Saya termasuk orang yang tidak setuju dengan rencana para pengambil keputusan menaikkan harga BBM sebesar 30%. Namun walaupun terus didemo oleh mahasiswa, nampaknya keputusan itu sudah tidak bisa diganggu gugat. Tapi hingga sekarang kapan tepatnya harga BBM akan naik masih simpang siur. Kira-kira kapan atau hari apa ya?
Malam tadi saat mengisi bensin di SPBU dekat rumah, petugasnya sempat bercerita kalau mereka sudah bersiap untuk mengantisipasi lonjakan menjelang kenaikan harga BBM. Dia pun lantas memberitahu kapan kemungkinan harga BBM akan dinaikkan. Ada dua tanggal yang disebutkan. Kalau bukan tanggal ini ya tanggal itu. Kebetulan dua tanggal yang diberikan itu berbeda hari. Di antara keduanya, berjarak tiga hari. Satunya di akhir minggu, satunya di awal minggu.
Mungkin sekilas urusan mau menaikkannya di hari apa pun sama saja efeknya. Mau naikkan di hari Jumat atau Senin, tetap saja sama-sama bikin anggaran pengeluaran pengguna BBM jadi membengkak.
Tapi kalau dipikirkan lebih lanjut, sebenarnya pemilihan hari untuk menaikkan harga BBM juga perlu diperhatikan karena masing-masing ada konsekuensinya tersendiri. Ini dengan asumsi pengumuman kepastian kenaikan harga diumumkan sehari sebelumnya atau biasanya beberapa jam sebelum pukul 00.00 WIB.
Misalnya, kenaikan harga BBM dilakukan pada hari Jumat, berarti pengumumannya disiarkan pada Kamis sore atau malam. Karena hari Kamis merupakan hari kerja, maka bisa jadi mereka yang baru pulang dari kantor akan langsung singgah di SPBU terdekat untuk antre membeli BBM dengan harga lama untuk terakhir kalinya. Antrean panjang nan gila-gilaan pasti akan terjadi di semua SPBU. Kemacetan di jalan-jalan sekitar SPBU sudah pasti ikut terjadi. Padahal katanya kemacetan bikin konsumsi bensin atau solar oleh kendaraan jadi boros.
Bagaimana jika kenaikan harga BBM dilaksanakan pada hari Senin? Untuk pengumumannya mungkin akan dilakukan pada hari Minggu sore atau malam. Dampaknya? Mungkin dampak kemacetan dan antreannya tidak akan separah dibandingkan hari lain mengingat hari Minggu merupakan hari libur. Biasanya pada hari Minggu banyak orang yang keluar kota atau menghabiskan waktu dengan keluarga di rumah atau di mal sehingga mungkin membuat tidak semua orang langsung datang ke SPBU untuk ikutan mengantre.
Jadi, untuk menghindari dampak kemacetan dan penumpukan antrean di mana-mana sepertinya hari yang tergolong tepat menaikkan harga BBM adalah hari Senin. Eh, tapi kenaikan sebesar 30% bisa jadi mengubah segalanya, bisa jadi orang-orang tetap akan berduyun-duyun memadati SPBU tidak peduli hari apa harga BBM diumumkan.
Mungkin ada pendapat lain?
Pendapat 1: Tanggal 20, Perayaan 100 tahun Kebangkitan Negeri dirayakan dengan kebangkitan harga BBM.
Pendapat 2: Tanggal 21, Perayaan 10 tahun Longsornya si Mbah dirayakan dengan naiknya biaya hidup, untuk meningkatkan ilusi bahwa “sepeninggal si Mbah, hidup mangkin daripada sulit.”
Pendapat 3: Tanggal 29, Dua tahun menyemburnya Lumpur Porong yang menyusahkan rakyat (dan seluruh kesalahannya ditimpakan kepada alam, serta ganti ruginya disubdisi seluruhnya oleh negara) patut dirayakan dengan membuktikan bahwa rakyat memang patut dipersusah.
Pendapat 4: Nggak usah naik deh. Kalau pemerintah sudah bisa berbaik hati menanggung ganti rugi lumpur sekian trilyun yang semestinya dibayar Bakrie, apa salahnya pemerintah juga berbaik hati menanggung subsidi BBM yang lebih besar untuk rakyat banyak.
Uhm, kan katanya sih setelah tgl 23 mei.. BLT selesai dirumuskan (atau diimplementasikan) terlebih dahulu..
Koen, saya kan minta pendapat soal hari, bukan tanggal 🙂
utk pendapat 4, mungkin krn udah habis di situ maka BBM harus naik 😉
Amir Karimuddin, kan bisa swaktu-waktu dipercepat. awalnya kan katanya Juni, terus akhir Mei, terus… ya gitu deh..
yang saya heran kenapa sih orang selalu mau repot antri berjam-jam untuk beli bbm dengan “tarif lama”? toh besok-besoknya pun pasti mau gak mau beli bbm dengan tarif baru kan? aneh…kalaupun untung isi penuh tangki bensin, ya cuma segitu doank untungnya. Taruhlah beda harga lama dan harga baru Rp1000,-, asumsi tangki 70 liter, berarti dia saving Rp70000,- untuk sekali doank seumur hidupnya. Besoknya pasti sudah balik lagi ke harga baru yang lebih mahal.
#Tedy,
bener itu,….. sejak bensin masih Rp 200 sampe sekarang gak sekalipun saya ikutan antri cari harga lama….. Berapa sih untungnya? Wong anternya pakai tanki bawaan kendaraannya. Kalo antri pakai tanker baru untung kale. Mana mesin hidup pula waktu ngantre.
Lain kalo antre minyak tanah, itu lain soal
Seandainya BBM naik 30%, artinya kemungkinan harga barunya adalah Rp.6000 atau selisih Rp.1500 dibanding harga lama. Berapa sih kapasitas maksimal tanki bahan bakar mobil pribadi? Katakanlah sebuah tanki sedan bisa menampung 50 liter BBM. Ini artinya usaha dengan susah payah untuk mengantre BBM menggunakan harga lama hanya berselisih Rp. 75ribu saja. Bagi orang yang sudah mempunyai sedan, menurut saya sih jumlah itu adalah jumlah yang kecil. Jadi, pemilik sedan sebaiknya tidak usah bersusah payah mengantri lah….
Bagi sopir angkot, jumlah Rp75ribu pasti jumlah yang besar. Itu sama dengan usaha selama sehari penuh. Jadi, bagi pemilik angkot, sopir bis umum, silakan mengantri….
Bagi pemegang mobil milik negara, nggak usahlah mengantri. Bukankah mobil milik negara diisi bensin dari uang negara?
Bagaimana dengan pemilik motor bebek yang populasinya buanyakk?
Motor bebek saya hanya sanggup menampung sekitar 4 liter. Artinya jika saya bersusah payah mengantri agar dapat harga lama, saya hanya “menghemat” Rp6ribu saja. Ah, bukan jumlah yang banyak, khan? Jadi, bagi pemilik motor bebek, silakan nggak usah mengantri jika memang tidak amat sangat membutuhkan.
Nah, esok paginya kita bangun dengan harga BBM yang baru…. silakan stress seperti saya juga. Hahahaha….
Puji, kok stres? dari kantor sampeyan bukannya dapat tunjangan bensin?
Om Benny, tunjangan transport khan tidak serta merta naik ketika SBY berucap harga BBM naik sekian persen, toh? Gimana gue nggak stress, om!
Paling asyik memang om Benny kok.
Sumber penghasilannya unlimited. Posting yang komennya dibekap itu nampaknya semakin banyak saja. Belum lagi talkshow di radio. Kemudian tulisan di berbagai media cetak. Kemudian usaha casting model juga nampaknya semakin berkembang: buanyak gadis yang merengek minta casting. terus ada juga bisnis fotografi. Foto-foto kuliner om Benny nampang di buku itu, khan?
Wah, BBM naik 50% persen pun bagi Om Benny sih nggak masalah ya om… Duitnya meteren sih…
*ngacir yang jauh, takut dikitik-kitik…*
eh, kapan nih kantor Om Puji rikues tulisan saya? 😛
*tendang Om Puji sang penyebar gosip*
Saya lebih setuju kalau BBM dinaikkan, karena:
1. Lebih baik beberapa orang saja yg susah (rakyat miskin dan yang merasa/mengaku miskin), daripada pemerintah (seluruh rakyat Indonesia) yang susah.
2. Yang realistis saja, diluar mana ada harga bensin Rp. 4500 per liter.
3. Mendidik rakyat untuk hidup hemat.
4. Pasar saham akan kembali normal.
Saran saja sih untuk pemerintah: lain kali kalau mau menaikkan harga, gradually, tidak mendadak seperti ini. Lebih bagus lagi kalau harga disesuaikan harga pasar minyak dunia, seperti Pertamax/Plus.
Wah sama aja kapan[un BBM naik hasilnya rakyat bakal sengsara
Sengsara? Memang bagi beberapa rakyat begitu. Sayangnya di negara kita masih ada tradisi ‘nrimo’, gak ada upaya, gak ada usaha, pasrah, repot! Ada BLT yang dapet justru orang2 yang mampu, duh. Yang mampu ngaku mlarat (nggolek gratisan), yang mlarat tambah mlarat.