Media

Strategi Mengakhiri Sebuah Acara Radio atau TV

Diakhirinya sebuah acara seperti Guystalk-nya HRFM Surabaya sejak kemarin (dan ditambah tanpa ada keterangan yang jelas dibaliknya), membuat gw mencoba melihat hal itu dari sisi lain. ๐Ÿ˜‰

Setahu gw, secara umum alasan yang biasa dipakai untuk mematikan sebuah acara di radio dan tv adalah masalah rating yang dikeluarkan oleh lembaga seperti ACNielsen. Ratingnya makin turun atau tetap (stagnan) menjadi indikasi bahwa acara tersebut tidak diminati sehingga sudah saatnya dihentikan. Saking saktinya, ketika rating yang dipakai sebagai alasan untuk menyetop sebuah acara, bisa dibilang tidak ada satu pihak yang terlibat di dalamnya bisa membantah… Gw sendiri masih kurang jelas cara seperti apa yang diambil oleh lembaga pemberi rating itu sehingga membuat hasil survey yang dikeluarkannya menjadi sebegitu saktinya. ๐Ÿ™„

Terkait dengan acara Guystalk, dalam siaran terakhirnya kemarin disebutkan oleh pembawa acaranya bahwa rating bukanlah alasan dari diakhirinya acara itu. Bahkan, katanya, justru acara Guystalk mendapat rating yang cukup baik! ๐Ÿ˜ฏ

Nah, kalau sudah begini alasan apa yang tersisa? Dengan mengecualikan alasan-alasan bersifat pribadi, menurut gw yang tersisa ada dua. Dan dua-duanya adalah alasan yang bersifat strategi! Apakah itu? ๐Ÿ˜‰
Continue reading…

Farawell Party of Guystalk!

guy's talk

Kemarin gw diundang Bagus ke last edition party of Guystalk-nya 89.7HRFM Surabaya. Diundang makan-makan ya jelas gw gak berani ngelewatinnya.. he he he :mrgreen: Menunya cukup berlimpah pula. Ada nasi ayam goreng, bakso solo, kue, serta minuman kaleng! :plok:

Guystalk sendiri adalah sebuah acara mingguan di HRFM Surabaya yang selalu on air saban Kamis malam bersama Bagus dan Glenn, dengan mengusung topik-topik seputar obrolan cowok sekali. Topik-topiknya bisa dibilang seringkali nyerempet-nyerempet seputar sex! ๐Ÿ˜ˆ Lengkapnya, seperti yang dikatakan dalam situs webnya:

Apa yang pengen Hard Rockers ketahui tentang laki-laki, cari di sini. Mau ngomongin soal musik, gaya hidup, olahraga, sex, ayuuk ah, ada di Guys Topic. Cewek yang mau kasih opini, ada segmennya sendiri: What She Says. Ada bonus tips kencan juga di Date Line.”

Semalam, edisi terakhir dari acara buat cowok itu nampaknya dibuat sedikit lain dari biasanya. Selain ada acara makan-makannya, juga siarannya dipindah ke ruang lobi yang ada di depan studio / ruang siaran. Narasumber yang dihadirkan pun cukup spesial. Ada Irgo dari J.W Marriot yang sempat terpilih sebagai salah satu Cowok Metrosexual Surabaya dan pemilik Bakso Solo (depan SMP 6 Surabaya) yang terkenal dengan bakso dan menu minuman-minuman spesialnya! ๐Ÿ˜ฏ Ada juga sesi ngasih testimonial dari sejumlah orang, termasuk gw! :mrgreen:

Oh ya, bicara soal edisi terakhir, hingga acaranya usai tidak disebutkan alasan atau latar belakang mengapa acara tersebut harus dibubarkan setelah berlangsung sekitar 3 tahun! ๐Ÿ™„ Sengaja dibikin (sok) misterius? Bisa jadi! ๐Ÿ˜›

Mau misterius atau gak, yang jelas gw hanya bisa bilang tengkyu atas makan-makannya.:mrgreen: Good luck buat Bagus (host), Glenn (host), dan Pio (produser). Thanks juga atas giftnya! ๐Ÿ˜€

Bukan, ini Bukan Majalah Fotografi

CFVD

Nama yang diusung oleh majalah baru keluaran Grup Gramedia (dengan bendera Elex) ini adalah CHIP Foto Video Digital, namun jangan keliru sampai keliru ya. Nama itu bukanlah jaminan lho kalau kita akan menemukan banyak artikel atau tips seputar membuat foto atau video digital di dalamnya. Bisa jadi hanya kekecewaanlah yang mencuat jika membeli majalah ini semata-mata dengan harapan mendapat sederet pelajaran soal memotret (pemandangan atau model, misalnya)! ๐Ÿ˜Ž

