Will blogging change everything?

Will blogging change everything?: “I won’t say blogging replaces everything, but images and branding is expensive. People won’t do that much anymore. Look at the Beauty blog – she writes about perfume and people listen to her opinion.” (Adriana Cronin-Lukas, Big Blog Company). Kutipan-kutipan menarik dari diskusi (Netimperative Roundtable) dengan topik “Blogging” yang diadakan di London beberapa hari lalu. Salah satu Quote lain datang dari Alistair Shrimpton (Six Apart UK): “Blogs will be an extremely important part of the marketing mix in next few years.” Hmm, gw rasa gak perlu nunggu bertahun-tahun lagi deh… ๐Ÿ˜‰

Mencari Oleh-oleh Khas Surabaya

Sudah lebih dari 10 tahun tinggal di Surabaya yang hari ini (31 Mei) berulang tahun ke-712, tetap saja hingga sekarang gw masih bingung apa sebenarnya oleh-oleh khas Surabaya yang bisa diberikan kepada keluarga atau kenalan yang berkunjung. Gw tetap gak tahu apa yang bisa dibawa untuk dibanggakan sebagai buah tangan dari Surabaya ketika mengunjungi keluarga atau teman di kota lain ๐Ÿ˜ฅ

Tentunya bentuk oleh-oleh yang gw maksud bukan berupa makanan basah, tetapi makanan kering atau barang yang bisa diidentikkan dengan kota Surabaya. Kira-kira sejenislah dengan kaos Joger, sosis Titiles, kacang Bali dari Bali, bakpia pathok dan kaos Dagadu dari Jogja, molen dari Bandung, sirup markisa dari Makassar, bagea dari Ternate, dan kain Karawang dari Gorontalo.

Selama ini, biasanya gw hanya membawakan sejenis camilan dan makanan kering seperti kerupuk belinjo, kerupuk udang, kripik belinjo, udang “Bu Rudy”, dan kue belinjo “Anda” atau “88”. Padahal kalo ditelusuri lebih lanjut, setahu gw, jenis camilan seperti kerupuk belinjo dan kerupuk udang berasal dari Sidoarjo. So, bisa dibilang mungkin hanya dua nama terakhir yang termasuk produk buatan Surabaya. Hiks… ๐Ÿ˜ฅ Gw sendiri masih kurang sreg mengusung keduanya sebagai oleh-oleh khas Surabaya… ๐Ÿ˜

Hmm, mungkin ada yang bisa ngasih tahu gw apa sebenarnya oleh-oleh khas Surabaya? ๐Ÿ™„