Romantisme Potter di antara Kelucuan dan Kesuraman

[rate 3.5]

People die in this tournament. The devils are inside the walls. (Sirius Black)

Harry Potter

Cukup banyak yang tidak menyangka kalau Harry Potter and the Goblet of Fire akan diputar di Indonesia dua hari lebih dulu dari jadual resmi di Amerika dan Inggris. Namun hal itu tidak mempengaruhi antusias penggemar Harry Potter. Di Surabaya, misalnya. Rata-rata gedung bioskop (terutama yang berada di pusat perbelanjaan) yang memutar film Harry Potter terbaru itu penuh diisi dengan penonton. Kalaupun ada bangku yang kosong, itu hanya tinggal di baris paling depan.

Di film keluaran Warner Bros ini, Harry Potter (Daniel Radcliffe) dan kedua sahabatnya, Ron Weasley (Rupert Grint) dan Hermione Granger (Emma Watson) sudah menjadi remaja. Layaknya remaja pada umumnya, mereka juga mulai melirik-lirik lawan jenis. Tak heran urusan jatuh cinta ikut mewarnai film yang diangkat dari novel karangan J.K. Rowling ini. Lihat saja Potter yang jadi sering memperhatikan cewek manis bernama Cho Chang (Katie Leung). Begitu juga dengan Hermione yang girang ketika diajak dansa romantis oleh Viktor Krum (Stanislav Ianevski), cowok idola dari sekolah Durmstrang. Sementara Ron hanya bisa uring-uringan dengan nada cemburu.

Jangan salah, gak hanya urusan romantisme ala remaja yang turut menyegarkan film ini. Berbagai kelucuan hadir lebih sering dari biasanya, terutama yang muncul lewat tingkah laku Weasley yang culun. Dan hal-hal unik nan canggih yang berasal dari kekuatan sihir juga tampil lebih banyak macamnya. Misalnya, atraksi dari tim berbagai negara di Piala Dunia Quidditch, tenda kecil yang ruangan di dalamnya sangat luas, ‘kapal selam’ milik sekolah Durmstrang, dan lainnya. Tiba-tiba jadi teringat dengan gadget-gadget canggih yang penampakannya selalu dinanti dalam setiap film Agen 007 James Bond!

Dibanding semua itu, tentunya ada yang lebih menarik untuk disaksikan. Apalagi kalau bukan petualangan Harry Potter! Adalah Triwizard Tournament yang menjadi jalan pembuka petualangan Potter kali ini. Triwizard Tournament merupakan turnamen antara tiga sekolah sihir di mana para pesertanya harus melaksanakan tiga tugas berbahaya. Seharusnya yang boleh menjadi peserta adalah mereka yang sudah berusia 17 tahun ke atas. Itupun dari sekian banyak murid yang berminat, hanya satu yang bakal terpilih mewakili sekolahnya. Pemilihan dilakukan oleh Goblet of Fire, kobaran api sihir. Bisa ditebak, Harry Potter ikut terpilih sebagai peserta meskipun masih berusia 14 tahun. Padahal sebelumnya Cedric Diggory (Robert Pattinson) sudah terpilih mewakili Hogwarts. Tidak sedikit yang lantas curiga kalau Potter berbuat curang. Ron termasuk yang mencurigainya.

Dari ketiga tugas itu, yang paling seru adalah tugas menyelamatkan “milik masing-masing peserta yang paling berharga” yang telah berada di dasar The Black Lake. Kejam juga tuh panitianya, menjadikan teman dan saudara dari peserta sebagai ‘umpan hidup’ . Di dalam danau, mereka harus menghadapi kawanan mahluk air yang cukup mengerikan. Lantaran dalam tugas ini peserta dari sekolah Beauxbatons mengundurkan diri, tantangan yang dihadapi Potter jadi lebih berat karena harus menyelamatkan orang lain, selain teman akrabnya!

Meskipun tidak seseru tugas kedua, namun saat para peserta menjalankan tugas ketiga terjadi beberapa peristiwa penting yang menegangkan sekaligus menyedihkan! Setidaknya ada dua. Yaitu, terbunuhnya salah seorang peserta turnamen dan kembali bangkitnya si You-Know-Who, Voldemort (Ralph Fiennes)! Saat itu, nyawa Potter pun sempat terancam!

Bisa dibilang, di seri yang ke-4 inilah wajah dan sosok Voldemort baru bisa terlihat jelas. Di film-film sebelumnya, penampakannya hanya samar-samar. Tampangnya tidak menyeramkan sih, hanya agak aneh 😛 Oh ya, mungkin ada yang mengira kalau yang membunuh salah satu peserta itu adalah Voldemort. Bukan lho… Jadi, siapa pelakunya? Nonton aja! 😀

Secara keseluruhan, film hasil arahan Mike Newell ini tampil lebih baik dari judul sebelumnya. Lebih lucu, lebih canggih, lebih suram, dan lebih seru! Hanya saja, yang masih mengganjal, kenapa setiap kali ada guru yang ‘bermasalah’ baru ketahuan identitas aslinya di akhir film? Apakah tingkat kemampuan para guru di Hogwarts belum ada yang bisa mendeteksi dini kehadiran guru palsu? Hmm, perlu bantuan? 😉