Pertama Kali: Naik Citilink

Ternyata, keberangkatan saya ke Jakarta pada akhir bulan Oktober 2010 lalu, diwarnai dengan sejumlah pengalaman serba pertama kali bagi saya. Apa saja? Satu per satu akan saya coba ceritakan dalam beberapa tulisan secara terpisah.

Citilink

Dimulai dengan maskapai penerbangan. Karena kebetulan harga tiketnya paling terjangkau untuk hari keberangkatan saya ke Jakarta pada 27 Oktober lalu, akhirnya untuk pertama kalinya saya menggunakan layanan maskapai penerbangan Citilink (anak perusahaan Garuda Indonesia), yang pada pagi itu memakai pesawat tipe Boeing 737-300.

Waktu itu, saya memilih penerbangan paling pagi dari Surabaya, pukul 06.00 WIB. Sekitar 20 menit sebelumnya, saya dan para penumpang lain sudah diminta naik ke pesawat, tapi pintu pesawat tidak langsung ditutup karena nampaknya masih harus menunggu beberapa penumpang lain yang agak terlambat. Untunglah jam keberangkatannya sendiri tergolong tepat waktu.

Jarak antar kursi

Di dalam pesawat, saya melihat interiornya cukup bersih, meskipun terkesan agak kusam. Apalagi pencahayaannya kurang terang. Sementara untuk jarak antar kursinya, terasa kurang lega, khususnya untuk ukuran kursi yang berada di sebelah emergency exit seperti yang saya duduki pada waktu itu. Penyebabnya mungkin karena di daerah jendela atau pintu darurat itu dipasang dua baris kursi. Coba kalau cuma satu baris… ๐Ÿ™‚

Di luar semua itu, sebenarnya ada satu hal lain yang terbilang paling tidak asyik, bahkan cukup mengganggu kenyamanan saya selama penerbangan kali ini. Bukan, bukan soal harga makanannya. Jadi, soal apa? Hawa yang keluar dari pendingin udaranya terasa kurang dingin ๐Ÿ™ . Sejak masuk ke dalam pesawat, suasananya sudah terasa agak panas. Saya sudah coba menyetel tombol pengaturannya yang berada di atas tempat duduk, tetap saja tidak terasa pengaruhnya. Padahal itu penerbangan paling pagi loh… ๐Ÿ™„