Daily Life

Mungkin di Blog Saja

Sabtu siang tadi, saya mampir di Toko Buku Gramedia yang ada di dekat rumah saya. Tujuan utamanya, mencari sesuatu untuk jadi kado.

Toko Gramedia yang satu ini berlantai dua. Dari parkiran, saya mampir dulu di lantai 1. Lantai 1 berisi alat tulis dan barang-barang lain yang tidak terkait langsung dengan buku. Setelah berkeliling tanpa hasil, saya naik tangga ke lantai 2. Tidak ada lift. Masih sama seperti dulu.

Di lantai 2, isinya serba buku dan majalah. Terlihat ada beberapa pengunjung lain selain saya. Meski tidak sebanyak zaman dulu kala akhir pekan, jumlahnya terbilang lumayan untuk ukuran masa kini yang serba sepi di berbagai lini bisnis.

Gramedia

Toko Buku Gramedia Surabaya

Saat mulai berkeliling menyusuri lorong demi lorong, saya masih menjumpai juga beberapa anak-anak yang berselonjor di lantai sambil membaca buku seperti zaman keemasan toko buku dulu. Mengingatkan pada kenangan saat saya sering mampir ke berbagai toko buku Gramedia hanya untuk sekadar numpang membaca. Namun, tidak sampai berselonjor di lantai sih. 😀

Setiap kali memasuki lorong bagian Fiksi, sejak dulu, saya selalu terkagum-kagum dan sedikit iri dengan para penulisnya. Begitu juga hari ini. Saya kagum sekali dengan kemampuan menulis dan produktivitas mereka, terutama saat menjumpai variasi ketebalan dan jumlah judul buku mereka yang terpajang di rak toko buku. Kok bisa seproduktif itu ya? Bisa sering menulis buku, bahkan beberapa di antaranya super tebal. Hebat!
Continue reading…

Pengalaman Meliput PSV Eindhoven di Surabaya

Meliput kedatangan dan pertandingan tim sepak bola PSV Eindhoven di Surabaya, Jawa Timur pada awal Januari 1996 lalu menjadi salah satu pengalaman yang sangat berkesan dalam perjalanan saya sebagai koresponden majalah Hai.

Pada saat itu, Mas Ronny, redaksi Hai di Jakarta, meminta saya tidak hanya sekadar meliput saat klub sepak bola asal Belanda itu bertanding melawan Persebaya saja, tetapi juga aktivitas mereka di luar lapangan selama berada di Surabaya.

PSV

Continue reading…

Unboxing Poco X3 NFC

Saya termasuk orang yang berpendapat bahwa Poco X3 NFC menawarkan kombinasi spesifikasi dan harga ponsel kelas menengah yang paling menggoda pada tahun 2020 ini, yang sayang jika dilewatkan begitu saja.

Ponsel rilisan Xiaomi yang menyandang label “dibuat di Indonesia” ini hadir dengan kemasan kotak warna hitam solid. Tampilan kotaknya terlihat minimalis. Sedikit misterius.

poco x3 nfc

Pada kotaknya, tidak terpasang gambar ponsel atau ilustrasi apa pun. Di bagian depannya pun hanya ada tulisan POCO X3 NFC warna kuning mencolok. Cukup bikin penasaran untuk segera membuka kotaknya.

Ada apa saja di dalam kotak itu?
Continue reading…

Terpesona dengan Mal Bertema di Bangkok

bangkok

Ini di salah satu stasiun London Underground? Bukan. Ini hanya foto di koridor menuju toilet yang ada di Terminal 21, Bangkok, Thailand beberapa waktu lalu.

Mal tersebut memang interiornya unik. Tema mal di bilangan Asok itu sebenarnya adalah terminal di bandar udara, tetapi setiap lantainya punya tema sendiri-sendiri. Apa itu?
Continue reading…

Patung Baja Hitam Bercerita

Salah satu hal yang menonjol dalam wisata di Penang adalah Penang Street Art. Selama ini, mungkin banyak turis yang menyangka jika seni jalanan Penang hanya sebatas menyangkut karya seni berbentuk mural saja. Terutama mural-mural yang tersebar di daerah Lebuh Armenia dan sekitarnya di George Town, Penang. Saya termasuk yang sempat menyangka seperti itu. Padahal tidak demikian.

penang

Seni jalanan yang tergolong khas Penang sebenarnya tidak hanya tentang mural saja, tetapi juga patung yang terbuat dari baja batangan berwarna hitam. Ternyata cukup banyak patung baja hitam yang bisa ditemui di George Town. Bahkan letaknya pun berada di lokasi-lokasi yang berdekatan dengan mural-mural terkenal.

penang

Continue reading…

Mencoba TeoChew Chendul di Penang Road

Belum lama ini, saya mencoba langsung es cendol terkenal Penang Road Famous TeoChew Chendul di tempat yang mungkin menjadi asal mulanya. Yaitu, di Penang Road, George Townn, Penang. Konon, sang pendiri yang bernama Tan Teik Fuang mulai berjualan cendol di lokasi itu sejak tahun 1936.

chendul

Continue reading…