Setelah bolak-balik kehabisan tiket, akhirnya saya bisa juga menonton 2012 di Tunjungan 21 beberapa hari lalu.
Apakah saya termasuk yang penasaran dengan film itu? Iya, betul. Tepatnya, saya penasaran ingin melihat bagaimana visualisasi bencana super dahsyat dihadirkan Roland Emmerich (sutradara sekaligus produser) dalam filmnya kali ini. Apakah efek visualnya bakal lebih gila-gilaan dibandingkan beberapa filmnya terdahulu soal bencana dalam berbagai versi? Atau malah biasa-biasa saja?
Akhirnya saya menemukan jawabannya. Usai menghabiskan waktu sekitar 2,5 jam di dalam bioskop, saya merasa cukup puas dengan garapan Emmerich ini. Mengesankan. Terutama adegan yang menggambarkan kehancuran terjadi di mana-mana yang membuat kehidupan di bumi kembali ke tahun nol. Tanah terbelah, lava panas mengalir ke mana-mana, semua bangunan luluh lantak, hingga gelombang tsunami menyapu habis seluruh daratan di muka bumi. Semua bentuk kehancuran itu dihadirkan dengan dramatis dan cukup detil oleh Emmerich dan timnya.
Ketegangan para penduduk dunia menghadapi bencana besar itu digabungkan juga dengan sejumlah adegan yang cukup mengharukan. Kombinasi yang pas untuk menambah kesan dramatis. Sindiran terhadap birokrasi dan sifat individualis juga turut mewarnai cerita dalam film ini.
Di sisi lain, alur ceritanya memang terasa kurang sempurna. Masih ada beberapa hal yang mengundang tanda tanya. Namun begitu, sebagai sebuah tontonan dengan berbagai efek visual yang menarik, hal itu masih bisa dimaafkan. Bahkan dibandingkan dengan The Day After Tomorrow (2004), salah satu film garapan Emmerich soal bencana juga, film 2012 ini terlihat lebih baik.
Sementara soal tokoh-tokoh utama di dalamnya, saya jadi teringat dengan film War of the World (2005). Entah kebetulan atau tidak, komposisinya mirip. Kalau di WotW ada tokoh duda yang diperankan Tom Cruise dengan dua anaknya, cowok dan cewek, maka di film ini ada Jackson Curtis, seorang duda yang diperankan oleh John Cusack. Anaknya juga dua orang, satu cowok dan satunya lagi cewek. Anak-anak itu juga tinggal dengan sang ibu yang sudah punya pasangan baru. Hanya bedanya, di sini sang ibu (Amanda Peet) dan pacarnya, Gordon (Thomas McCarthy) ikut bertualang.
Bicara soal tokoh, permainan Danny Glover sebagai Thomas Wilson, Presiden Amerika Serikat, terlihat kurang pas. Kesan yang ingin ditampilkan sebagai pemimpin yang bijaksana, berwibawa, dan tidak mementingkan diri sendiri kurang berhasil dihadirkan oleh Glover. Mungkin lebih cocok bila yang dipasang adalah Denzel Washington.
Oh ya, kalau ada yang bilang film 2012 adalah film tentang kiamat, rasanya kurang tepat. Bencana super besar yang ada dalam film ini tidak menghancurkan seluruh kehidupan yang ada di muka bumi kok. Masih ada kehidupan dan harapan yang tersisa. Sebuah benua menjadi harapan untuk membangun dunia baru dari tahun nol lagi.
[rate 3.5]
Sebuh penggambaran yg bagus tp kurang apa adanya. Masa’ sih yg mencoba menyelamatkan diri cuma john cusack.
Dan iya, MUI sudah heboh padahal kan bukan film kiamat. Makanya nonton dulu dong hehe
@Andi, gak cuma John Cusack kok. Tuh banyak juga… yang bayar mahal buat naik ‘sekoci’ 🙂
wah, baru nongtong dipidi jongkok jugak, dari segi drama, ternyata pelem ini tentang duda yang berhasil menyingkirkan saingannya dengan restu bencana alam.
simpati 100 poin buat si saingan, rip.
dari segi moral, pesan sutradara menyiratkan bahwa dunia mau mulai dari nol pun isinya tetap orang mata duitan vs. orang idealis.
@-peng, komentar lo so dementor! dasar dementor! ha ha ha :))
iya ya bukan film tentang kiamat
1. Isinya jelas bukan tentang hari kiamat
2. Kubah? Lha St Peter’s Basilica
Capeeeee dah
Aku sih nggak berani nonton, ngeliat iklannya aja udah ngeri 🙂 Tapi sepakat denganmu, Ben.. film ini memang bukan film kiamat
@DV, Gak berani nonton karena takut jadi emosi ya, Don? 🙂
wah…. senasib sama gue…. baru nonton tgl 25…. ga tahan ama antrinya, masak adanya cuma midnight aja…hehehe trus gue bela2in jam makan siang pesen tiket… 🙂
good movie and simple ending ^-^
Kalo dipikir-pikir, Emerich tuh emang maestro banget soal disaster movies. Waktu nonton THE DAY AFTER TOMORROW dulu, gue langsung merinding karena kalo diingat lagi, efek dari global warming (isu yang diangkat pada waktu itu) memang sudah mulai terasa. Ga bedanya dengan TDAT, 2012 merupakan isu yang sangat sensitif. Dua-duanya sama-sama membuat banyak orang berfikir bahwa akhir dunia memang sudah kelihatan tanda-tandanya. Akan tetapi, terlepas dari semua kontroversi yang muncul akibat dirilisnya film 2012 ini, kita bisa mengambil hikmah bahwa dunia yang kita tinggali ini bukanlah milik kita, melainkan milik Tuhan yang diberikan kepada kita sebagai titipan yang harus kita jaga dengan sungguh-sungguh.
ia setuju bukan film kiamat judulnya sj yang nakut2in….