Akhirnya, Hoka-Hoka Bento Buka di Surabaya!

Kemarin sore pas jalan ke Supermal Pakuwon Indah, Surabaya, eh ternyata Hoka-Hoka Bento (HokBen) udah buka! Akhirnya… ๐Ÿ™‚

Entah kenapa baru sekarang resto makanan Jepang siap saji itu baru buka di Surabaya. Padahal udah sekian tahun buka di Jakarta dan Bandung. Padahal penggemarnya di Surabaya tidak sedikit. Salah satunya, istri gw :mrgreen:

Gw sendiri masih belum bisa menikmati makanan Jepang ala HokBen begitu. Bagi gw, HokBen atau Bentoya, sama aja. Mending KFC aja deh ๐Ÿ˜€

Sambil ikut makan, gw sempat memperhatikan interior cabang HokBen pertama di Surabaya ini (kayaknya bentar lagi bakal buka di Mal Galaxy, Surabaya juga). Interiornya didominasi tekstur kayu ala warna kayu pinus, kekuning-kuningan. Sementara pada pilar-pilarnya dipasangi semacam kotak kayu berkaca buram putih susu yang didalamnya dipasangi lampu neon putih. Kayaknya cukup banyak juga resto Jepang cepat saji yang berinterior semacam itu ya…

Sayangnya, terlihat pengerjaan interiornya kurang rapi. Apalagi bahan yang dipakai nampaknya bukan kayu solid. Biasanya dengan model semacam itu yang digunakan adalah bahan multiplex (yang kurang tahan lama) dengan dilekati ‘lapisan bertekstur’ (istilahnya gw lupa) sesuai pilihan. Sinar lampu neon yang berada di balik kaca putih susu harusnya tampil menarik, hanya saja entah kenapa yang di HokBen itu bayangan gelap dari ‘rumah’nya terlihat dari luar sehingga membuat kurang enak dipandang.

Itu mungkin gak seberapa. Yang menurut gw agak parah adalah soal pendingin ruangan alias AC. Entah mengapa pula dalam ruangan yang cukup luas itu, lubang-lubang di langit-langit yang menghembuskan hawa dingin dari AC sentral hanya tersedia di sebagian ruangan saja. Sisanya hanya mengandalkan satu unit AC ‘kotak’ (waduh, istilahnya gw gak tahu) yang disandarkan ditembok salah satu sisi karena langit-langitnya tidak terdapat saluran dari AC sentral. Pada kondisi normal mungkin tidak masalah, tetapi ketika ruangan itu dipenuhi banyak pengunjung seperti kemarin, yang ada adalah suasana menjadi agak panas. Jadi kurang nyaman dah… ๐Ÿ™

(Tidak) Menikmati ‘Steak Lemak’ di Black Angus

Black AngusBeberapa hari lalu gw dan istri berkunjung ke Black Angus yang berada di daerah Gubeng, Surabaya. Resto ini tergolong belum lama buka, makanya sekalian pengen tahu bagaimana menu andalannya. Waktu tiba di sana udah hampir jam 10 malam, gw pikir udah dekat dengan jam tutupnya. Ternyata tutupnya jam 23.00 WIB. Baguslah. Jadi, kita bisa sedikit bersantai dalam memilih dan menyantap menu yang ada. ๐Ÿ™‚

Pas lihat buku menunya, gw baru tahu kalo ternyata resto ini adalah waralaba dari Amerika. Makanya nama lengkapnya resto ini adalah Stuart Anderson’s Black Angus. Sudah gitu, menu yang ditawarkan pun sama meskpun ada beberapa item yang tidak lengkap. Hmm… seenak apa sih makanannya sampai perlu beli waralabanya segala? ๐Ÿ™„

Atas rekomendasi waitres-nya mengenai menu favorit, kita pesan Wagon Wheel Sampler Platter sebagai appetizer. Sementara main menunya adalah Prime Rib yang potongan half pound cut dan minta dimasak well-done. Untuk pilihan sup dan kentangnya, gw milih Stuart’s Steak Soup dan Homemade Garlic Mashed Potatoes. Minumannya nunjuk Strawberry Delight dan Lemonade.

Yang keluar duluan adalah Wagon Wheel Sampler Platter. Isinya terdiri dari potato skins, timun zucchini goreng tepung (crisp fried fresh zucchini), udang rebus (shrimp cocktail), dan chicken strips. Tidak ada yang istimewa dari menu ini, malah cenderung biasa saja. Apalagi potongan potato skin-nya terlalu tebal dan chicken strip-nya berasa hambar. ๐Ÿ™

Sementara Strawberry Delight yang merupakan campuran dari strawberry daiquiri dan whipped cream ketika diminum terasa terlalu manis. Rasa stroberi yang katanya dari buah asli itu rada jauh dari rasa buah aslinya. Untuk sup Stuart’s Steak Soup yang mengusung campuran sayuran, kacang merah, dan potongan daging dalam kuah yang sedikit asin, lumayanlah meskipun di lidah terasa agak tanggung. ๐Ÿ˜

Bagaimana dengan menu utamanya, Prime Rib? ๐Ÿ˜‰ Ketika mau mulai makan, gw melihat ada sepotong lemak yang berada di bagian tengah potongan daging yang dihidangkan. Lemak itu gw buang dan melanjutkan dengan mengiris bagian lain. Dagingnya cukup empuk sih tetapi… lagi-lagi rasanya tanggung. Sepertinya bumbunya kurang meresap. Sudah gitu, dagingnya masih berwarna kemerah-merahan! Padahal tadi ‘kan gw pesan well-done alias matang! ๐Ÿ˜ก

Yang lebih parah, semakin gw mengiris sepotong demi sepotong bagian dari sajian utama itu, semakin sering gw menemukan yang namanya lemak! Hingga Prime Rib-nya ludes, lapisan lemak yang terkumpul menjadi cukup banyak. Kira-kira mencapai 1/3 atau 1/4 dari keseluruhan. Buset dah! Selama menikmati sajian steak di berbagai resto, baru kali ini gw menemukan lapisan lemak sebanyak itu! Emangnya ini maksudnya ‘steak lemak’? Maaf, gw bukan termasuk penikmat sajian seperti itu. Apalagi mengingat harganya yang tergolong agak di atas rata-rata. Gak sebanding deh. Kapok dah gw. ๐Ÿ˜ก

Daripada dapat sajian lemak begitu, dengan harga rada premium pula, mending gw ke Angus House (WTC Surabaya) atau Prime (Manyar Kertoarjo, Surabaya). So, menurut gw, Black Angus di jalan Gubeng, Surabaya itu highly not recommended deh! ๐Ÿ˜Ž :bye:

Tumbuhnya Kekuatan ‘Blog’

Tumbuhnya Kekuatan ‘Blog’: Eh, ada bagian yang lebih menarik: “Mereka yang sudah comfortable dengan media ini, sekarang mulai bereksperimen menggunakan format blog untuk kepentingan lain yang sifatnya lebih informational atau istilah saya dengan tema khusus, sehingga sudah umum sekarang teman-teman blogger Indonesia yang memiliki blog lebih dari satu buah,” ungkap Enda melalui e-mail kepada Media pekan lalu.

Pria yang kini bekerja sebagai manajer pemasaran di sebuah perusahaan internet di Bangkok, Thailand ini lantas mencontohkan beberapa blog lokal yang sering diakses pembaca. Antara lain http://www.sembarang.com, yaitu blog tentang lifestyle milik blogger Benny Chandra, kemudian http://direktif.web.id berisi blog Small Office Home Office milik Ikhlasul Amal. Thanks Enda! ๐Ÿ˜€