Belum lama ini, dalam penerbangan ke Jakarta dengan Garuda Indonesia, saya teringat dengan tulisan lama saya tentang nasib lagu Indonesia di kanal hiburan maskapai asing.
Mumpung ingat, saya lantas jadi ingin tahu juga, bagaimana dengan nasib musik Indonesia di penerbangan domestik maskapai kebanggan Tanah Air itu.
Secara logika, seharusnya lebih baik daripada yang tersedia dalam penerbangan milik maskapai asing. Saya pun menelusuri menu yang ada dan berharap menemukan banyak jejak musik Indonesia di dalamnya.
Awalnya, pada saluran Musik, saya menemukan dua kanal yang menawarkan apa yang saya cari. Keduanya adalah “Musik Pop Indonesia” dan “Lagu Indonesia Favorit”.
Kanal “Musik Pop Indonesia” berisi deretan album dari sejumlah penyanyi solo dan grup musik Indonesia seperti Afgan, Irwansyah, Sheila on 7, Ruth Sahanaya, Anggun, Tangga, GIGI, Glenn Fredly, Gita Gutawa, Ungu, Maliq & D’essentials, d’Masiv, Cinta Laura, Agnes Monica, Andien, LLW, Rossa, Killing Me Inside, Cherry Belle, Sammy Simorangkir, dan Luna Maya.
Jumlah yang cukup banyak, apalagi jika dibandingkan dengan lagu Indonesia yang tersedia dalam penerbangan milik maskapai asing.
Tapi sayangnya, yang dihadirkan pada kanal dalam penerbangan Garuda Indonesia itu kebanyakan bukan album terbaru dari musisi bersangkutan. Album milik Afgan, misalnya, yang ditampilkan adalah album pertamanya yang dirilis tahun 2008. Adapun untuk grup musik GIGI, adanya hanya album keluaran 2009.
Sementara kanal “Lagu Indonesia Favorit” menawarkan pilihan album kumpulan lagu-lagu dari beberapa penyanyi generasi zaman dahulu. Mulai dari Endang S. Taurina, Harvey Malaiholo, Eddy Silitonga, Evy Tamala, sampai Rhoma Irama.
(Yang agak aneh, ada album Wining Eleven (2010) dari Yovie & Nuno yang tercampur dengan lagu-lagu lawas itu. Entah apa dasar pertimbangannya.)
Meskipun jumlahnya sudah cukup banyak dan bervariasi, namun secara garis besar, lagu-lagu Indonesia yang dihadirkan dalam saluran hiburan semasa terbang Garuda Indonesia ini masih terbilang kurang jelas untuk kriteria pemilihan dan pembagian kategorinya. Serba campur aduk. Terkesan asal pilih.
Idealnya, sebaiknya ada dua kategori utama: lagu/album terbaru dan nostalgia. Untuk kategori “Terbaru” dibatasi hanya untuk lagu/album yang dirilis tidak lebih dari 6-12 bulan terakhir. Kategori “Nostalgia” sendiri bisa dibagi-bagi lagi berdasarkan kisaran tahun. Misalnya, ’70-an, ’80-an, dan ’90-an. Dari situ, kemudian ada penyaringan lagi terhadap lagu atau album musik Indonesia berdasarkan selera umum segmen penumpang yang dibidik oleh Garuda.
Oh ya, jika berdasarkan informasi yang tercantum di buklet mengenai saluran hiburannya, seharusnya ada dua kanal lainnya yang juga memuat lagu-lagu dari dalam negeri. Yaitu, “Indonesian Pop” dan “Lagu Daerah”. Keduanya disebutkan tersedia lewat saluran Radio. Sayangnya lagi, setelah beberapa kali mencari, saya tidak berhasil menemukan dua kanal tersebut pada fasilitas hiburan semasa terbang dalam penerbangan saya saat itu.
Jika saya boleh menentukan koleksi musik di penerbangan Garuda, secara umum, saya akan lebih banyak memilih lagu atau album dari genre pop dan jazz dengan tema tidak berat.
Pada kategori “Nostalgia”, misalnya, saya mungkin akan memilih lagu-lagu seperti “Satu Kayuh Berdua” (KLa Project), “Kangen” (Dewa 19), “Emosi Jiwa” (Yana & Lita), “Sabda Alam” (Chrisye), “Sakura” (Fariz RM), “Pesawatku” (Memes), dan “Satu Lagi” (Emerald).
Bagaimana dengan Anda? Lagu apa saja yang menurut Anda sebaiknya ada di hiburan semasa terbang milik maskapai penerbangan nasional seperti Garuda Indonesia?
Tulisan saya ini dimuat pertama kali di Yahoo Indonesia OMG pada 30 Januari 2013
1 Response
[…] ya, dulu saya pernah menulis di Yahoo Indonesia OMG mengenai nasib musik Indonesia di Garuda Indonesia dan beberapa maskapai penerbangan […]