Motret Produk Pakai Buku Mini

[rate 3.5]

cover mini studio

Beberapa minggu lalu gw mendapat kiriman buku dari Paman Tyo. Buku mini berkaver mengkilap itu berjudul “Bikin Mini Studio Foto” terbitan majalah Komputer Aktif (PT Prima Media Pustaka).

Kalau hanya sekilas membaca judulnya, mungkin bisa terkecoh. Bisa-bisa yang langsung terbayang adalah mini studio untuk memotret orang. Sebelum kecewa berat, ada baiknya segera singkirkan jauh-jauh bayangan itu. Ya, meskipun ada satu tutorial memotret orang yang coba diselipkan di halaman 94, namun sebagian besar isi buku ini bisa dibilang hanya cocok untuk pemotretan produk. Itu pun produk atau barang yang tidak terlalu besar. Kenapa begitu? Lihat saja. 😉

Sejak awal buku ini sudah berusaha menyajikan selengkap mungkin panduan dalam membikin mini studio kreasi sendiri. Mulai dari pengenalan bahan-bahan pendukung, jenis-jenis kamera digital, hingga berbagai macam tip dan trik. Jenis perangkat mini studio yang diperkenalkan pun tidak hanya satu. Selain soft light box berbahan kardus yang merupakan mini studio seperti dimaksud pada judul tadi, dipaparkan pula cara membuat table top sederhana dengan bahan-bahan yang tidak sulit diperoleh. Tak hanya itu, masih ada artikel singkat mengenai pembuatan photobox atau kios cetak seperti yang ada di mal-mal.

Sementara untuk tutorial diberi porsi yang cukup besar. Lebih dari selusin tutorial praktik pemotretan menggunakan mini studio ada dalam buku setebal 112 halaman ini. Selain dilengkapi dengan foto-foto berwarna, tutorial disajikan dalam bentuk langkah-langkah yang enak dibaca.

Ada juga langkah-langkah menyulap lampu belajar menjadi softbox mini yang akan digunakan sebagai sumber pencahayaan dalam pemotretan menggunakan soft light box dan table top tadi. Dengan softbox mini yang hanya bersumberkan kekuatan lampu sekitar 20 watt, pencahayaan yang diperoleh tidak akan terlalu terang. Tak heran tutorial dalam buku ini rata-rata menggunakan kecepatan rendah saat pemotretan. Meskipun menggunakan tripod, penggunaan kecepatan rendah tentunya lebih cocok jika objeknya adalah produk atau benda mati, bukan orang yang agak susah jika harus disuruh diam mematung kaku. Apalagi mini studionya terbuat dari kardus bekas televisi. Ribet amat jika mau motret model cantik…

Sayangnya, dalam buku ini tidak ada penjelasan yang memadai soal setting diafragma dan kecepatan yang digunakan dalam tutorial. Pembaca hanya diminta menyetel pada angka-angka tertentu yang sudah ditentukan tanpa ada patokan yang jelas. Bagi pemula, yang menjadi sasaran buku ini, tentunya hal-hal semacam itu bisa membingungkan.

Dan mungkin akan sama bingungnya soal release cable yang pada halaman 39 disebutkan sebagai salah satu peralatan memotret tetapi tidak ada satupun tutorial dalam buku ini yang menyertakan penggunaan alat tersebut bersama dengan kamera digital… 🙄

tabel

Ganjalan lainnya adalah soal tabel yang terdapat pada halaman 110. Tabel yang terdiri dari 3 kolom itu sebenarnya mencoba menyajikan perbandingan ukuran cetak ideal sesuai ukuran piksel foto yang dihasilkan kamera digital. Sayangnya informasi itu malah bikin bingung.

Kebingungan sudah dimulai dengan penggunaan istilah megabyte (MB) untuk menjelaskan “Ukuran Dimensi Pixel” (judul kolom ke-2 pada tabel). Padahal biasanya istilah yang umum dipakai adalah megapixel (MP). 🙄

Kebingungan pun berlanjut ketika membaca contoh ukuran yang disajikan. Ukuran foto 1600 x 2243 pixel, misalnya. Selain kurang umum, dalam tabel disebutkan kalau ukuran itu sama dengan 10,3. Anggaplah ukuran dimensi yang dimaksud tadi adalah MP, tetap saja terlihat janggal karena perkalian 1600 x 2243 hanya menghasilkan angka 3,588,800 pixels atau 3,6 MP, bukan 10,3 MP. Kejanggalan serupa juga terjadi pada ukuran lain yang tercantum dalam tabel itu. 🙄

Nah, biar kebingungan tidak berlanjut, nampaknya pembaca buku ini harus menutup rapat-rapat kolom ke-2 atau kolom “Ukuran Dimensi Pixel” dalam tabel itu. Sebagai perbandingan dan referensi, Megapixels Chart dan Megapixel calculator bisa dijadikan alternatif informasi soal ukuran cetak ideal.

Di luar beberapa kejanggalan yang membingungkan tadi, buku ini masih cukup menarik untuk dibaca. Setidaknya bagi penggemar fotografi yang suka bereksperimen atau sedang belajar motret produk tapi dana terbatas 🙂

Print Friendly, PDF & Email