Travel

Panning Aircraft

Panning Aircraft 01

Beberapa hari lalu, sambil menunggu kedatangan pesawat Batavia Air (yang terlambat dari jadwal semula) di Gorontalo untuk keberangkatan ke Surabaya, tiba-tiba saya jadi ingin memotret pesawat dengan teknik panning. Kebetulan jarak ruang tunggu di Bandara Jalaludin Gorontalo dengan landasan tidak terlalu jauh, terutama jika dibandingkan dengan jarak di Bandara Juanda, Surabaya, sehingga dengan lensa 28-200mm sudah bisa menjangkau objek pesawat yang ada di landasan dengan cukup jelas.

Terus terang, memotret pesawat dengan teknik panning belum pernah saya lakukan sebelumnya. Kebetulan ada dua jadwal kedatangan pesawat lain sebelum Batavia Air. Yaitu, Merpati Nusantara Airlines dan Express Air. Lumayanlah buat latihan. 😉
Continue reading…

Penerbangan Batavia Air dari Gorontalo ke Surabaya

batavia-b200-gtlo

Selama beberapa tahun belakangan ini, penerbangan dari Gorontalo ke Surabaya hanya dilayani oleh pesawat milik Sriwijaya Air dan Lion Air. Namun sejak 30 November 2008 lalu, ada alternatif baru dengan dibukanya rute Gorontalo – Surabaya (via Makassar) oleh Batavia Air. Sayangnya, untuk rute sebaliknya (Surabaya – Gorontalo) tidak sekalian dibuka.

Menurut jadwal resminya, Batavia Air terbang jam 13.50 WITA dari Gorontalo dan tiba di Surabaya pada 18.00 WIB. Dibandingkan dengan Sriwijaya Air dan Lion Air, jam keberangkatan yang dipilih terbilang paling siang. Jadwal yang menarik bagi yang tidak ingin bangun pagi banget (kalau naik Sriwijaya Air) dan masih ingin makan siang di Gorontalo.
Continue reading…

Jarak Antar Kursinya Wings Air dan Lion Air

Untuk ke Gorontalo, sebenarnya saya agak enggan naik pesawat Wings Air / Lion Air. Kenapa? Pertama, karena jadwal terbangnya dari Surabaya yang sekitar pukul 06.30 WIB itu terlalu pagi bagi saya 😛 . Kedua, rata-rata jarak antar kursi dalam pesawat MD-82 dan MD-90 yang digunakan Wings Air / Lion Air sangat tidak nyaman bagi yang bertubuh lumayan tinggi seperti saya.

Makanya beberapa kali terakhir waktu pulang ke Gorontalo dari Surabaya, saya lebih memilih naik Sriwijaya Air karena jam penerbangannya sore hari dan jarak antar kursi di pesawat Boeing 737-200 yang digunakannya sedikit lebih friendly bagi saya.

Sayangnya, belakangan ini jadwal penerbangan Sriwijaya Air dari Surabaya ke Gorontalo berubah. Dari Surabaya jadwalnya menjadi pagi sekali sekitar jam 06.00 WIB, kemudian singgah di Makassar sekitar enam jam (!) baru terbang ke Gorontalo pada sore harinya.
Continue reading…

Tanpa Fuel Surcharge?

Sudah beberapa tahun terakhir ini fuel surcharge menghantui para penumpang pesawat. Dengan berlindung di balik alasan harga avtur yang semakin naik (pada waktu itu), maskapai-maskapai penerbangan ramai-ramai dengan seenaknya mengenakan fuel surcharge sebagai tambahan atas biaya ‘terbang’ yang harus dibayar oleh penumpang.

Kenapa seenaknya? Karena fuel surcharge yang dikenakan oleh setiap maskapai penerbangan berbeda-beda jumlahnya meskipun untuk rute yang sama, tanpa ada penjelasan mengenai dasar perhitungannya. Dan jumlahnya pun bisa naik sewaktu-waktu. Sama dengan tarif dasarnya yang juga bisa berubah sewaktu-waktu.

