SCREEN: Majalah Soal Film atau Edisi Film Majalah HAI?

SCREEN

Ketika pertama kali tahu kalo majalah SCREEN ini adalah keluarannya Majalah HAI, sempat muncul harapan dan optimisme akan kehadiran sebuah majalah film baru yang berkualitas mengingat liputan dan review soal film di HAI sendiri selama ini sudah rutin muncul dan malah terkadang isi liputannya bersifat eksklusif. Apalagi secara berkala HAI mengadakan nonton film bareng dan nerbitin edisi khusus film. Berdasarkan faktor-faktor itu, seharusnya ketika soal film digarap secara khusus dalam sebuah format majalah terpisah maka hasilnya bisa lebih memukau dan mengesankan! Seharusnya… 😉 Apakah demikian kenyataannya? 😈 🙄

Setelah membuka halaman demi halaman, nampaknya SCREEN berusaha tidak terjebak dalam kejar-kejaran masang film terbaru sebagai cover dan bahasan utama seperti yang sering dilakukan oleh dua majalah film lain, CINEMAGS dan M2. Yang dipasang sebagai cover kali ini justru film Alien Vs Predator dan The Terminal yang sedang diputar di bioskop-bioskop Jakarta dan kota-kota besar lainnya, termasuk Surabaya (kecuali The Terminal yang belum diputar di Surabaya). Jadinya, pembaca tidak hanya diiming-imingi saja dengan cover dan review singkat tentang film yang bahkan kadang-kadang belum selesai dibuat oleh pembuat filmnya seperti yang selama ini kerap dilakukan oleh CINEMAGS dan M2. Namun begitu, gerakan ‘membumi’ seperti itu sebenarnya mengandung resiko utama di mana waktu peredarannya jadi sangat sempit, telat dikit bisa dianggap basi. 😈

Usai membolak-balik majalah itu sampai habis, gw jadi bertanya-tanya: ini majalah khusus film atau hanya sekedar edisi khusus film dari majalah HAI sih? Isi terlalu HAI banget deh! Malah secara kualitas, cukup mengecewakan! 😛 Lihat saja, selain gaya bahasa, model pembahasan, lay outnya juga mirip. Sampai di sini mungkin masih bisa dinikmati. Tapi menemukan resensi game (World Soccer) dan cd musik (Velvet Revolver, The Cure, dan Power of Soul) yang sepengetahuan gw semua itu gak ada hubungannya sama film, jelas sudah terlalu memaksa untuk muatan sebuah movie magazine! 😛 Kalau akhirnya jadi gak karuan begitu, buat apa menonjolkan unsur HAI-nya? Apa gak malah malu-maluin tuh?!

Sudah begitu, tidak ada keterangan soal jadual penayangan di bioskop-bioskop tanah air dari film-film yang direview, meskipun hanya perkiraan saja… 🙁

Kehadiran rubrik bernama ‘most wanted’ juga patut dipertanyakan keseriusan penggarapannya! 😈 Yang terpampang di sana hanyalah sederet ulasan-ulasan singkat tentang puluhan film yang sudah diputar di tv mapun bioskop, tanpa ada keterangan apakah ini ulasan tentang DVD/VCD terbaru atau bagaimana, apakah ini film bioskop atau tv.. Di sana hanya dibagi sesuai kategori… 😕 Kalaupun semua itu disebut ‘most wanted’, most wanted untuk periode kapan? Sepanjang masa? Tetap aja kurang gak jelas! Apalagi itu adalah sebuah rubrik, yang tentunya hadir tiap edisi… Kalau edisi sekarang saja tidak ada kejelasan, bagaimana dengan yang akan dimuat dalam rubrik itu di edisi berikutnya? 🙄

Semuanya sama gak jelasnya dengan pemilihan gambar yang dipasang di sebelah ulasan singkat masing-masing film dalam rubrik itu. Ada yang diambil dari cover DVD, ada juga yang dari VCD. Tidak konsisten! Lebih parah lagi pas masuk di bagian bahasan singkat film-film indonesia, semua sampul DVD/VCD yang dipasang pada buram-buram begitu… 😛

Parahnya kualitas foto dan gambar, tidak hanya terdapat dalam rubrik ‘most wanted’ tetapi juga pada halaman-halamn lain. Banyak yang kualitasnya tergolong jelek. Bahkan bisa dibilang lebih jelek dari hasil scan. Bahkan untuk gambar poster film sekalipun! 😛 Mengingat hubungan baiknya pihak HAI dengan pihak 21 Cineplex selama ini, apa susahnya sih minta poster dan foto-foto adegan film yang kualitas cetaknya layak dipasang di majalah? Masak kalah dengan CINEMAGS dan M2 yang kualitas cetaknya lebih bagus? 😉

Satu lagi yang cukup mengganggu adalah sebuah artikel di halaman 68 yang berjudul “The Best Romantic Movies …. Ever?“. Isinya kok malah curhat soal penulisnya yang ngaku gak bisa bedain film romatis atau gak dan istrinya yang lebih tahu. Waduh, plis deh! 😡 Mungkin maksudnya mau ngambil sudut pandang lain dalam penulisan artikel, tapi kalau sampai isinya lebih banyak curhat begitu ya mending ambil topik lain aja deh! Biarpun rubriknya bernama ‘featured’, tapi gak usah maksa gitu dong ah! 😛

Sudah begini, kalau tetap tidak ada perubahan banyak di edisi berikutnya, gw sih TIDAK REKOMENDASIKAN deh beli majalah berbandrol 25 ribu rupiah itu! Rugi gw beli! That’s not a movie magazine! Kecuali kalo loe mo buktiin perkataan gw di sini dan pengen bonus CD-nya yang isinya standar-standar saja (wallpaper dan trailers film saja)… :mrgreen: