Ketika pertama kali mendengar kabar bahwa maskapai penerbangan Batik Air akan menyajikan inflight entertainment atau hiburan semasa terbang bagi penumpangnya, saya langsung penasaran. Bukan, bukan karena saya kekurangan hiburan.
Saya penasaran dan tertarik ingin mencoba langsung fasilitas di Batik Air itu karena, setahu saya, selama ini Garuda Indonesia menjadi satu-satunya maskapai penerbangan Indonesia yang mempunyai hiburan semasa terbang. Itu pun tidak tersedia dalam semua penerbangan. Penerbangannya yang menggunakan pesawat tipe ATR 72-600 dan Bombardier CRJ1000 NextGen, misalnya.
Apakah Batik Air dapat menyajikan menu hiburan selama penerbangan lebih baik dari yang ditawarkan oleh Garuda Indonesia? Itulah yang saya ingin ketahui. Khususnya, menyangkut nasib konten musik Indonesia di dalamnya.
Oh ya, dulu saya pernah menulis di Yahoo Indonesia OMG mengenai nasib musik Indonesia di Garuda Indonesia dan beberapa maskapai penerbangan asing.
Akhirnya, kesempatan itu datang. Ketika belum lama ini saya harus melakukan perjalanan dari Jakarta ke Gorontalo (via Makassar), ada penerbangan Batik Air yang tersedia untuk rute itu.
Setelah pesawat Boeing 737-800 NG yang digunakan untuk penerbangan ini mengudara dan menu inflight entertainment sudah bisa diakses, saya mulai menelusuri konten di dalamnya lewat layar sentuh.
Panel layarnya cukup besar. Selain soket untuk earphone atau penyuara kuping (yang dijual tersendiri alias tidak disediakan gratis), juga ada tersedia soket USB.
Saat itu, tujuan utama penelusuran saya, tentunya, menemukan keberadaan lagu atau album milik musisi Indonesia dalam saluran hiburan semasa terbang milik Batik Air.
Syukurlah, pencariannya tidak butuh waktu lama. Lewat menu Hiburan – Musik, saya segera menemukan kanal Indonesian. Sesaat, saya merasa lega.
Tetapi, begitu melihat isinya, saya terkejut dan kecewa.
Ternyata di dalam kanal Indonesian itu hanya terdapat dua album Indonesia saja. Yaitu, album Ruang Hati dari Ungu dan Yang Terbaik-nya Ari Lasso. Ya, itu saja. Dua album saja.
Saya tidak menyangka jumlahnya bakal seminim itu. Jauh berbeda dibandingkan dengan jumlah lagu dan album musik Indonesia yang tersedia dalam saluran hiburan Garuda Indonesia.
Sudah begitu, kedua album tadi juga bukan terbilang album baru. Album Ruang Hati-nya Ungu dirilis tahun 2013 lalu, sementara album kompilasi Ari Lasso tadi tercatat diluncurkan setahun sebelumnya.
Nasib musik Indonesia di Batik Air saat ini memang menyedihkan. Kasihan.
Sebagai maskapai penerbangan layanan penuh yang ingin bersaing langsung dengan Garuda Indonesia, sungguh patut disayangkan jika hanya dalam hal ketersediaan konten musik Indonesia saja Batik Air masih belum dapat menandingi. Semoga Batik Air segera memberikan perhatian lebih besar terhadap nasib musik Indonesia.
Di sisi lain, seharusnya pejabat kementerian terkait dan juga pelaku industri musik Indonesia bisa memanfaatkan keberadaan fasilitas hiburan semasa terbang sebagai peluang untuk mempromosikan musik Indonesia secara lebih luas.
Salah satu caranya, misalnya, bekerja sama dengan pihak maskapai penerbangan yang memiliki fasilitas inflight entertainment untuk penyediaan koleksi konten musik Indonesia yang lebih lengkap dan lebih baru.