Strategi Mengakhiri Sebuah Acara Radio atau TV

Diakhirinya sebuah acara seperti Guystalk-nya HRFM Surabaya sejak kemarin (dan ditambah tanpa ada keterangan yang jelas dibaliknya), membuat gw mencoba melihat hal itu dari sisi lain. 😉

Setahu gw, secara umum alasan yang biasa dipakai untuk mematikan sebuah acara di radio dan tv adalah masalah rating yang dikeluarkan oleh lembaga seperti ACNielsen. Ratingnya makin turun atau tetap (stagnan) menjadi indikasi bahwa acara tersebut tidak diminati sehingga sudah saatnya dihentikan. Saking saktinya, ketika rating yang dipakai sebagai alasan untuk menyetop sebuah acara, bisa dibilang tidak ada satu pihak yang terlibat di dalamnya bisa membantah… Gw sendiri masih kurang jelas cara seperti apa yang diambil oleh lembaga pemberi rating itu sehingga membuat hasil survey yang dikeluarkannya menjadi sebegitu saktinya. 🙄

Terkait dengan acara Guystalk, dalam siaran terakhirnya kemarin disebutkan oleh pembawa acaranya bahwa rating bukanlah alasan dari diakhirinya acara itu. Bahkan, katanya, justru acara Guystalk mendapat rating yang cukup baik! 😯

Nah, kalau sudah begini alasan apa yang tersisa? Dengan mengecualikan alasan-alasan bersifat pribadi, menurut gw yang tersisa ada dua. Dan dua-duanya adalah alasan yang bersifat strategi! Apakah itu? 😉

Pertama, acara itu memang sudah waktunya berakhir dan benar-benar sengaja ‘dimatikan’ atas nama butuh penyegaran. Pada dasarnya, setiap acara di radio dan tivi selayaknya diberi batasan umur. Tidak terlalu singkat, tetapi tidak juga terlalu panjang usianya. Apalagi sampai 5-6 tahun gak diganti-ganti! 😈 Bagaimana kalau ratingnya stabil terus? 🙄 Tetap aja perlu diakhiri! Bahkan, sebenarnya durasi ideal sebuah acara radio dan tivi cukup 6 bulan aja! 😯 Kenapa? Biar pendengar atau pemirsa tidak sampai pada titik jenuh! Ada yang pernah bilang kalau akan lebih baik diakhiri pada saat acara itu masih sedang ngetop-ngetopnya ketimbang distop ketika ratingnya sudah mulai turun… 😉 Kesannya akan beda lho… 😈 Apalagi kalau radio atau tv tersebut mencitrakan dirinya sebagai media yang dinamis! Dan suatu saat kalau acara itu mau dimunculin lagi pun masih bisa diterima… 😈

Kedua, sebuah acara sengaja dimatikan sebagai pembuka jalan untuk acara penggantinya! 😈 Acara penggantinya pasti mirip-miriplah, hanya mungkin dengan sejumlah embel-embel di sana sini. Mungkin juga jadualnya sedikit berubah. Yang jelas, tidak akan terlalu jauh berbeda. Kenapa tidak langsung diganti? Bisa jadi ada pertimbangan lain. Misalnya, untuk mengetahui langsung bagaimana reaksi pendengar atau pemirsa ketika acara itu dimatikan, menghapus image yang sudah terbentuk terhadap acara seperti itu, dan sebagainya yang ujung-ujungnya adalah bagian dari strategi juga. Tergantung bagaimana mengemasnya… 😉
(btw, dugaan gw Guystalk akan digantikan dengan MMS (Malam-Malam Siaran) seperti di HRFM Jakarta… he he he.. :twisted:)

Kedua alasan itu tidak hanya terkait dengan acara Guystalk-nya HRFM Surabaya aja loh.. Gw cukup yakin apa yang gw coba uraikan di atas tadi masih relevan dengan acara-acara lain di radio atau tv pada umumnya. Memang sih hanya sekedar analisa biasa aja yang kurang mendalam. . :mrgreen: tetapi siapa tahu bisa bermanfaat… he he he 😀 Mungkin ada yang bisa mengoreksi atau menambahkan? 🙂