Spammer dan Kesadaran

Orang bodoh yang menyadari dirinya bodoh sesungguhnya tidak bodoh ketimbang orang bodoh yang tidak mau mengakui dirinya bodoh.

Gw kenal dengan seseorang yang cukup memuja spam dan tidak menolak jika disebut sebagai spammer. Bahkan ketika gw ajak talkshow di radio dan diperkenalkan sebagai salah seorang spammer, dia pun tetap dengan percaya diri dari awal hingga akhir acara mempromosikan tindakan spam yang dia lakukan sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain yang menerima e-mail spam darinya! Baginya, “spam adalah email yang berisi informasi bermanfaat bagi kita.” โ— ๐Ÿ™„

Dan ketika para anggota sebuah milis yang diikutinya ramai-ramai ‘menegur’ lantaran dia bolak balik menyepam milis dengan e-mail penawaran layanan tempat ia bekerja bahkan hingga mendapat teguran keras dari moderator pun, ia tetap saja menjalankan usaha nyepam ke milis dengan segudang trik, baik dengan cara pura-pura menjawab pertanyaan anggota milis tapi sambil menebar kalimat-kalimat promosi hingga menggunakan nama anaknya (baca: menyamar) dan tetap berpromosi! ๐Ÿ˜› Namun, belakangan ini tidak terlihat lagi posting dari dia bertebaran di milis-milis. Entah sudah insyaf atau sedang menyamar… ๐Ÿ˜‰

Bagi gw, dia adalah seorang spammer yang cukup akut namun ‘sadar’ kalau kerjanya dia itu nyepam. :razz:Sepertinya, spammer yang sadar kalau dirinya adalah seorang spammer masih lebih baik ketimbang seseorang yang suka melakukan spam tetapi tidak mau disebut spammer. Miriplah dengan perkataan seorang bijaksana yang mengatakan bahwa “Orang bodoh yang menyadari dirinya bodoh sesungguhnya tidak bodoh ketimbang orang bodoh yang tidak mau mengakui dirinya bodoh.”

Makanya, ketika banyak orang yang marah-marah dan tidak terima terhadap tulisan Pri dan Amal, gw jadi teringat dengan perkataan di atas dan makin mempertanyakan objektivitas tulisan-tulisan di Kompas, SWA, Warta Ekonomi, dan COSMOPOLITAN yang memuat profil si objek itu. Jika memang tulisan bernada baik-baik di berbagai media cetak itu objektf dan benar adanya tanpa ada campur tangan unsur ‘lain-lain’, seharusnya tidak perlulah sejumlah pembela si objek itu sampai harus ngamuk-ngamuk begitu. Apalagi sampai ada salah seorang dari barisan sakit hati itu mengacaukan pengertian spamming yang ada di Wikipedia! Itu adalah tindakan yang sungguh sangat tidak cerdas! Bahkan cenderung kampungan! ๐Ÿ˜ก Pasti gak mau ngaku ‘kan?! ๐Ÿ˜›