Nama yang disandang memang mengandung kata “foto” dan “video”, tetapi kalau diperhatikan sebenarnya menu utama majalah ini justru bukan soal fotografi dan videografi melainkan lebih banyak mengenai seputar perkembangan kamera digital dan camcorder (kamera video)! ๐Ÿ˜ฏ Apalagi pernyataan Dedy Irvan, Managing Editor CHIP Foto Video Digital (CFVD), dalam kata pengantar di halaman 4 semakin menegaskan hal itu. “Tes dan review digicam, camcorder dan perlengkapan pendukungnya adalah menu utama di dalam majalah ini, ” katanya. ๐Ÿ™„

Kalau memang begitu, buat yang sudah terlanjur ‘salah’ membeli ya dinikmati saja… ๐Ÿ˜ Memang sih majalah berbandrol Rp 29.800,- ini tergolong mahal dan tetap terasa mahal meskipun 100 halamannya semua full color dan ada bonus CD berisi sejumlah software dan foto-foto contoh. ๐Ÿ™ Namun, untuk yang barusan tertarik menggunakan kamera digital dan sedang berencana menukar kamera analognya ke versi digital, masalah harga tadi mungkin akan dapat dilupakan sejenak setelah membaca berbagai ulasan dan tes terhadap sejumlah kamera digital yang dimuat oleh majalah ini. :mrgreen:
Continue reading…

Menjadi Pahlawan dan Idola itu Urusan Sikap

Kalau dipikir-pikir untuk menjadi seorang pahlawan dan idola itu sebenarnya modal utamanya sama: sikap. Pahlawan berani menentukan sikap untuk memperjuangkan kebenaran dan kemerdekaan. Seandainya sang pahlawan tidak berani bersikap rela berkorban, bisa jadi tidak akan ada tindakan kepahlawanan yang bisa dia lakukan. Seandainya para pahlawan tidak punya sikap yang tegas dan jelas, bisa jadi kisah-kisah kepahlawanan tidak akan pernah tercetak dalam buku-buku sejarah… Seandainya para pahlawan tidak punya sikap konsisten dan konsekuen dalam bertindak serta mudah terpengaruh, bisa jadi apa yang diperjuangkan tidak akan kunjung tiba.. ๐Ÿ˜

Seseorang dianggap pahlawan bukan semata-mata karena dia punya tubuh sehat, kekar, dan tegap. Seseorang disebut sebagai pahlawan bukan karena punya bakat berpidato, menulis, menyanyi, baca pusi saja. Seseorang mendapat sebutan sebagai pahlawan bukan pula hanya karena kemana-mana mengusung bambu runcing, pistol, ataupun senapan. Namun, seseorang menjadi pahlawan karena sikapnya! ๐Ÿ˜Ž

Bagaimana dengan idola? ๐Ÿ˜‰

Sama saja! Seseorang bisa menjadi idola bukan semata-mata karena tampang keren dan tubuh seksi. Seseorang pantas dijadikan idola bukan juga karena punya bakat-bakat tertentu seperti menyanyi, menari, atau akting saja. Seseorang patut disebut sebagai idola tidak juga hanya karena mampu meraih angka tertinggi dari jumlah sms yang masuk dalam polling acara-acara reality show di tv swasta. ๐Ÿ˜‰

Adalah sikaplah yang bisa menjadikan seseorang menjadi idola! Sikap percaya diri, rendah hati, bersemangat, konsekuen, konsisten, dan profesional adalah sederet modal dasar dan utama menjadi idola. Tidak jauh berbeda dengan syarat disebut sebagai pahlawan. Tanpa modal sederet sikap itu, janganlah berharap menjadi idola yang sebenarnya. :music:

Contoh mengenai bagaimana sikap menjadi ukuran kesuksesan seseorang menjadi idola atau tidak bisa dilihat dalam kasus Joy Tobing yang sedang hangat diberitakan di media-media massa. Joy, sebagai pemenang ajang Indonesian Idols yang notabene adalah (calon) idola baru, mungkin tidak menyadari hal itu. Sikapnya yang tiba-tiba hendak memutus kontrak dengan Indomugi Pratama (IP) Entertainment (manajemen artis untuk finalis Indonesiaan Idol yang ditunjuk Fremantle Media, pelaksana Indonesian Idol) jelas bukan sikap seorang (calon) idola. Kenapa? Pasalnya, ia telah menandatangani kontrak dengan pihak IP sebelum keluar sebagai pemenang. So, suka atau tidak suka dan baik atau jeleknya penanganan dari pihak IP sendiri terhadap artis yang dikontrak, bagaimanapun juga kontrak sudah ditandatangani dan sudah seharusnya kedua belah pihak konsekuen terhadap isi kontrak!. ๐Ÿ˜Ž

Kalaupun memang dari awal katanya sudah tidak sreg dengan isi kontrak, seharusnya Joy tidak perlu menandatanganinya (seperti halnya Helena dan Nania) meskipun konsekuensinya (mungkin) harus puas tidak menjadi pemenang, karena pada dasarnya sang pemenang diwajibkan bergabung dengan manajemen artis yang ditunjuk penyelenggara.

