Beberapa tahun belakangan ini berduyun-duyun sederet artis musik tanah air merilis album repackage, yang rata-rata isinya terdiri dari dua atau tiga lagu baru dan sisanya lagu-lagu lama dari album yang sudah dikeluarkan sebelumnya. Singkatnya, seperti beli album lama bonus lagu baru. Atau beli lagu baru bonus album lama? Ah, kurang lebih begitu deh…
Lihat saja seperti album Repackage Selamat Pagi, Dunia! dari Glenn Fredly, Seribu Tahun Repackage dari Jikustik, Langkah Baru-nya Radja, Repackage Cahaya-nya KD, 20-02 Repackage-nya Audy, Ello – Repackage-nya Ello, dan 1st Repackage-nya Maliq & D’Essential.
Konsep serupa namun dalam versi yang sedikit berbeda bisa ditemukan pada album Iwan Fals In Love-nya Iwan Fals, Ratu & Friends-nya Ratu, Semua Jadi Satu-nya 3 Diva, dan The Best of-nya Cokelat. Keempatnya sama-sama menawarkan hanya 1 hingga 3 lagu baru dan sisanya lagu-lagu lama yang diambil dari beberapa album mereka sebelumnya (kecuali pada album Ratu & Friends yang mengumpulkan lagu-lagu lama dari sederet artis lainnya). Memang ada sedikit perbedaan dengan album yang pure dilabeli repackage, tetapi kan sama-sama hanya menawarkan kurang dari lima lagu baru… 🙂
So, apa sih sebenarnya maksud peluncuran berbagai album repackage itu?
Glenn Fredly: Album Repackage ini Glenn persembahkan buat para penggemar yang sudah mendukung Glenn hingga suksesnya album Selamat Pagi, Dunia! (sumber: Sony BMG)
Ello: Album repackage ini adalah bukti dari gue, bahwa gue ingin mengeksplorasi diri gue dalam musik lebih luas lagi. (sumber: Gatra.com)
Angga (Maliq & D’Essential): Penjualan album pertama masih bagus, sayang kalau diputus dengan merilis album kedua. (sumber: Jawa Pos)
Alasannya memang cukup beragam, tetapi sepertinya semuanya masih mengambang, kurang jelas. Kalo menurut gw sih, peluncuran album repackage itu sebenarnya merupakan salah satu strategi perusahaan rekaman dalam menjual single di Indonesia. Single? Jomblo? Bukan! 😛
Single yang umumnya berupa kaset atau CD berisi hanya satu atau dua lagu baru dan kadang-kadang ada bonus lagu lama versi live atau remix tidak begitu dikenal di sini. Namun begitu, meluncurkan kaset atau CD single bukannya tidak pernah dilakukan oleh artis musik Indonesia. Setahu gw dulu memang pernah ada beberapa yang mencoba merilis lagunya dalam bentuk rekaman single ke pasaran yang sayangnya gw lupa siapa nama penyanyinya. Tetapi nampaknya kurang laku. Lihat saja sekarang, apakah ada kaset atau CD single dari artis musik Indonesia di toko-toko? Bisa jadi karena kita pada umumnya lebih suka membeli album yang isinya banyak biar gak merasa rugi. Apalagi harga yang dipatok gak beda jauh antara kaset/CD single dan kaset/CD album.
Makanya kehadiran konsep album repackage seakan menjadi jalan keluar yang ampuh dalam menjajakan single. Di atas kertas, album repackage sama-sama menawarkan keuntungan bagi perusahaan rekaman dan pembeli. Dari sisi perusahaan rekaman, mereka cukup membiayai rekaman 1-2 lagu baru kemudian membandrolnya dengan harga normal untuk satu album. Sementara di sisi lain, pembeli gak merasa rugi membeli album repackage karena bisa dapat lagu baru sekaligus lagu lama dari sang penyanyi favoritnya. Kalo sudah gini, gak heran album repackage bakal terus diluncurkan.
Kalo boleh berpesan ke perusahaan rekaman, perlu diperhatikan agar waktu rilis antara album biasa dengan album repackage dari sang artis tidak terlalu berdekatan. Kalo gak gitu, bisa-bisa yang selalu ditunggu adalah album versi repackage, sementara album versi ‘normal’ malah gak laku di pasaran…
mm.. ini dominasi mayor lebel 😕
Oh, begitu toh sejarahnya.
