[rate 3]
Biasanya kalau sebuah film mendapat stempel “Semua Umur” dari Lembaga Sensor Film (LSF) berarti film tersebut bisa ditonton oleh segala usia, termasuk mereka yang tergolong masih usia anak-anak. Melihat stempel “Semua Umur” yang tertera pada poster film The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe (selanjutnya ditulis Narnia) seharusnya film ini cocok untuk anak-anak. Tetapi apakah demikian?
Dengan label “Semua Umur” itu, jangan membayangkan film yang diangkat dari novelnya C.S. Lewis ini penuh dengan tawa keriaan dan warna-warni seperti film anak-anak pada umumnya. Sepanjang film didominasi oleh suasana jadul tahun 1940an dengan dibarengi nuansa misteri serta ketegangan-ketegangan ala Lord of the Ring, dalam tingkat yang lebih ringan. Selain itu, masih ada sisi-sisi lain dari film yang disutradarai Andrew Adamson ini, yang rasanya tidak cocok dicerna oleh anak-anak. Masih ragu? Lihat dulu deh…
Diawali dengan kisah empat anak keluarga Pevensie yang terpaksa harus mengungsi ke daerah pedesaan karena saat itu Inggris diserang pasukan Jerman via udara. Peter (William Moseley), Susan (Anna Popplewell), Edmund (Skandar Keynes), dan Lucy (Georgie Henley) ditampung oleh Professor Kirke (Jim Broadbent) di rumahnya yang besar dan luas dengan banyak kamar di mana-mana.
Suatu saat, ketika sedang bermain petak umpet, gak sengaja Lucy menemukan sebuah lemari baju di salah satu kamar. Tujuan semula yang hanya ingin bersembunyi berubah menjadi sebuah petualangan baru saat dia memutuskan untuk masuk ke dalam lemari yang berisi mantel-mantel itu. Ternyata di dalam lemari ada jalan tembus menuju ke Narnia, sebuah negeri misterius yang sudah 100 tahun terakhir jauh dari kehangatan, karena di mana-mana yang ada hanyalah salju. Dari pertemanannya dengan Mr. Tumnus (James McAvoy), seorang faun (manusia berkaki kuda), diketahui bahwa Narnia dikuasai oleh ratu jahat bernama White Witch (Tilda Swinton).
Lucy sempat kesulitan untuk meyakinkan ketiga saudaranya mengenai pengalaman barunya itu. Mereka baru percaya ketika suatu hari harus bersembunyi bareng-bareng di dalam lemari lantaran memecahkan kaca jendela rumah professor.
Agar Narnia bisa terbebas dari pengaruh White Witch, keempat bersaudara itu harus membantu Aslan (yang disuarakan oleh Liam Neeson) dan para penghuni negeri itu yang rindu dengan kekebasan. Siapakah Aslan? Dia adalah seekor singa yang disegani di negeri itu. Sekilas karakter Aslan ini mengingatkan pada figur tertentu di salah satu agama. Mungkin inilah salah satu penyebab film ini diduga condong kepada agama tertentu.
Tak bisa dihindari lagi, terlibatlah Pevensie bersaudara dalam pertempuran pasukan pengikut Aslan melawan pasukan White Witch, yang mengingatkan pada suasana serupa di film Lord of the Ring (LotR). Suasana kekerasan dalam pertempuran dan penggunaan senjata oleh anak-anak dalam film ini adalah beberapa hal yang membuat film Narnia ini seharusnya tidak cocok dilabeli “Semua Umur”. Belum lagi tidak terlihat ada ganjaran yang serius terhadap Edmund yang sempat tergiur dengan iming-iming dari White Witch yang membuatnya membocorkan sejumlah informasi penting mengenai keberadaan Aslan sehingga terkesan membenarkan tindakan pengkhianatan itu.
Meskipun cukup banyak diwarnai dengan ketegangan, namun sebenarnya cerita yang diusung oleh Narnia tergolong biasa-biasa saja. Ceritanya yang berkisah soal perlawanan terhadap pihak yang jahat yang berakhir dengan happy tidak terlalu dikembangkan kedetilannya sehingga jadinya terkesan agak hambar. Seperti soal Mr. Timnus yang dilepas dari penjara tetapi kemudian tiba-tiba terlihat sudah membatu kena sihir White Witch.
Yang lebih menarik untuk disimak adalah kualitas gambarnya yang tergolong cemerlang dan tajam! Sesuatu yang menyenangkan mata yang digunakan untuk menonton film berdurasi lebih dari dua jam itu. Warna-warnanya juga tampil dengan baik dan pas, kecuali pada adegan pertempuran kolosal yang cenderung pucat sehingga kesan dramatisnya kurang terasa. Secara keseluruhan, lumayan menghiburlah.
Wah, penggemar Narnia bisa marah berat nih. Coba baca dulu bukunya. Jangan baca yang terjemahan Gramedia, kalo bisa cari yang terbitan Dian Rakyat yang keluar awal 90-an.
Pengarang LoTR ama Narnia sobatan, loh.
kalau di sini (jerman) masuk kategori film utk 6 tahun ke atas mas.
CS Lewis dan JRR Tolkien itu teman baik. Jadi tidak heran kalo banyak kemiripan.
http://www.christianitytoday.com/history/newsletter/2003/aug29.html
Mungkin LSF berpikiran anak-anak kita sudah terbiasa dengan tayangan misteri dan kekerasan yang mewarnai sinetron-sinetron kita 🙂
baru nonton pelemnya.. belon baca bukunya 🙁
Kalo di sini, itu untuk 12 taun keatas.. yaahh namun… masih tgl 21 baru keluar… hahaha.. BASBANG…
ooww… faun berkaki kuda toh….
kirain kakinya kambing gunung :p
waduh kok gto ya, baru pengen nonton filmnya neh…. ga papa deh, yang penting halal.
tapi filmnya seruuuu toh…