Koran Tempo atau Tabloid Tempo?

Koran Tempo

Ya, gw tahu gw telat soal penampilan baru dari Koran Tempo :mrgreen: Baru kemarin sore gw sempat membeli Koran Tempo dengan tampilan baru di kios dekat rumah, padahal sejak minggu lalu udah ada iklan di salah satu koran terbitan Surabaya mengenai perubahan itu, yang kalo gak salah dimulai 9 Mei kemarin… :mrgreen:

Begitu selesai membayar ke bapak pemilik kios koran dan majalah, gw jadi sadar bahwa ternyata bentuk Koran Tempo yang sekarang lebih kecil dari perkiraan gw semula… 😯 Sebelumnya gw hanya menebak, paling bentuk barunya gak terlalu beda jauh dengan ukuran koran normal. Paling gak seukuran Jawa Pos-lah. Eh, ternyata sekarang ukurannya sama dengan ukuran tabloid, yang tidak lazim digunakan oleh koran atau surat kabar di Indonesia. Ini Koran Tempo atau Tabloid Tempo ya? Agak aneh tapi menarik! 🙂

Nampaknya perubahan dari broadsheet ke bentuk tabloid itu mengikuti tren yang sedang melanda penerbit surat kabar di Eropa.

“There has been a growing trend in the international community, especially in Europe, for publishers to switch to a more compact size instead of the broad sheet. Sooner or later, we would have to follow the trend. That’s why we decided to start the change now,” the paper’s chief editor Toriq Hadad. (The Jakarta Post, May 10, 2005)

Sebut saja nama-nama seperti The Independent, The Times, dan The Scotsman yang merupakan surat kabar terbitan Inggris yang sudah beralih ke format tabloid.

Oh ya, ukuran Koran Tempo sendiri meskipun sekilas gak beda jauh dengan ukuran tabloid yang beredar di Indonesia, ternyata masih lebih pendek sekitar 1,5 inchi 😯 Barusan gw ukur 😀 Kenapa gak sekalian dibikin berukuran majalah? 😈

Dengan ukuran barunya, selain lebih mudah memegangnya, isi Koran Tempo jadi terkesan lebih padat ketimbang waktu masih berformat broadsheet. Membacanya pun jadi lebih enak. 🙂

Surat kabar seperti Koran Tempo memang harus terus berinovasi dalam berbagai cara. Tanpa itu, jelas orang agak susah membuat orang berpaling dari surat kabar yang sudah duluan eksis. Istilahnya, melawan gajah tidak harus menjadi gajah… he he he :mrgreen: Bukan begitu? CMIIW 🙂