Apa yang sering kamu lakukan ketika ada orang yang bikin loe bete? Pasti LANGSUNG pengen sambit orang itu pake sandal, sepatu, kulkas, dan sebagainya bukan? Sama! 😈
Pernah gak, pas di kantor, loe lagi sakit maka AC harus dimatikan tanpa peduli teman lain kepanasan? (gw sih gak gitu :razz:). Dengan pasangan juga begitu. Pernah gak loe LANGSUNG ingin dia yang berubah untuk sesuai keinginan loe? Gw sering juga sih 😈
Ikut lomba dan kalah, siapa yang disalahin? Seringkali kita LANGSUNG curiga, jangan-jangan panitianya kongkalikong, jangan-jangan peserta lain ada yang curang… 😈 Sepertinya, peserta pemilu juga mirip-mirip begitu… Yang terdengar LANGSUNG berteriak “curang!” adalah pihak yang dalam posisi kalah, bukan yang menang! 😉
Masih banyak contoh lain dalam kehidupan sehari-hari kita yang mirip-mirip begitu. Miripnya bagaimana? Yaitu, di mana seringkali kita selalu LANGSUNG menyalahkan pihak lain! LANGSUNG saja kita ingin orang lain yang berubah sesuai keinginan kita! 😎
Padahal, belum tentu perilaku kita yang maunya serba LANGSUNG tadi itu bisa membahagiakan kita sendiri lho… Seringkali kita yang harus kecewa dan stres karena semuanya berjalan tidak sesuai yang kita mau! 😥 Semua itu bisa jadi karena kita selalu memandang setiap persoalan dari luar diri kita. Yang selalu dianggap bersalah adalah pihak lain, yang selalu harus berubah adalah pihak lain! 😈 Mungkin kita dengan sadar melakukan itu, tetapi mungkin juga kita gak sadar berperilaku seperti itu karena sudah terbiasa. Terbiasa karena lingkungan sekitar kita juga berperilaku begitu…
Pernahkah terpikir untuk menyelesaikan persoalan dengan melihat dalam diri kita dulu sebelum melihat ke luar? Misalnya, dengan cara mengubah pola pandang pikiran kita atau mengoreksi diri? Singkatnya, menggunakan inner wisdom kita terlebih dahulu. 😉 Dengan inner wisdom, menghadapi orang yang bikin bete, kita hanya perlu berpikir bahwa kita sedang menghadapi seorang ‘guru kesabaran’ Lagi sakit di kantor pun gak perlu matiin AC, melainkan kita cukup pakai pakaian yang lebih tebal saja. Kalah dalam sebuah kompetisi, cukup lakukan koreksi diri dulu dan menyadari bahwa kita tidak selalu unggul.
Tetap tidak tahan? Tidak perlu maksalah. Cobalah menegur si tukang bikin bete itu baik-baik, kalau tetap menjengkelkan, ya sudah. Gak perlu berteman dengan dia! 😈 Tetap kedinginan di kantor? Bicaralah baik-baik dengan teman lain untuk mengecilkan suhunya. Atau ternyata lawan kita memang terbukti curang, laporkan! 😈 Semua itu kita lakukan tentunya setelah kita melihat ke dalam. 😎
Itulah inner wisdom! Butuh latihan memang, karena kita sudah terbiasa menggunakan common wisdom yang selalu langsung ingin mengubah yang di luar diri kita! 😈
Pengalaman dan penerapan gw sendiri, salah satunya begini… 😀 Ketika mendengar siaran penyiar radio yang tidak enak dikuping, (harusnya) gak perlu protes langsung. Tanya dulu pendapat orang lain. Kalau ternyata memang banyak yang bilang jelek, bikinlah protes ke pihak radio yang bersangkutan. Kalau radio itu tetap memasang penyiar gak becus itu di jam-jam prime time? Ya udah, gak perlu demo. Cukup geser aja ke frekuensi lain… Beres. 😎 Entar kalau udah gak ada yang dengar sama sekali, mungkin baru petinggi radio itu sadar sendiri. Ngapain kita yang setres? 😉 (ups..mudah-mudahan yang bersangkutan gak baca :twisted:)
Itulah sedikit catatan gw dari talk show “Membangun Kebijaksanaan untuk Hidup Tentram dan Bahagia” bersama Sri Pannavaro Mahathera, 16 September 2004 lalu di Sheraton Hotel, Surabaya. 😉
Ide Inner Wisdomnya sih keren… kalo buat saya itu sama dengan “empati”! Setuju banget! Cuma…tentang penyiar radio yang jelek di jam prime time agak bikin gw berkernyit… yang loe maksud siapa nih???? Radio mana???? ;;) (awas kalo berhubungan dengan radio tempat gw kerja!!!!)
Kayaknya ga mungkin radio tempat Lucky deh :p tapi penasaran juga deh radio mana ya? 😀 kemaren pas dengerin quick count pemilu di radio ***** penyiarnya ampun dah ngomongnya ga enak banget, ga ear-y gitu lho … radio mana ya Ben? Bukan pas siaran tiap rabu malem jam 8-10pm itu kan? :))