Daily Life

ChickLit, TeenLit, LadLit

ChickLit dan TeenLit! Belakangan ini dua genre novel itu sedang membanjiri toko buku semacam Gramedia… Begitu masuk, udah langsung terlihat deretan tumpukan buku-buku yang masuk kedua genre itu ๐Ÿ˜ฏ

Tidak sulit untuk mengenalinya. Selain ada tulisan kecil “ChickLit” atau “TeenLit” di kaver depan, novel genre itu bisa dikenali dari ilustrasi kaver depannya yang bergaya vector art dengan warna-warna pastel dan judul-judul yang remaja banget. Sebut saja seperti Me versus High Heels (Aku vs Sepatu Hak Tinggi), Fashionista, dan Confessions of a Shopaholic (Pengakuan si Gila Belanja). Ciri lainnya, teks isi di dalamnya menggunakan ukuran font yang cukup besar. Lebih besar dibanding ukuran font dalam novel-novel biasanya…. ๐Ÿ˜ฎ

Gw sendiri belum pernah baca sampai habis buku yang termasuk genre chicklit (sejumlah pihak menulisnya Chick-Lit) atau teenlit (Teen-Lit) itu. Hanya sempat ngintip beberapa Continue reading…

Nonton Si Big Red Sebelum Basi

hellboy
Agak aneh ya sistem pemutaran film di bioskop di Indonesia. Kadang jadual main sebuah film bisa berbarengan dengan jadual di bioskop negara-negara besar, tetapi tidak jarang sebuah film akhirnya main di bioskop-bioskop jaringan 21 setelah versi VCD / DVDnya sudah hampir dirilis atau malah sudah ada di toko-toko duluan… ๐Ÿ˜ฏ

Itulah yang terjadi dengan film Hellboy, yang menjadi pilihan Midnite Lovernya 89.7 HRFM Surabaya edisi Sabtu kemarin (24 Juli 2004). DVDnya udah mau dirilis 27 Juli 2004 besok, eh 21 Cineplex baru mau putar minggu ini….

Meskipun secara jadwal pemutaran film itu tergolong super basi, untungnya kualitas film itu sendiri gak basi dan gak garing! ๐Ÿ˜‰ Awalnya, gw sempat under estimate terhadap film soal si Big Red itu. Gw tidak banyak berharap soal efek dan setting yang wah. Eh, ternyata… asik juga lho setting, efek, dan pencahayaan yang ada di film itu. Seru!

Di samping itu, gw masih punya beberapa catatan lain:

  • Kisah awal si Big Red digambarkan terjadi pada tahun 1944 dan dikawal setting yang wah dan serba canggih… Sepertinya kurang nyambung ya? Tahun segitu emangnya udah ada peralatan secanggih yang dimunculkan di film itu? ๐Ÿ™„
  • Yang dimunculkan sebagai lawan si Hellboy adalah monster! Buset! Gw kok jadi ingat film tempo dulu macam Megaloman dan Gaban ya?! ๐Ÿ˜ˆ :mrgreen: Gak ada jenis musuh lain apa ya?!!! ๐Ÿ˜›
  • alur cerita yang kurang greget dan mudah ditebak… ugh! ๐Ÿ˜ˆ

Mudah-mudahan sekuelnya yang akan dirilis tahun 2006 nanti bisa lebih baik! Gw tunggu lho! ๐Ÿ˜‰ ๐Ÿ˜ˆ

Pencapaian Terbesar?

Kemarin pagi tiba-tiba gw ditelpon teman baik gw yang juga produser sebuah acara di salah satu radio. Eh, gw diminta ngomong soal pencapain terbesar gw di on air! ๐Ÿ˜ฏ Gw hanya dikasih waktu kurang dari satu menit buat berpikir! Buset dah! Gile!!! Apalagi ini pertanyaan yang sebelumnya belum terpikir jawabannya… ๐Ÿ™„ Ditambah gw masih setengah ngantuk… ๐Ÿ˜Ž

Akhirnya, gw menyebut ada dua! Pertama, di bidang fotografi saat gw menang jadi juara II dalam sebuah lomba foto nasional yang dibikin SMA Kanisius, Jakarta dan Juara Harapan I Salon Foto Mahasiswa-nya Univ. Kr Petra, Surabaya. Kedua, di bidang tulis menulis di mana gw sempat menjadi koresponden dari dua majalah di Jakarta (HAI dan MWMAG). Kenapa yang terpikir dua hal itu? Ya, karena bisa dibilang gw menekuninya secara otodidak, terutama dalam hal tulis menulis. Untuk fotografi sih, gw masih dapat ilmu dasarnya pas dulu di SMU ikut ekskul Fotografi. Sedangkan tulis menulis, jadi lancar karena learning by doing dengan bimbingan per telpon dari Mas dhw (mantan redpelnya Hai). :mrgreen:

Oh ya, sebenarnya ada hal lain yang gw dapat dari kedua bidang itu. Apa? Gw jadi bisa ketemu banyak orang dari berbagai kalangan. Yang sering sih artis ๐Ÿ˜€ Ketemunya, baik pas dapat tugas wawancara atau meliput juga ketika ngerjain order foto dari si artis yang bersangkutan (baru dua band sih…). :mrgreen: ๐Ÿ˜‰

Meskipun demikian, sebenarnya kalo dipikir lebih lanjut, gw merasa belum punya apa yang benar-benar disebut Pencapaian Terbesar itu… ๐Ÿ˜ How about you?

Artikel-artikel Gw di MWMAG

Karena arsip MWMAG udah dionlinekan lagi oleh si Steven yang dulu jadi Kepala Editor, mulai kemarin siang gw jadi sibuk bernostalgia cari-cari artikel-artikel gw yang pernah di muat di majalah yang sudah tidak terbit itu… :mrgreen:

Bagi gw, saat-saat menulis buat majalah berkala bagi para praktisi Internet Indonesia itu merupakan saat yang menyenangkan dan pengalaman yang asik banget. Bisa menulis dengan lepas soal bidang yang gw paling suka: Internet! Gw mulai masuk sejak edisi 04. Pas itu, gw sempat mengasuh rubrik opini dan berita, hosting, dan pasteboard! Thanks Steven yang udah ngajak gw! ๐Ÿ™‚ ๐Ÿ˜›

Oh ya, ini dia daftar tulisan-tulisan gw di MWMAG mulai nomor 04: ๐Ÿ˜ณ ๐Ÿ˜‰

Hmm, ada yang perlu reporter, wartawan, redaktur, copywritter, atau penulis? :mrgreen: ๐Ÿ˜‰

Around the World with Midnite Lover

Midnite Lover is back! Ya, acara nonton midnite rame-rame digelar lagi oleh Hard Rock FM Surabaya pada Sabtu kemarin (10 Juli 2004) yang kali ini dengan menggandeng salah satu provider jaringan CDMA. Bioskopnya tetap di Tunjungan Plaza. Seperti biasa, semua peserta mendapat bonus goody bag yang berisi gift dari sponsor. Untuk kemarin ‘hanya’ mendapat starter pack dan souvenir notes dan pulpen doang…. Ditambah ada games berhadiah.

Dibanding acara ML yang season sebelumnya sih, kali ini giftnya agak garing. Kalah banyak dan kurang asik…:sad: Yang dulu itu bisa dapat macam-macam, mulai dari soft drink, permen, biskuit, dompet, sampai radio FM scan segala! ๐Ÿ˜‰

Untunglah film Around the World in 80 Days yang jadi film pilihan Midnite Lover kemarin itu cukup menarik dan bisa bikin orang segedung ketawa terpingkal-pingkal sampai bubaran. ๐Ÿ˜‰ :mrgreen:

Untung pula di film itu ada Jacky Chen yang berperan sebagai Passepartout/Lau Xing. Untunglah film itu dipenuhi sederet bintang ngetop seperti Sammo Hung, Owen Wilson, Kathy Bates, sampai Arnold Schwarzenegger (meskipun rata-rata hanya tampil 5-10 menit). Untung juga film tersebut mengikuti pakemnya Jacky Chen sehingga jadi enak ditonton sebagai hiburan segar, meskipun jadinya film daur ulang itu agak sedikit melenceng dari film aslinya yang dibuat tahun 1956.

Gak kebayang deh gimana film itu tanpa Jacky Chen dan pakem kung-fu komedi yang jadi ciri khasnya… ๐Ÿ˜‰