Di samping itu, sikapnya yang ingin melibatkan keluarga untuk bersama-sama dengan IP mengurusinya terlihat agak kurang profesional dan lagi-lagi tidak konsisten dan konsekuen. Apalagi menurut Indriena (General Manager Asia Fremantlemedia), hal tersebut jelas tak bisa dipenuhi mengingat untuk terlibat dalam ajang World Idol, salah satu persyaratannya adalah kontestan harus disalurkan oleh manajemen talent yang sudah ditunjuk dan disepakati.

Lagipula, kenapa hal itu tidak disampaikan sebelum ia diputuskan jadi pemenang? Kenapa baru belakangan ini? Kenapa baru mempersoalkannya setelah keluar sebagai pemenang Indonesian Idol? ๐Ÿ™„ Sudah begitu, hingga sekarang masih belum jelas keputusannya. Apakah memang ingin benar-benar keluar dari IP, sekedar menggertak, atau tidak? Nampaknya sekarang malah ragu-ragu

Suka atau tidak suka, sikap seperti itu jelas mengganggu perjalanannya sebagai (calon) idola. Setidaknya, yang sudah kelihatan saat ini, kesempatannya untuk tampil di ajang yang lebih luas seperti World Idol menjadi kecil kemungkinannya. Seperti kata Indriena Basarah (GM Asia Fremantlemedia): “Menjadi idola tidak hanya sekedar pandai menyanyi, tapi juga harus menunjukkan sikap dan prilaku yang menjadi panutan.” ๐Ÿ˜‰

Yang juga tidak bisa dihindari adalah kesan tidak profesional (karena ingin memutus kontrak) dan seakan “kacang lupa akan kulitnya”… ๐Ÿ˜‰

Sekali lagi, menjadi pahlawan dan idola itu adalah urusan sikap! Mau jadi pahlawan atau idola? Tentukan sikap yang sesuai dulu dong ah! :music:

Sudah Malak, Minta Dicium Pula!

… petugas itu meminta kembali uang Rp 250.000 atau dollar Australia. Lalu kami mengatakan bahwa kami adalah relawan di sebuah organisasi di Indonesia sehingga tidak mempunyai pecahan dollar, tetapi hanya memiliki rupiah. Setelah itu kami menawarkan Rp 50.000 dan ditolak. Lalu dia mulai berkata dengan perkataan yang tidak sopan, “Kamu cantik sekali. Saya suka sama kamu,” dan bertanya tentang status perkawinan kami.

Meskipun merasa marah, kami tetap menjawab pertanyaan polisi itu dengan mengatakan bahwa akan menikah dengan warga Australia. Setelah mendengar jawaban itu, polisi tersebut tampak kelihatan agak takut. Pada saat itu ada seorang polisi lainnya yang lebih senior sempat lewat dekat kami, tetapi kemudian cepat berlalu. Kemudian polisi tersebut meminta membayar Rp 100.000, tetapi ditambah sebuah ciuman. Kalau di Australia perilaku polisi seperti ini adalah sebuah pelecehan seksual dan dapat diancam hukuman penjara…

Itulah petikan salah satu pengalaman warga atau pengguna jalan ketika harus berurusan dengan polisi, yang dimuat di rubrik “Redaksi Yth”-nya KOMPAS (7/11). Sudah malak, masih minta dicium pula! Ugh, sebuah potret buram nan memalukan dari petugas kepolisian di negeri kita ini! ๐Ÿ˜ก ๐Ÿ™

Mengapa Jarang Ada Iklan Komputer di Radio?

Terus terang, gw bukanlah seorang ‘kapiten’ eh seorang praktisi apalagi pakar soal radio :mrgreen:, tetapi karena pada dasarnya minat (dan mungkin juga keisengan) gw cukup tinggi terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan media, jadinya soal siaran radio (ada gak sih istilah ini?) juga termasuk objek pengamatan gw yang perlu dikritisi… he he he ๐Ÿ˜ˆ meskipun gak serius-serius amat sih… :mrgreen:

Ribet ya kata-kata pembukanya… ๐Ÿ˜ณ Padahal sebenarnya gw lagi mo menyoroti soal iklan di radio dari produk dan jasa seputar komputer dan pernik-perniknya. Di beberapa radio di Surabaya yang sering gw setel di mobil, sepertinya jarang banget Continue reading…