(Tidak) Menikmati ‘Steak Lemak’ di Black Angus

Black AngusBeberapa hari lalu gw dan istri berkunjung ke Black Angus yang berada di daerah Gubeng, Surabaya. Resto ini tergolong belum lama buka, makanya sekalian pengen tahu bagaimana menu andalannya. Waktu tiba di sana udah hampir jam 10 malam, gw pikir udah dekat dengan jam tutupnya. Ternyata tutupnya jam 23.00 WIB. Baguslah. Jadi, kita bisa sedikit bersantai dalam memilih dan menyantap menu yang ada. 🙂

Pas lihat buku menunya, gw baru tahu kalo ternyata resto ini adalah waralaba dari Amerika. Makanya nama lengkapnya resto ini adalah Stuart Anderson’s Black Angus. Sudah gitu, menu yang ditawarkan pun sama meskpun ada beberapa item yang tidak lengkap. Hmm… seenak apa sih makanannya sampai perlu beli waralabanya segala? 🙄

Atas rekomendasi waitres-nya mengenai menu favorit, kita pesan Wagon Wheel Sampler Platter sebagai appetizer. Sementara main menunya adalah Prime Rib yang potongan half pound cut dan minta dimasak well-done. Untuk pilihan sup dan kentangnya, gw milih Stuart’s Steak Soup dan Homemade Garlic Mashed Potatoes. Minumannya nunjuk Strawberry Delight dan Lemonade.

Yang keluar duluan adalah Wagon Wheel Sampler Platter. Isinya terdiri dari potato skins, timun zucchini goreng tepung (crisp fried fresh zucchini), udang rebus (shrimp cocktail), dan chicken strips. Tidak ada yang istimewa dari menu ini, malah cenderung biasa saja. Apalagi potongan potato skin-nya terlalu tebal dan chicken strip-nya berasa hambar. 🙁

Sementara Strawberry Delight yang merupakan campuran dari strawberry daiquiri dan whipped cream ketika diminum terasa terlalu manis. Rasa stroberi yang katanya dari buah asli itu rada jauh dari rasa buah aslinya. Untuk sup Stuart’s Steak Soup yang mengusung campuran sayuran, kacang merah, dan potongan daging dalam kuah yang sedikit asin, lumayanlah meskipun di lidah terasa agak tanggung. 😐

Bagaimana dengan menu utamanya, Prime Rib? 😉 Ketika mau mulai makan, gw melihat ada sepotong lemak yang berada di bagian tengah potongan daging yang dihidangkan. Lemak itu gw buang dan melanjutkan dengan mengiris bagian lain. Dagingnya cukup empuk sih tetapi… lagi-lagi rasanya tanggung. Sepertinya bumbunya kurang meresap. Sudah gitu, dagingnya masih berwarna kemerah-merahan! Padahal tadi ‘kan gw pesan well-done alias matang! 😡

Yang lebih parah, semakin gw mengiris sepotong demi sepotong bagian dari sajian utama itu, semakin sering gw menemukan yang namanya lemak! Hingga Prime Rib-nya ludes, lapisan lemak yang terkumpul menjadi cukup banyak. Kira-kira mencapai 1/3 atau 1/4 dari keseluruhan. Buset dah! Selama menikmati sajian steak di berbagai resto, baru kali ini gw menemukan lapisan lemak sebanyak itu! Emangnya ini maksudnya ‘steak lemak’? Maaf, gw bukan termasuk penikmat sajian seperti itu. Apalagi mengingat harganya yang tergolong agak di atas rata-rata. Gak sebanding deh. Kapok dah gw. 😡

Daripada dapat sajian lemak begitu, dengan harga rada premium pula, mending gw ke Angus House (WTC Surabaya) atau Prime (Manyar Kertoarjo, Surabaya). So, menurut gw, Black Angus di jalan Gubeng, Surabaya itu highly not recommended deh! 😎 :bye: