Perlunya Ruang Interaksi Konsumen dan Produsen Gadget

Ada fenomena yang cukup menarik saat berlangsung Bincang Fotografi (@ HRFM Surabaya) edisi 3 April 2007 lalu yang menghadirkan Richard, perwakilan dari Sony Ericsson (SE). Seharusnya topik pada saat itu adalah soal ponsel kamera namun yang terjadi adalah topik jadi bergeser seputar produk dari produsen ponsel itu… 😯 He he he 😆

Gimana gak, rata-rata pertanyaan yang masuk dari pendengar justru berkisar seputar produk keluaran SE ketimbang soal ponsel kamera pada umumnya. Misalnya, ada yang bertanya soal beda ponsel SE K790 dan K800, fitur kamera di seri W yang gak selengkap seri K, fitur terbaru ponsel kamera SE, hingga soal T610 yang udah jadul. Itu belum termasuk sederet pertanyaan via SMS yang juga banyak bertanya soal produk SE. *gedubrak* 😆

bincang fotografi

Fenomena seperti itu terjadi juga saat gw menghadirkan tamu dari produsen lain. Fujifilm, misalnya. Jadi, tidak khusus SE saja. 😉

Dari situ, sekilas gw melihat adanya kebutuhan konsumen dan calon konsumen untuk mendapat kesempatan berinteraksi lebih dekat dengan pihak produsen gadget. Selama ini nampaknya rata-rata produsen lebih suka pasang iklan gede-gede di koran nasional dengan keterangan minim soal produknya, ketimbang memikirkan adanya ruang interaksi dengan konsumen dan calon konsumen. Mereka terkesan lebih gemar mengumbar berbagai spesifikasi yang terlihat canggih lewat iklan tanpa dibarengi dengan membuka kesempatan lebar-lebar kepada konsumen dan calon konsumen untuk bertanya-tanya dengan leluasa.

Ketika berpameran di mal-mal mewah juga begitu. Lihat saja. Ketika memperkenalkan produk baru, calon pembeli selalu hanya dipertemukan dengan para SPG yang cantik-cantik tapi seringkali tergagap-gagap saat ditanya lebih detil soal spesifikasi produk baru yang ditawarkan. Jarang ditemui acara peluncuran produk baru yang langsung dibarengi dengan kegiatan semacam workshop atau talkshow yang membuka ruang interaksi antara pihak produsen dan calon konsumen.

Apakah para produsen gadget harus selalu menunggu dan membiarkan pihak lain yang berinsiatif membedah fitur-fitur produk keluarannya lewat workshop berbasis komunitas atau artikel di majalah atau talkshow di radio? 😉