Etc

Tomat Sakti

Satu lagi kesaktian dari tomat: bisa mengurangi resiko kanker prostat!

Mengapa? Karena tomat mengandung lycopene atau carotenoid yang dianggap dapat menurunkan reskio kematian bagi penderita kanker prostat. Oh ya, lycopene itulah yang membuat tomat berwarna merah.

Meskipun begitu, jangan keburu gila-gilaan memborong tomat di pasar dulu. Pasalnya, sejauh ini percobaan baru dilakukan terhadap tikus. Manusia belum. ๐Ÿ˜‰

Tips from the Dreamweaver’s Developers

Buat yang profesinya web designer pasti kenal dengan software asyik bernama Macromedia Dreamweaver, apalagi kalau sudah bukan tingkat pemula, bisa dipastikan software yang dipakai pasti itu. Kecuali ada pertimbangan khusus lain. ๐Ÿ˜‰

Nah, ada sejumlah ‘bocoran’ tips buat para pengguna dari mereka yang mengerjakan Dreamweaver, yang bisa dibaca di sini. ๐Ÿ™‚

Petuah untuk Berbisnis Sendiri

Apakah kamu adalah desainer web, desainer grafis, atau programmer yang pengen lepas dari tempat kerja sekarang dan mendirikan perusahan sendiri? Ada sejumlah ‘petuah’ dari Kevin Potts mengenai hal itu yang bisa disimak lengkap dalam artikelnya Starting a Business: Advice from the Trenches yang dimuat di A List Apart (yang barusan re-design).

Menurutnya, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan, yaitu:

  1. Write a Business Plan
  2. File for a Fictitious Name
  3. Funding
  4. Get an Accountant
  5. Start with a Partner
  6. About Your New Office
  7. Retain a Good Paper Trail
  8. Start Small, Conserve Loot
  9. Don’t Undercharge, but Be Flexible
  10. Legal Software
  11. Separate Personal and Business Finances
  12. Marketing
  13. The Importance of Image
  14. Use Outside Resources

Wuih, cukup banyak juga ya. Kalau dilihat-lihat sih sebenarnya apa yang dia tawarkan itu adalah hal-hal yang umum kalau mau membangun usaha sendiri. Tapi, bolehlah sebagai penyemangat buat kita-kita. ๐Ÿ˜‰

Flyblogging

Belakangan ini, beberapa kali komentar yang masuk ke situs web gue ini berbentuk ‘spam’. ๐Ÿ™ Spammer memang kurang ajar!

Ternyata saat ini para spammer memang mulai menyerang situs-situs web blog dengan ‘sampah-sampah’ mereka, yaitu dengan mengisi bagian ‘komentar’ pada suatu situs web blog. Hal itu ditegaskan Bill Thompson, seorang analis teknologi, dalam artikelnya How spammers are targeting blogs.

Kalau biasanya untuk mengisi komentar dengan ‘junk comment’ harus dilakukan satu per satu, si Bill menengarai sekarang hal itu sudah bisa dilakukan secara otomastis oleh para spammer itu. Ini yang makin menjengkelkan. Apa setiap pengunjung harus mendaftar dulu? Malas amat. ๐Ÿ™

Oh ya, untuk spam yang menyerang blogsites seperti itu dia menyebutnya sebagai “flyblogging“, meskipun sebenarnya istilah itu sebelumnya diartikan sebagai “ngeblog sambil terbang (di pesawat)” atau “ngeblog soal terbang”. Dia menyamakannya dengan “flyposting”, istilah buat poster atau brosur promosi yang biasanya ditempelkan di jendela rumah-rumah oleh pihak-pihak yang gak bertanggung jawab. Bedanya yang ini versi digital, tetapi sama-sama MENJENGKELKAN! ๐Ÿ™

Soal 300 dpi di MPPC 2003

Salah satu syarat di MOSSAIK Press Photo Contest 2003 (MPPC 2003) adalah:

Sumber foto bisa berupa film analog maupun digital. Penggabungan gambar dan penambahan elemen-elemen gambar dengan tenik digital maupun lab tidak diperkenankan. Sebelum penyerahan hadiah, peserta harus dapat menunjukkan sumber asli film ( original analog source ). Untuk sumber digital peserta harus dapat menunjukkan sumber asli digital dengan ukuran aslinya ( actual size). Dengan Resolusi 300 dpi.

Setahuku hasil foto dari kamera digital itu rata-rata 72 dpi, bukan 300 dpi. CMIIW. Makanya aku minta konfirmasi ke panitia. ๐Ÿ™‚

Tanggapan dari Pak Hendro Dwijo Laksono (Majalah Mossaik) begini:

  1. Dalam wacana kamera digital, sebetulnya tidak ada yg menegaskan bahwa dpi asli kamera digital adalah 72. Untuk kamera tertentu, misalnya Nikon D-1, bisa di-set 300dpi. Begitu juga beberapa kamera lain.
  2. Hasil diskusi terakhir di panitia, penyebutan 300dpi ini sebetulnya tidak berlaku mutlak. Hanya saja, penyebutan densitas foto 300dpi (bukan 72dpi), ini semata-mata pemikiran logis bahwa karya yang dikumpulkan adalah ‘foto cetak’ dengan ukuran 12 R (30 x 40 cm). Dengan sendirinya, cetak sebesar ini butuh kualitas image yang memiliki tingkat kerapatan dot per inch yang tinggi, yaitu 300dpi. Jika maksa 72dpi, dipastikan bakal pecah.
  3. Kalaupun ada upaya menaikan densitas foto dari 72dpi ke 300dpi lewat photoshop, asal bukan “Penggabungan gambar dan penambahan elemen-elemen gambar dengan tenik digital maupun lab”, maka sah-sah saja.

Kalau aku sih masih tetap bingung. Karena kalau memang yang bakal dinilai itu adalah foto cetakan, kenapa harus mengurus resolusi dpi? Bukannya cukup dengan melihat saja bagaimana kualitas cetakan foto yang dikirim ke panitia? Kecuali boleh hanya mengirim filenya saja ke panitia, tanpa perlu dicetak dulu. ๐Ÿ˜‰

Mudah-mudahan gak dianggap reseh sama panitianya… he he he ๐Ÿ˜€