Blogging

Mungkin di Blog Saja

Sabtu siang tadi, saya mampir di Toko Buku Gramedia yang ada di dekat rumah saya. Tujuan utamanya, mencari sesuatu untuk jadi kado.

Toko Gramedia yang satu ini berlantai dua. Dari parkiran, saya mampir dulu di lantai 1. Lantai 1 berisi alat tulis dan barang-barang lain yang tidak terkait langsung dengan buku. Setelah berkeliling tanpa hasil, saya naik tangga ke lantai 2. Tidak ada lift. Masih sama seperti dulu.

Di lantai 2, isinya serba buku dan majalah. Terlihat ada beberapa pengunjung lain selain saya. Meski tidak sebanyak zaman dulu kala akhir pekan, jumlahnya terbilang lumayan untuk ukuran masa kini yang serba sepi di berbagai lini bisnis.

Gramedia

Toko Buku Gramedia Surabaya

Saat mulai berkeliling menyusuri lorong demi lorong, saya masih menjumpai juga beberapa anak-anak yang berselonjor di lantai sambil membaca buku seperti zaman keemasan toko buku dulu. Mengingatkan pada kenangan saat saya sering mampir ke berbagai toko buku Gramedia hanya untuk sekadar numpang membaca. Namun, tidak sampai berselonjor di lantai sih. ๐Ÿ˜€

Setiap kali memasuki lorong bagian Fiksi, sejak dulu, saya selalu terkagum-kagum dan sedikit iri dengan para penulisnya. Begitu juga hari ini. Saya kagum sekali dengan kemampuan menulis dan produktivitas mereka, terutama saat menjumpai variasi ketebalan dan jumlah judul buku mereka yang terpajang di rak toko buku. Kok bisa seproduktif itu ya? Bisa sering menulis buku, bahkan beberapa di antaranya super tebal. Hebat!
Continue reading…

Pelajaran (yang Terlewatkan) dari Kesuksesan RBT

Kesuksesan penjualan (atau mungkin tepatnya penyewaan, karena hanya berlaku selama sejumlah hari tertentu saja) ring-back tone (RBT) di Indonesia jelas tak terbantahkan. Banyak yang menyebutnya sangat fenomenal, luar biasa. Bahkan kehadiran RBT dianggap sebagai peluang bisnis baru yang sangat menggiurkan bagi para pelaku industri musik di Tanah Air pada umumnya. Angka penjualan CD dan kaset yang disebut-sebut semakin turun dan peredaran MP3 tidak resmi secara gratis lewat Internet menjadi pembenaran yang kuat bagi banyak pihak untuk semakin menekuni bisnis RBT.

Para penyanyi pun semakin tidak malu-malu mengakui alasan utama mereka belakangan ini lebih suka merilis karya baru dalam bentuk single ketimbang album. Yaitu, untuk dipasarkan sebagai RBT atau nada sambung. Meskipun terkesan agak berlebihan, tapi bisa dibilang semua itu sah-sah saja. Wajarlah jika orang-orang jadi lebih berkonsentrasi pada sesuatu yang dianggap paling menghasilkan duit. Apalagi ketika hal itu dilakukan atas nama demi kelangsungan hidup industri musik Indonesia.

Namun, di sisi lain, akan jauh lebih baik jika mereka bisa mempertimbangkan untuk tidak hanya menggantungkan nasib industri musik Indonesia kepada RBT begitu saja. Apalagi suatu saat masa keemasan RBT pasti akan memudar. Bahkan tanda-tandanya sudah mulai tampak sejak kini. Lihat saja. Sudah mulai ada pihak yang banting harga biaya berlangganan, bikin paket hemat beli satu dapat dua, hingga pemaksaan berlangganan baik langsung maupun tidak langsung yang dilakukan oleh operator seluler ataupun pihak terkait lainnya.

Sudah saatnya berbagai pihak terkait memikirkan kembali nasib penjualan album musik Indonesia agar kembali berjaya tanpa harus tergantung pada RBT. Caranya? Strateginya? Tidak perlu jauh-jauh.

Dari kesuksesan RBT itu saja, saya melihat banyak hal dan fakta yang bisa dipetik sebagai pelajaran berharga dalam menyusun strategi yang inovatif bagi perkembangan bisnis musik Indonesia. Dan semua itu rasanya bukan sesuatu yang baru, tapi mungkin selama ini banyak yang lupa atau terlewatkan. Apa saja?
Continue reading…

Arsip ABN: 12 Pekerjaan Dian Sastro

Beberapa tahun lalu, saya pernah rutin menulis di Asia Blogging Network (ABN) mengenai musik dan film. Karena sekarang situs ABN sudah ditutup, otomatis tulisan-tulisan saya di dalamnya juga tidak bisa dibaca lagi.