Seiring dengan turunnya harga minyak di pasaran dunia, termasuk harga avtur, sebenarnya sudah ada perintah dari pejabat terkait agar para maskapai penerbangan itu juga menurunkan jumlah fuel surcharge yang dikenakan kepada penumpang. Tapi rupanya perintah itu hanya dianggap angin lalu. Fuel surcharge tetap tegar berjaya.

Namun untungnya tidak semua maskapai tutup mata soal fuel surcharge. Ternyata ada maskapai penerbangan yang cukup pintar memanfaatkan momentum itu untuk kepentingan strategi marketing. Continue reading…

Iklan Penerbangan AirAsia dengan Airbus A320

AirAsia A320

Membaca berita singkat di Kompas kemarin (25/9) soal pesawat Airbus A320 milik Indonesia AirAsia yang katanya “akan melayani rute domestik, di antaranya Jakarta-Batam, Jakarta-Padang, Jakarta-Balikpapan, dan Jakarta-Denpasar”, saya jadi teringat dengan iklan maskapai itu di harian Jawa Pos beberapa minggu lalu. Kayaknya dalam iklannya itu menyebut-nyebut rute penerbangan Indonesia AirAsia dengan Airbus A320 dari dan ke Surabaya, tapi kok dalam berita itu hanya rute dari dan ke Jakarta saja? Hmm…

Karena penasaran, saya coba mencari Jawa Pos yang memuat iklan itu di tumpukan koran di rumah saya. Akhirnya ketemu juga iklan yang saya cari. Ternyata ada di Jawa Pos edisi Senin, 8 September 2008 halaman 10. Judul iklan itu adalah “Terbang dengan Airbus A320 Terbaru Kami, Nikmati Rute-Rute Penerbangan Kami Dengan Airbus A320 Terbaru Dan Rasakan Sensasinya!” Di bawahnya dilanjutkan dengan keterangan tarif rute Surabaya-Jakarta dan beberapa penerbangan lainnya dari Surabaya dan dari Kuala Lumpur untuk periode penerbangan 13 Oktober – 13 Desember 2008. Melihat iklannya, awalnya saya menyangka bahwa rute yang dimaksud dengan “Terbang dengan Airbus A320 Terbaru Kami” adalah rute-rute yang dicantumkan dalam iklan itu. Tapi, apakah betul demikian? Kok tidak disebutkan dalam berita di Kompas tadi? 🙄
Continue reading…

Airbus A319 ke Gorontalo

Akhirnya, Airbus A319 datang ke Gorontalo. Setelah sempat tertunda sekitar lima hari dari rencana semula, Sabtu kemarin (20/9) pesawat Airbus A319 yang dioperasikan Batavia Air jadi juga terbang ke dan dari Gorontalo. Saya sempat kuatir akan tertunda lagi. Namun kabar via SMS dari adik saya di Gorontalo soal jadi masuknya Airbus A319 menepis kekuatiran saya. Istri saya pun bisa dengan lancar ikut penerbangan hari kedua dari Jakarta pada hari Minggu pagi kemarin.

Masuknya Airbus A319 ke Gorontalo menjadi menarik karena selama beberapa tahun belakangan ini, setahu saya, jenis pesawat yang rutin mendarat di kota yang sudah menjadi provinsi itu rata-rata tergolong generasi lama. Sebut saja seperti Boeing 737-200, Boeing 737-300, MD-82, dan MD-90. Apalagi, menurut catatan Airfleets.net, pesawat Airbus A319 itu baru beroperasi mulai 2006. Bandingkan dengan keempat jenis pesawat lain tadi yang rata-rata umurnya sudah di atas 20 tahun, kecuali MD-90 sekitar 10 tahunan (berdasarkan catatan Airfleets.net).
Continue reading…