E-mail Kantor dan E-mail Gratisan

Apa yang diforward oleh Reno dan Enda ke milis id-gmail@googlegroups.com mengenai pesan e-mail ‘tawaran mimpi’ ala Anne Ahira (yang bernada spam) dari orang-orang yang masing-masing menggunakan e-mail pemberian tempat mereka bekerja (sering disebut dengan “e-mail kantor” atau “e-mail perusahaan”) tiba-tiba mengingatkan gw bahwa masih ada saja yang belum memahami dengan baik aturan main penggunaan e-mail kantor. Malah, parahnya dipakai untuk menawarkan bisnis berbasis MLM seperti itu! 😐

Adapun e-mail (account) kantor yang dimaksud di atas adalah e-mail dengan username karyawan yang dilekatkan pada nama domain perusahaan (contoh: orang at namadomainperusahaan dot com).

Kesan negatif atas perilaku kurang sopan via Internet oleh si karyawan -apa boleh buat- seringkali langsung tertuju pada nama (domain) perusahaan yang melekat pada e-mail yang digunakan, walaupun jelas-jelas nama si karyawan tercantum sebagai pengirim dalam pesan e-mail yang dikirimnya. Penyalahgunaan e-mail kantor seperti itu jelas merugikan perusahaan tempat yang bersangkutan bekerja. Setidaknya, kredibilitas perusahaan bisa terganggu. Kesan masyarakat terhadap perusahaan akan cenderung negatif.

Dalam bentuk lain, mereka yang berlangganan milis dengan menggunakan e-mail kantor tidak jarang juga mempermalukan tempat mereka bekerja dengan isi pesan e-mail yang mereka kirim ke milis. Entah sadar atau tidak, sambil mengusung e-mail kantor mereka memamerkan hal-hal yang ‘cukup memalukan’ bagi perusahaan tempat mereka bekerja. Lihat saja, mulai dari yang ringan seperti melakukan top posting, one-liner (hanya mengirim pesan e-mail berisi kata-kata singkat sebaris yang kurang bermakna, seperti: “ya, saya juga”), terlibat dalam flame war (debat kusir), mengeluh soal gaji, mempromosikan MLM dan sejenisnya, hingga meminta serial number software bajakan kepada anggota milis lain secara terbuka! 😯

Konsekuensi dari semua itu adalah sanksi dari kantor, bisa ringan, bisa berat. Apalagi jika sudah ada peraturan perusahaan mengenai penggunaan e-mail pemberian perusahaan kepada karyawan. Apalagi juga kalau ada merasa terganggu dan memasukkan pengaduan kepada pimpinan perusahaan.

Kalau sudah begini, singkatnya, pintar-pintarlah dalam menggunakan e-mail kantor baik ada atau tidaknya peraturan perusahaan soal e-mail. Ada baiknya, ketika harus menggunakan e-mail, pisahkan dengan tegas mana urusan kantor dan mana urusan pribadi. Akan lebih ‘aman’ jika e-mail kantor hanya digunakan dalam mengirim atau membalas pesan e-mail yang menyangkut perusahaan. Misalnya, dalam menjawab pertanyaan client, mengirim laporan kepada pimpinan, dan sejenisnya.

Sementara untuk hal-hal yang tidak menyangkut tempat bekerja alias urusan pribadi, sebaiknya menggunakan e-mail lain yang tidak membawa-bawa nama kantor tempat bekerja. Kalau mau tidak ribet, gunakan saja e-mail gratisan seperti Gmail atau Yahoo! Mail sebagai e-mail pribadi.

Tidak perlu kuatir dicap tidak kompeten hanya lantaran tidak pakai e-mail kantor. Tidak usah peduli omongan orang tertentu yang merendahkan kredibilitas seseorang hanya karena menggunakan e-mail account yang tidak perlu membayar iuran alias gratis. Biarkan saja orang-orang seperti Roy Suryo hidup dalam pandangan seperti itu. Toh, kasus e-mail ‘spam’ yang disinggung di awal tadi sudah membuktikan bahwa kompeten atau tidaknya seseorang, tidak dapat dinilai begitu saja dari jenis e-mail account yang digunakan, melainkan dari isi pesan e-mail yang dikirim! 😎

Buat apa bangga menggunakan e-mail kantor tetapi hanya digunakan untuk menebar mimpi dan ajakan menjadi anak buahnya Anne Ahira? Buat apa juga bangga memamerkan e-mail hasil berlangganan ISP tertentu kalau hanya sering digunakan untuk mengirim ancaman dan menakut-nakuti anggota-anggota milis? 😛