General

Early Bird atau Banting Harga Tiket?

Agak terkejut juga membaca berita soal promotor kondang yang sampai harus banting harga tiket untuk beberapa konser yang dibikinnya belakangan ini lantaran kurang peminatnya. Dan itu tidak hanya dilakukan untuk konser The Used dan Panic at the Disco yang akan berlangsung beberapa hari lagi di bulan Agustus ini tetapi juga untuk acara Jakarta Jam! yang berlangsung akhir bulan lalu.

Sudah banting harga begitu, kabarnya pihak promotor masih harus mengembalikan uang sejumlah selisih harga awal dengan harga setelah dibanting kepada calon penonton yang sebelumnya sudah membeli. Duh!
Continue reading…

Ketika Suporter Sepakbola Masih Bermasalah

artikel bonek

Terjadinya aksi beringas yang dilakukan suporter sepakbola di Surabaya kemarin sore sungguh memprihatinkan. Lewat tayangan di tv, terlihat para suporter dengan entengnya memecahkan kaca-kaca mobil yang diparkir di depan Stadion Tambaksari. Bahkan sejumlah mobil dibakar. Brutal! ๐Ÿ˜ก

Tidak hanya itu. Saat gw mendengarkan Radio Suara Surabaya, ada pengendara mobil yang melaporkan kalau kaca mobilnya dipecahkan oleh rombongan suporter yang melintas di jalan raya. Doh! ๐Ÿ˜

Tiba-tiba gw jadi teringat dengan wawancara gw sekitar 10 tahun silam dengan sosiolog Hotman Siahaan mengenai aksi brutal suporter sepakbola. Kebetulan pada saat itu, gw juga sempat menemukan seorang suporter untuk diwawancara. Berdasarkan arsip gw, hasil wawancara tersebut dimuat di majalah Hai edisi 42/XX/22 Oktober 1996 menjadi dua artikel.

Melihat tahun wawancara dan pemuatannya memang sudah lama namun gw rasa ada sejumlah pendapat dari Hotman yang masih menarik untuk disimak kembali.

Dalam wawancara itu, Hotman mengatakan bahwa dalam situasi bergerombol, orang bisa melakukan apa saja karena itulah karakteristik massa. “Pada dasarnya setiap kerumunan punya kemungkinan menimbulkan kerusuhan, bukan hanya sepakbola,” kata Hotman.

Saran supaya suporter diseleksi, menurutnya sama saja. Hal itu tidak menyelesaikan masalah. Pasalnya ketika orang-orang yang terseleksi itu berkumpul, karakteristik massanya tetap ada meskipun mungkin dengan gradasi yang lebih rendah.

Jadi, solusinya? Continue reading…

Berdana untuk Korban Tsunami di Aceh via SMS

Indonesia Setengah Tiang

Ingin menyumbang atau berdana untuk korban gempa dan gelombang Tsunami di Aceh dan sekitarnya tapi malas ke ATM atau malas login ke internet banking dari bank-bank tertentu untuk transfer ke rekening-rekening milik lembaga dan media yang disediakan untuk itu? ๐Ÿ˜ˆ

Kenapa tidak lewat SMS saja? Praktis dan gak ribet. Gw tadi udah nyoba dan berhasil. Udah dapat sms konfirmasinya. :mrgreen: Caranya? Begini… (sesuai informasi yang ada di situs web masing-masing operator)

  1. Untuk pengguna TELKOMSEL (HALO, simPATI, As):
    Ketik ACEH dan kirim ke nomor 2000 untuk sumbangan senilai Rp 2000,- /sms.
  2. Untuk pengguna INDOSAT (Mentari, Matrix, IM3 Smart):
    Ketik Aceh<spasi>pesan dan kirim ke nomor 5000 untuk sumbangan senilai Rp 5000,- /sms.
    (informasi jumlah dana yang terkumpul langsung tercantum di situs webnya secara real time).
  3. Untuk pengguna XL (jempol, bebas, Xplor):
    Kirim SMS ke nomor 5000 untuk sumbangan senilai Rp 5000,- /sms.
  4. Untuk pengguna Telkom Flexi:
    Ketik PEDULI ACEH dan kirim ke nomor 2000 untuk sumbangan senilai Rp 2000,- /sms.
    (Jumlah dana yang sudah terkirim dari nomor Flexi Anda, bisa dicek di sini).
  5. Untuk pengguna Esia:
    Ketik DOMPET ACEH dan kirim ke nomor 3514 untuk sumbangan senilai Rp 10.000,- /sms. (thanks Rezi atas infonya)

Untuk pengguna layanan dari operator CDMA dan GSM lain selain yang sudah disebut di atas, gimana caranya ya? ๐Ÿ™„

Sudah Malak, Minta Dicium Pula!

… petugas itu meminta kembali uang Rp 250.000 atau dollar Australia. Lalu kami mengatakan bahwa kami adalah relawan di sebuah organisasi di Indonesia sehingga tidak mempunyai pecahan dollar, tetapi hanya memiliki rupiah. Setelah itu kami menawarkan Rp 50.000 dan ditolak. Lalu dia mulai berkata dengan perkataan yang tidak sopan, “Kamu cantik sekali. Saya suka sama kamu,” dan bertanya tentang status perkawinan kami.

Meskipun merasa marah, kami tetap menjawab pertanyaan polisi itu dengan mengatakan bahwa akan menikah dengan warga Australia. Setelah mendengar jawaban itu, polisi tersebut tampak kelihatan agak takut. Pada saat itu ada seorang polisi lainnya yang lebih senior sempat lewat dekat kami, tetapi kemudian cepat berlalu. Kemudian polisi tersebut meminta membayar Rp 100.000, tetapi ditambah sebuah ciuman. Kalau di Australia perilaku polisi seperti ini adalah sebuah pelecehan seksual dan dapat diancam hukuman penjara…

Itulah petikan salah satu pengalaman warga atau pengguna jalan ketika harus berurusan dengan polisi, yang dimuat di rubrik “Redaksi Yth”-nya KOMPAS (7/11). Sudah malak, masih minta dicium pula! Ugh, sebuah potret buram nan memalukan dari petugas kepolisian di negeri kita ini! ๐Ÿ˜ก ๐Ÿ™