13/06/2008 16:05 WIB
BBM Naik, Warga AS Goes Sepeda
Rita Uli Hutapea – detikcomWashington – Dampak kenaikan harga BBM juga dirasakan sebagian warga AS. Bahkan demi penghematan, mereka kini menggoes sepeda untuk pergi ke tempat kerja.
…
Membaca potongan salah satu berita di detikcom sore ini membuat saya tersedak (sedikit berlebihan memang, tapi daripada saya ngaku kalau saya ngakak sampai sakit perut, bukannyakah itu kurang sopan? 🙂 ).
Kembali ke soal “menggoes”. Saya baca di sumber terjemahannya, tidak terdapat kata “menggoes” ataupun “goes”. Jadi, sebenarnya apa artinya “menggoes”? Mungkin ini semacam ‘persaingan’ dalam menambah perbendaharaan kata? Pasalnya, awal Juni 2008 lalu Tempo Interaktif juga memperkenalkan ‘kata baru’: “melounching“. 🙂
tanpa bermaksud membela siapapun, saya kadang merasa bahwa kreativitas penggunaan bahasa seperti ini saya kira ada asyiknya. selama ini kita sudah mengenal kata “goes” (bukan bentukan dari kata “to go” dalam bahasa inggris, tapi kata yang artinya “mengayuh”), misalnya dalam lirik lagu anak-anak “kring-kring goes-goes”.
kalo kata melounching sih menurut saya kebangetan. mungkin wartawannya lupa bahwa ada kata indonesia yang lebih tepat, yaitu ‘meluncurkan’. tapi, pada intinya kita tahu khan apa maksud dari kata ‘melounching’ itu? bukankah inti dari komunikasi adalah anda tahu apa yang saya maksudkan tanpa ada perbedaan makna yang tersampaikan? hahahaha…
Om Puji, referensi atau bahasa daerah mana yang mengatakan goes = mengayuh?
Kalau Tempo sudah diakuisi oleh id-Gmail dan menjadi ‘junkyard‘, saya akan sangat memaklumi kenapa orang Tempo menulis demikian tanpa ditegur oleh redaktur bahasanya… 🙂
Di daerah Jakarta dan sekitarnya, menggoes = mengayuh.
Nenda, ok thanks! 🙂
memang kadang jurnalis pun harus ikut kursus bahasa Indonesia yang baik dan benar lagi ya…
“kring, kring, goes goes..”
saya kutipkan sebait lagu entah punya siapa.
soal melounching, isi situs itu emang gak melewati redaktur bahasa. jadi boro2 ditegor!
dodi, tapi “goes” belum terdaftar di KBBI 🙂
gak melewati redaktur bahasa? setidaknya bisa sering-sering mampir lihat-lihat dong… duh! *prihatin*
Andai saja benar kecenderungan berbahasa ‘nyleneh’ karena didasari adanya kreativitas. Saya khawatir terjadi kelemahan mengolah kosa kata bahasa Indonesia pada beberapa jurnalis kita.