Iklan Penolakan terhadap RUU APP

KAMI MENOLAK RUU APP

Indonesia adalah taman bunga peradaban. Di dalamnya mekar beragam tradisi.
Indonesia adalah pelangi kebudayaan. Di dalamnya berpendar beragam adat.
Indonesia adalah lahan subur kesenian. Di dalamnya tumbuh beragam kreasi.
Indonesia adalah ruang semua agama. Di dalamnya bergema beragam doa.

Kini, keragaman itu sedang terancam oleh RUU APP.
Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi melarang kita menikmati kekayaan budaya kita.

Kita dilarang berpakaian menurut adat kita.
Kita dilarang mengungkapkan kasih sayang pada orang yang kita cintai.
Kita dilarang mengekspresikan keindahan tubuh dan tari-tarian kita.
Kita dilarang mengungkapkan kekayaan seni dan sastra kita.
Kita dilarang untuk menjadi diri kita sendiri.

RUU APP bukan melarang pornografi,
melainkan membenci tubuh manusia, mendiskriminasi kaum perempuan.
RUU APP terlalu jauh memasuki wilayah pribadi manusia,
yaitu tempat setiap orang memelihara keunikannya.

Setiap orang memiliki ukuran moral yang berbeda.
Setiap orang memiliki persepsi sensualitas yang berbeda.
Setiap orang memiliki daya imajinasi yang berbeda.

Tentu, kita ingin lindungi anak-anak kita.
Karena itu pornografi sudah diatur dalam undang-undang tentang perlindungan anak.
Tentu, kita ingin media massa tumbuh sebagai alat komunikasi yang santun dan cerdas.
Karena itu masalah pornografi sudah diatur dalam undang-undang tentang penyiaran.
Bahkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sudah jelas mengatur masalah pelanggaran kesusilaan.

Jadi, Cukup! Jangan merusak keragaman Indonesia dengan RUU APP yang keliru itu.

Indonesia adalah keragaman untuk semua.
Indonesia adalah kebebasan untuk semua.
Indonesia adalah kesetaraan untuk semua.
Indonesia adalah kedamaian untuk semua.

tolak ruu app

Begitulah cuplikan isi iklan penolakan terhadap RUU APP yang termuat satu halaman penuh (halaman 19) di Jawa Pos edisi Jumat 21 April 2006 kemarin, seperti yang juga termuat di halaman depan situs web Aliansi Mawar Putih, penggerak aksi penolakan itu.

Disebutkan bahwa biaya pemasangan iklan yang katanya dipasang juga di Koran Tempo dan The Jakarta Post pada hari yang sama itu merupakan hasil gotong royong dari 3000 orang, yang nama-namanya ikut dicantumkan di situ. Hmm, sebuah bentuk gotong royong yang mengagumkan!

Sedikit menengok ke belakang, sebenarnya cara gotong royong seperti itu pernah juga dilakukan oleh sekitar 10.000 pendukung browser Mozilla Firefox pada dua tahun lalu di mana mereka ramai-ramai mengumpulkan dana untuk pemasangan iklan 2 halaman penuh di surat kabar terkenal, NY Times. Bedanya, mereka bertujuan untuk mempromosikan browser Mozilla Firefox yang pada saat itu memasuki versi 1.0 sekaligus sebagai alternatif pengganti browser Internet Explorer yang selama ini mendominasi pasar browser.

tolak ruu app

Kembali ke soal iklan penolakan terhadap RUU APP tadi. Dengan pemasangan iklan tersebut, mereka yang menolak RUU APP berhasil membuktikan bahwa untuk menyerukan penolakan terhadap sesuatu bisa dilakukan dengan cara yang beradab dan damai disertai penjelasan singkat mengenai penolakan itu. Bukan dengan memasang tampang beringas, teriak-teriak di jalan, melakukan razia, apalagi sampai melakukan tindakan kekerasan!