The Dark Knight Rises: Ketika Batman Harus Dipensiunkan

TDKR

Ya, ini memang basbang. Berhubung belakangan ini banyak kesibukan, baru sekarang saya bisa menyelesaikan tulisan soal film Batman terbaru.

Kehadiran tokoh Joker yang diperankan mendiang Heath Andrew Ledger di The Dark Knight (2008) telah membawa pengaruh luar biasa dalam sejarah film Batman selama ini.

Sejak saat itu, berbagai tokoh penjahat dalam film-film Batman sebelumnya menjadi terlihat biasa saja. Bisa dibilang, Joker versi Heath Ledger membuat semacam ‘standar’ baru lawan Batman dalam film. Termasuk juga untuk film Batman sesudahnya.

Sosok antagonis bernama Bane yang diperankan Tom Hardy dalam “The Dark Knight Rises“, misalnya. Kemunculannya tentu memunculkan pertanyaan, apakah teroris bermasker yang berniat menghancurkan Gotham City itu bisa menandingi Joker versi The Dark Knight?

Pada bagian awal film, adegan Bane beraksi dalam membajak pesawat yang membawa pakar nuklir sempat membuatnya terlihat mengesankan sebagai lawan baru Batman. Tetapi dalam menit-menit selanjutnya, secara bertahap namun pasti, kesan itu semakin memudar. Salah satu penyebabnya adalah terlalu banyak bicara, terutama saat adegan dia bersama Bruce Wayne di penjara.

Puncaknya, ketika akhirnya terkuak kisah perjalanan hidupnya yang sebenarnya, termasuk soal cintanya yang bertepuk sebelah tangan, Bane hanya terlihat seperti tokoh antagonis biasa saja yang kebetulan bertubuh besar, berpenampilan cukup sangar, dan suara yang selalu terdengar berat dan (terlalu) jernih.

Di film ini, Batman sendiri pun, setelah delapan tahun vakum dan dicap sebagai pembunuh Harvey Dent, tergerak muncul kembali sebenarnya bukan karena kedatangan Bane ke Gotham City. Yang berhasil memancing Bruce Wayne untuk beraksi lagi sebagai Batman justru kehadiran seorang pencuri misterius bernama Selina Kyle (Anne Hathaway).

Di sisi lain, yang berhasil memperdaya Batman dengan telak juga bukan Bane, tapi anak perempuan Ra’s al Ghul (Marion Cotillard) yang menjadi musuh dalam selimut.

Memang, dalam sebuah pertarungan di markasnya, Bane sempat berhasil mengalahkan Batman dengan mudah dan mengurungnya di sebuah penjara bawah tanah, tapi tetap saja itu kurang mengesankan. Bukan sebuah duel yang luar biasa, mengingat saat itu Batman mendatanginya tanpa persiapan dan strategi matang.

Selain lawannya yang kurang istimewa, aksi Batman kali ini juga tidak terlalu mengesankan. Apalagi porsi kehadirannya masih harus berbagi dengan Selina Kyle dan John Blake (Joseph Gordon-Levitt), polisi muda yang mendampingi James Gordon (Gary Oldman). Terasa seperti Batman memang harus dipensiunkan di film ini juga.

Ketika akhirnya Batman harus mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan kota Gotham dan penduduknya dari ancaman bom yang akan meledak dengan membawanya terbang bersama The Bat, hal itu cukup mengharukan. Tapi, sayangnya tindakan heroik seperti itu sudah cukup sering muncul di film lain. Akan lebih baik jika Christopher Nolan dan timnya punya ide lain yang lebih segar agar ‘upacara’ memensiunkan Batman versi triloginya ini bisa terasa lebih berkesan dan luar biasa.

Sementara rangkaian berbagai adegan di akhir film terlihat terlalu gamblang dalam menyuguhkan jawaban atas berbagai pertanyaan yang muncul. Mulai dari soal John Blake akan jadi tokoh siapa hingga apakah Bruce Wayne masih hidup atau sudah meninggal. Saya pikir, akan lebih menarik jika jawabannya ditampilkan agak misterius.

Sebenarnya masih ada beberapa hal lain yang ingin saya soroti, tapi saya persingkat saja agar tidak terlalu panjang. Secara keseluruhan, saya kurang puas dengan “The Dark Knight Rises”, baik melihatnya sebagai sebuah film yang berdiri sendiri maupun menjadi bagian terakhir dari trilogi Batman versi Christopher Nolan.

Yang lumayan menghibur, untunglah masih ada penampilan menawan Anne Hathaway, terutama saat ia mengendarai Batpod. 🙂

[rate 3.0]