencoretan itu punya niat baik, dalam hal melindungi privacy objek yang di dalam foto itu. Mungkin begitu, tetapi untuk sebuah buku yang menawarkan foto-foto sebagai menu utama, jelas sangat mengganggu. Kalau memang niatnya melindungi privacy objek atau orang-orang di lingkungan, seharusnya sudah sejak pemotretan hal itu dilakukan. Sebagai seorang fotografer yang sudah berpengalaman, seharusnya Trisnadi sangat tahu akan teknik-teknik untuk itu. Menyamarkan identitas orang yang dipotret tanpa merusak nilai dan cerita sebuah foto hitam putih… ๐Ÿ˜‰

Di samping itu, pemuatan sebuah tulisan mengenai curhat provokator berjudul “Seorang Provokator dan Seorang Pelacur” dalam buku ini terasa dipaksakan untuk dikaitkan dengan soal prostitusi. Apakah tidak ada tulisan lain ya? Haruskah memuatnya? ๐Ÿ˜ˆ

Oh ya, kalau hanya lihat dari covernya, sepertinya pembeli buku ini tidak akan menyangka kalau ternyata isinya berupa foto-foto dan puisi. Bukan tulisan berbentuk liputan soal kegiatan prostitusi di Dolly… ๐Ÿ™„

(thanks buat Lucky yang sudi ‘meminjamkan’ buku ini… [puas loe?! :P] Thanks ya! :P)

Medali Perak (untuk) Krisdayanti

SFI 2004
Kemarin malam sekitar jam 18.00, tiba-tiba ada sms masuk.. dari teman gw, Kristupa. Isinya:
Fotomu 1 masuk final, gambar KD difoto pakai HP. Kandidat penghargaan atau medali

๐Ÿ˜ฏ Hah?! Asli gw kaget berat baca sms itu! Surprise! ๐Ÿ˜ฏ Gw sampai terdiam bebarapa saat… udah gitu, sms itu sempat gw baca beberapa kali.. seperti gak percaya… ๐Ÿ™„ Kandidat penghargaan atau medali?!! Kayak mimpi aja! ๐Ÿ™„ ๐Ÿ˜ฏ

Sekitar 15 menitan kemudian, pas gw udah on the way ke lokasi penjurian, eh ada sms masuk lagi yang isinya:
Barusan selesai penjurian. Kayaknya foto itu dpt perak.
What?! Medali Perak?! ๐Ÿ˜ฏ Wuih… gw surprise lagi! ๐Ÿ˜ฏ Gileee, kejutan yang luar biasa bagi gw! Gak nyangka deh… ๐Ÿ˜ณ :mrgreen:

Beneran, gw gak nyangka ada foto gw yang bisa lolos di Salon Foto Indonesia 2004, Surabaya! Dapat Medali Perak pula! Padahal bisa nembus penjurian aja (Diterima atau accepted) udah sukur-sukur, mengingat para jagoan-jagoan fotografi pasti mengirim foto-foto seni terbaik mereka ke ajang itu… ๐Ÿ™„ Eh, ini bisa sampai meraih Medali Perak untuk kategori Cetak Warna! :mrgreen: Apalagi udah lama banget gw gak ikut. Dulupun dua kali ikut gak dapat apa-apa… Sekarang, siapa gak kaget tiba-tiba dapat Medali Perak?! Serasa gak percaya deh…. ๐Ÿ˜ณ

Asal tahu aja, ‘hadiah’ dari Salon Foto Indonesia bukan berupa uang ataupun piala, melainkan berbentuk semacam status berbentuk point, yang terdiri dari Diterima (accepted) (1 point), Penghargaan (2 point), Medali perunggu (3 point), Medali perak (4 point), Medali emas (5 point), Special award (1 point), dan Pasangan terbaik (2 point). Entar kalo jumlah pointnya sudah mencapai 30 bisa ditukar dengan gelar fotografer berprestasi, yaitu Artist of FPSI 1 star (ditulis A.FPSI*). Untuk kelipatannya, bintangnya akan bertambah menjadi A.FPSI** dan seterusnya… ๐Ÿ˜‰

Balik soal keikutsertaan gw di Salon Foto Indonesia yang tahun 2004 ini berlangsung di Surabaya dan diadakan oleh Martografi (klub fotografi Universitas Petra, Surabaya). Pas tiba di lokasi penjurian, gw lihat di pengumuman hasil penjurian.. eh, ternyata foto gw satu lagi yang berjudul “The Maestro” lolos penjurian juga dan dapat “Diterima (accepted)”… Total foto yang gw kirim ada 3. Yang menang Medali Perak itu judulnya “Lomba Motret”. Sementara satu foto lainnya yang gak nembus penjurian awal adalah “The Guitarist”. Gak pa-pa deh. Bisa lolos dua udah senang banget! :mrgreen: ๐Ÿ˜ณ ๐Ÿ˜‰ ๐Ÿ™‚

Oh ya, buat Krisdayanti, tengkyu ya! Kapan konser lagi? Hi hi hi… :mrgreen: ๐Ÿ˜ˆ

(Update: tadi malam barusan pas lagi ditraktir bareng-bareng sama si Yuyung Abdi atas Medali Emas-nya di kategori Jurnalistik, Kristupa terima kabar via sms langsung dari lokasi penjurian kalo dia meraih Medali Emas di kategori Black and White (BW)! ๐Ÿ˜ฏ Congrats! … dan menu traktiran pun bertambah… :twisted:)

Begini ini workshop kemarin

Dari one day workshop: Digital Camera-nya 89.35 Hard Rock FM & Fortim kemarin (18 April 2004):
workshop
Model-model dari OQ Modelling lagi dibikin kedinginan ๐Ÿ˜€

workshop
Ini dia, para pengusung backdrop yang cinta berat (difoto) dengan kamera digital! ๐Ÿ˜†

MOSSAIK Press Photo Contest 2003

Buat yang doyan motret, ada info lomba berhadiah 10 juta nih! ๐Ÿ˜‰

MOSSAIK PRESS PHOTO CONTEST 2003

A.PERSPEKTIF TEMA PHOTO :
Tema dasar foto adalah
“KESEHARIAN MASYARAKAT KITA”
Foto-foto meliputi atau menggambarkan :
1. Kepedulian sosial Masyarakat Kita
2. Penghormatan Terhadap Tradisi

B. PENYELENGGARAAN :
Lomba dibuka mulai 1 Oktober 2003 hingga 1 Desember 2003 (cap pos).
1. Peserta : Peserta adalah fotografer Indonesia, baik freelance maupun fotografer yang terikat atau bekerja pada sebuah media massa serta masyarakat umum.
2. Penjurian pada 8 Desember 2003, pukul 10.00 wib, di gedung Suara Surabaya Media, lantai 1.
3. Pengumuman pemenang melalui media cetak pada 15 Desember 2003.
4. Penyerahan hadiah pada 26 Desember 2003.
5. Pameran pada 26 Desember 2003 – 4 Januari 2003.

DEWAN JURI :
1. Oscar Motuloh (Galeri Foto Jurnalistik Antara).
2. Nicolas Cornet (Fotojurnalis Perancis)
3. M. Ismuntoro (Fotojurnalis Mossaik)

HADIAH :
A. Juara I : Uang tunai Rp. 10.000.000,- + trophy + kamera digital
B. Juara II : Uang tunai Rp. 7.500.000,- + trophy + kamera digital
C. Juara III : Uang tunai Rp. 5.000.000,- + trophy + kamera digital

Informasi lebih lengkap bisa dilihat di sini atau kirim e-mail ke panitia. ๐Ÿ™‚