Kalo begitu, aku nanti donlot mp3 album repackage sajah
Semuanya demi bisnis, bisnis dan bisnis, omong kosong jika buat penggemar. Pasti demi duitnya.
disini kalo beli singlenya doank,, bisa 3 ero… padahal paling cuman 1-3 lagu…
*sekedar info*
Hi Ben!
Biasanya gw malah nyari mp3-nya lagu2 baru yang cuma 1-3 lagu itu.
Rugi beli 2 album yang sama 😀
strategy marketing dan mungkin kurang kreatif 🙂
yup…saya setuju tuh, repackage emang strategi buat memasarkan single.
Hmm..tapi instead of jual repackage gitu, apa ga lebih baik jual mp3 aja ya?
ngapain beli albumnya, download aja di MIRC, mp3 lagu indonesia apa aja ada.
Menurut gw rilis album repackage itu keterlaluan, soalnya gw udah beli album yang pertama. Masa harus beli lagi cuma demi 4 lagu? mendingan rilis single deh 🙁
Well, gw se7 bgt kalo di Indonesia ni mulailagi dibuat CD single. Males bgt gt harus beli album repacaged yang cuma ngasih 2 or 3 lagu baru. Memang sih cover albumnya bisa beda, tapi toh isi 3 per 4 lagunya sama. Lha terus CD sebelumnya yang udah kebeli mau diapain?
Coba liat aja di luar negeri sono. Kebanyakan CD single lebih alku kejual daripada CD album. Example, album Rihanna, Good Girl Gone Bad cuma kejual 1 jutaan kepinga di Amerika tok, sementara CD single-nya bisa kejual sampai jutaan keping. Bayangin aja keuntungan ganda yang didapet. Biarpun CD album kejual dikit, tapi kalo CD single kejual lebih buanyak, berapa ya keuntungan yang didapet? Yah, itu sih analisis gw doank.
Masa sih Indonesia kalah sama negara luar soal urusan musik? Jujur, gw BT bgt kalo harus bli CD album sementara lagu yang gw suka cuma 1 or 2 tok. Yang laen gak pernah gw denger!
Kalo aja ada model Digital Download, pasti gw langsung beli. Bukannya munafik sih, tapi gw coba bwt gak jadi penikmat barang bajakan…
Yap, s7 banget kalo Indonesia harus buat perubahan dalam konsep penjualan album / lagu!
Masa kalah sama negara luar yg bisa buat CD single atau bahkan digital download?
Pangsa pasar musik di Indonesia ga kalah besar kok dengan negara lain. Toh juga format CD single sudah lebh modern dari sebelumnya. Dulu hanya ada 1 ato 2 lagu plus tambahan lagu lama dari artis yang bersangkutan atau versi remix-nya. Sekarang bisa ditambah dengan video dari single dalam album yang dirilis atau lebih dikenal dengan istilah enhanced CD.
Coba aja lihat konsep CD single Agnes Monica yang dirilis sekitar setahun lalu (2008). CD tersebut hanya berisi 2 lagu utama, Matahariku dan Godai Aku Lagi. Tapi yang lebih menarik lagi dalam CD tersebut juga ada video musik untuk 2 single tersebut (meskipun ada embel2 iklan provider-nya). Dengan harga jual yang relatif terjangkau sekitar < Rp. 20.000,- saya pikir sepadan lah untuk harga dan CD single yang didapat…
Iri juga sih liat negara lain bisa punya CD single. Misalnya saja Taiwan atau Korea. Jumlah penduduk n luas negara saja lebih kecil dari Indonesia, tapi disana dirilis CD single. Ya memang si pastinya ada banyak pertimbangan juga kenapa pihak label tidak merilis CD single di Indonesia. Mungkin alasan daya beli masyarakat n pembajakan jadi faktor utamanya…
Please Indonesia, negara lain aja punya official chart untuk musik, kenapa Indonesia ga punya??? Amerika punya RIAA, Australia punya ARIA, Inggris punya BPI, Selandia Baru punya RIANZ. Lha Indonesia??? At least kan bisa dijadikan patokan juga dalam penghitungan penjualan album atau radio airplay untuk chart2 dunia…
Viva musik di Indonesia!!! ^^