Elektra, Mana Ketangguhanmu?

ElektraSebelum menonton, sebenarnya gw punya harapan cukup besar terhadap film ini, Elektra. Gw berharap bisa menyaksikan aksi ketangguhannya lebih dari yang sudah diperlihatkan di film Daredevil. Setidaknya harus lebih asik daripada Catwoman yang gak asik itu 😈

Adegan awal yang dibuka dengan aksi Elektra yang sedang memburu targetnya dengan menghajar satu-persatu para pengawal terlihat cukup mengesankan! 🙂

Namun dari situ, alur film yang disutradari Rob Bowman (The X Files, Quantum Leap) ini mulai berjalan lambat. Bayang-bayang masa lalu Elektra mengenai kematian ibunya yang diselipkan hampir setiap saat mungkin bermaksud sebagai ‘perkenalan’ asal-usulnya. Namun karena terlalu berlebihan muncul membuat terkesan terlalu dipaksakan dan cukup mengganggu. Ugh! 🙁 Tanpa diperlihatkan ada pemicu yang jelas, sepertinya kurang masuk akal kalau orang seumur tokoh yang dimainkan Jennifer Garner itu tiba-tiba dihantui ingatan masa lalu setiap saat (baca: sepanjang film :grin:) 🙄 Apalagi harusnya dia sedang sibuk melindungi Mark Miller (Goran Visnjic) dan anaknya, Abbys (Kirsten Prout), kedua mantan calon korban yang tidak jadi dibunuhnya karena tidak tega.Kalau hanya ingin memperlihatkan siapa sebenarnya pembunuh ibunya, gak perlu bertele-tele kayak gitu dong! Ganggu! 😛

Sudah gitu, Elektra sekarang justru tidak setangguh seperti yang terlihat di film Daredevil. Lihat saja, masak sampai berhasil ditodong dengan pedang hingga dua kali oleh lawannya, Kirigi (Will Yun Lee)? Masak harus mendapat belas kasihan dari sang lawan untuk tetap bertahan hidup? Duh… kacian deh loe! 😛 Mana ketangguhanmu, Elektra?! 🙄

Baju merah kebesarannya semakin memperlihatkan kesan tidak tangguhnya si tokoh pembunuh bayaran itu. Tidak ada sesuatu yang istimewa dengan bajunya. Malah sekilas mirip baju pemain silat… :mrgreen: Berbeda dengan di Daredevil di mana dia mengenakan ‘pakaian dinas’ hitam berbahan kulit, yang bikin kelihatan asik. 🙂Make up glamournya juga tidak tampak kali ini sehingga makin mengurangi kesannya sebagai cewek jagoan tangguh nan seksi. 😉

Masih soal penampilan. Entah mengapa segala gerak-geriknya Jennifer Garner di film ini mengingatkan gw dengan sosok Sydney Bristow, tokoh yang diperankannya di film serial tv ALIAS. 🙄 Yang bikin gw tambah prihatin, entah kenapa tidak ada usaha untuk membedakan penampilan si Garner yang Sydney Bristow dan Elektra secara ekstrem. Misalnya, rambutnya yang panjang itu dibikin model pendek atau rada dikeriting (seperti di Daredevil). Atau bajunya yang dipakai dipilihkan yang serba glamour, misalnya ( di ALIAS ‘kan bajunya model baju kantoran dan casual). Mudah-mudahan ini semua bukan karena pengaruh yang masih terbawa dari lokasi syuting ALIAS… 😉

Ketidaknyamanan dalam menikmati film ini makin lengkap dengan coloring yang kurang kontras (terutama untuk adegan outdoor)serta setting pencahayaan dalam sejumlah adegan yang agak mengada-ada. Kenapa rada mengada-ada? Mungkin karena hendak menampilkan nuansa suram, jadinya hampir pada setiap adegan dipaksakan tampil dengan cahaya yang minim. Sekalipun misalnya dalam rapat yang diadakan kelompok “The Order of the Hand” di sebuah gedung! Masak sih orang-orang anggota perkumpulan Jepang itu pada pelit nyalain lampu dan lebih milih memanfaatkan cahaya dari jendela pas lagi rapat? 🙄

Daripada tampil begitu, lebih baik hadir dengan pencahayaan yang wajar-wajar saja. Apalagi nuansa kegelapan yang dihadirkan terkesan tanggung sehingga pada beberapa adegan malah tampil buram seperti film lawas, ketimbang suram dan pekat… Doh!

So, gw gak bisa nyaranin buat nonton film ini atau Not Recommended (2/5). Maap ya Sydney ‘ALIAS’ Bristow eh Elektra Natchios… Abis, kali ini gak tangguh sih dan penampilannya kurang keren.. :mrgreen:

Don’t worry. Death’s not that bad. (Elektra, 2005)

Print Friendly, PDF & Email