Ketika situsnya masih bisa diakses, sebagian besar tulisan saya di sana sempat saya salin kembali datanya, terutama untuk topik musik. Tapi untuk topik lainnya, tidak sempat.

Setelah saya coba telusuri via Wayback Machine, ternyata arsip tulisan-tulisan saya lainnya masih tersedia. Syukurlah.

Dari arsip tulisan saya selama di ABN itu, ada beberapa tulisan favorit yang ingin saya tampilkan kembali di Internet. Untuk itu, saya sudah minta izin ke Budi Putra sebagai salah satu pendiri ABN.

Kali ini, yang saya muat kembali adalah salah satu tulisan saya pada 10 Oktober 2007 lalu di ABN.

12 Pekerjaan Dian Sastro

diansastro-dtk

Siapa yang tak kenal dengan Dian Sastro? Bisa jadi rata-rata orang di Indonesia sangat familiar dengan sosok cewek bernama lengkap Diandra Paramita Sastrowardoyo ini, terutama setelah ia sukses dengan film Ada Apa dengan Cinta (AAdC) pada tahun 2002.

Meskipun awalnya lebih dikenal sebagai seorang bintang film, namun belakangan ini ia justru lebih banyak diberitakan sedang melakoni beberapa pekerjaan lain di luar urusan film. Apakah ada yang tahu apa saja pekerjaannya itu?

Kalau ditelusuri, sebenarnya tidak sedikit bidang pekerjaan lain yang juga pernah atau sedang dirambah oleh gadis kelahiran 16 Maret 1982 ini loh. Kalau dihitung-hitung, hingga sekarang, setidaknya ada 12 macam pekerjaan yang cukup bervariasi dan menarik. Dan angka 12 itu pun relatif, bisa jadi jumlahnya lebih dari itu, tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Misalnya, soal Dian yang pernah meraih Gadis Sampul pada tahun 1996. Apakah itu dapat dianggap sebagai pekerjaan atau cukup sebagai penghargaan yang pernah diraih?

Beberapa di antaranya memang terkait dengan perannya di film, tetapi karena dikerjakan langsung olehnya di lapangan yang sebenarnya maka bolehlah pekerjaan itu dimasukkan dalam daftar. Jadi, apa saja 12 pekerjaan yang sudah pernah dilakoni Dian Sastro? Yuk, kita simak satu per satu.
Continue reading…

Pengalaman Ikut XLNetRally 2012

XLNetRally 2012

Akhir pekan lalu, tepatnya 6-7 Juli 2012, saya berangkat ke Yogyakarta atas undangan PT XL Axiata Tbk. (XL) untuk mengikuti XL Network Rally (XLNetRally) 2012.

Asal tahu saja, XLNetRally adalah acara uji coba jaringan XL di sepanjang jalur mudik dalam rangka menyambut bulan Ramadhan dan Lebaran. Setahu saya, acara ini sudah rutin diadakan XL dalam beberapa tahun terakhir, tapi baru tahun ini saya berkesempatan mengikutinya. ๐Ÿ™‚

Kali ini, peserta XLNetRally 2012 terdiri dari staf XL, wartawan, dan blogger/netizen yang terbagi dalam beberapa tim dan moda transportasi, sesuai dengan kota keberangkatan. Tim dari Jakarta berangkat naik kereta api ke Semarang kemudian melanjutkan perjalanan dengan bus, sedangkan dari Bandung dan Surabaya naik mobil. Semuanya menuju Yogyakarta sebagai kota pertemuan. Saya sendiri berangkat dari Surabaya.

Seperti pesan dari Estella Maria (Corporate Communication XL East Region) sehari sebelumnya, seharusnya peserta yang berangkat dari Surabaya berkumpul jam 06:00 WIB di kantor XL, Jl. Pemuda, Surabaya. Tapi, karena baru tidur jam 4 pagi, jadinya saya bangun kesiangan! :mrgreen:

Saya tiba di lokasi keberangkatan sekitar pukul 07:30 WIB. Syukurlah masih ditunggu oleh salah satu dari tiga mobil yang digunakan oleh tim Surabaya. Mobil lainnya sih sudah berangkat duluan. Ups! Maaf! ๐Ÿ˜ณ

XLNetRally 2012
Hazad Khan (Manager HR & EA XL East Region) melakukan pengecekan jaringan XL di BTS HUT Jombang. FOTO: Benny Chandra

Perjalanan XLNetRally 2012 dari Surabaya pun dimulai. Ada tiga mobil yang digunakan. Saya semobil dengan Rusa Bawean yang juga blogger asal Surabaya, perwakilan XL Surabaya, dan wartawan.
Continue reading…