Dua Pendapat Kompas Mengenai Blog

Baru hari ini gw sempat membaca Kompas edisi dua hari kemarin, edisi Minggu, 8 Mei 2005 dan Senin, 9 Mei 2005. Usai melahap semua halaman, gw sempat merasa bingung… 🙄 Terutama ketika mengingat bagian tertentu dari artikel Lebih Nyaman, Lebih Bebas, Lebih Bersensasi… (rubrik “Kehidupan”, Kompas, Minggu, 8 Mei 2005) dan Kolom 8@9: Media Baru (rubrik “Teknologi Informasi”, Kompas, Senin, 9 Mei 2005).

Kebetulan, kedua bagian itu sama-sama menyebut-nyebut soal manfaat blog. Bagian manakah itu?

Selain Friendster, sebut saja situs Blogger, di mana seseorang dapat memuaskan salah satu hasrat terdalamnya untuk berekspresi dan menyatakan tentang dirinya sendiri termasuk deskripsi diri serta foto-foto diri. Namun, tak hanya itu, kebutuhan emosi manusia untuk dipedulikan, diperhatikan, dihargai, dipuji, pun menjadi mudah terpenuhi melalui testimonial dan komentar dari jaringan pertemanan cyber. Semua itu tak harus dinyatakan secara verbal apalagi langsung. Justru kemayaan tersebutlah yang membuat itu semua menjadi terasa nyaman.

Dikutip dari Lebih Nyaman, Lebih Bebas, Lebih Bersensasi…

Sementara bagian dari tulisan di Kolom 8@9: Media Baru yang juga menyinggung soal manfaat berblog adalah sebagai berikut:

Turunan teknologi internet seperti mailing list, e-mail, maupun blog yang di berbagai negara digunakan sebagai sarana efektif untuk berkomunikasi dan tukar-menukar pendapat, di Indonesia menjadi ajang yang sering tidak jelas tujuan dan manfaatnya.

Gw gak tahu apakah penulis kedua artikel yang berbeda hari itu saling berkomunikasi atau tidak. Yang jelas, satunya mempertanyakan manfaat berblog di Indonesia, sementara satunya lagi menyajikan informasi manfaat berblog. Anehnya, yang meragukan manfaat berblog muncul di edisi hari Senin, sementara ‘jawabannya’ sudah terbit di edisi sehari sebelumnya pada media yang sama… 😯

Silahkan saja menuduh gw iseng membanding-bandingkan. Yang pasti gw gak sengaja menemukan hubungan yang agak ganjil antara kedua artikel itu dan bingung. Sebenarnya yang mana sih yang benar-benar mencerminkan pendapat redaksi Kompas yang terhormat? 🙂

Print Friendly, PDF & Email