Adakalanya ketika cocok dengan menu di sebuah resto atau cafe dan ingin merekomendasikannya ke teman atau relasi bisnis, bisa dilakukan dengan memberikan voucher senilai sekian rupiah agar bisa langsung digunakan di tempat itu. Apalagi kalau voucher itu bisa sekalian sebagai kado ulang tahun.
Yang jadi masalah adalah kalau resto atau cafe yang ingin kita rekomendasikan itu ternyata tidak menyediakan penjualan voucher. Bahkan tidak ada niat sama sekali untuk membuatkan sebuah voucher khusus atas rupiah yang kita ingin bayarkan untuk digunakan oleh teman atau relasi bisnis kita.
Itulah yang saya dan istri saya alami pada Senin kemarin ketika hendak membeli voucher untuk dijadikan kado. Malay Village, La Rucola, dan Coffee Bean adalah tiga dari sejumlah resto dan cafe yang kami hubungi, baik datang langsung maupun tanya via telepon. Dan ternyata tidak ada yang menjual gift voucher makan. Diminta untuk membuatkan voucher khusus pun tidak bersedia. Entah mengapa. 🙄
menurut saya di zaman sekarang yang serba susah ini tidak mungkin ada restoran baik yang besar maupun yang kecil akan memberikan voucher gratis dan kalaupun ada saya sama seperti anda akan merasa sangat senang sekali karena saya juga sangat hoby kuliner.trima kasih
farida, coba dibaca baik-baik. Saya mau BELI voucher. Saya BUKAN mencari voucher gratisan 😛
Sux enggak, Om Ben?
Wah pengalaman saya di Jakarta juga serupa 😀
Kemarin ini ada saudara yang baru lahir anaknya. Nah, daripada saya turut memberi hadiah baju bayi seperti juga 50 orang lainnya ;D saya ajak istri saya untuk ke studio foto khusus bayi, beli voucher nya, dan menjadikan itu sebagai hadiahnya.
Jadi nanti kalau bayi nya sudah mulai ketawa-ketawa dan bisa di foto, kemudian dia bisa ke studio foto ybs sambil membawa voucher tsb.
Ternyata saudara-saudara, tidak ada ketemu studio foto yang menyediakan voucher, hehe
Dari segi bisnis, sebetulnya voucher itu SANGAT menguntungkan.
Uangnya sudah dibayar dimuka, tapi menguangkannya entah kapan 😀
Enak kan? Secara cashflow, ini amat menyenangkan.
Entah kenapa tapi tidak banyak bisnis di Indonesia yang menyediakan ini. Mungkin karena belum ngeh saja sih.
Anyway, kasus saya akhirnya happy ending. Kami berhasil membujuk sebuah studio foto untuk menandatangani kuitansi nya dengan catatan “voucher” plus tanda tangan store manager — voila, voucher dadakan. Hehe… 🙂
Sekarang bayi saudara saya tsb sudah mulai bisa tertawa. Mungkin sebentar lagi dia akan mengunjungi studio foto tsb.
sufehmi, yoih… harusnya menguntungkan… dibayar duluan, belum tentu dipakai. apalagi kalau ditulisi berlaku sampai tanggal sekian.
Kalo dalam kasus saya di atas, akhirnya, terpaksa beli voucher-nya Sogo…
wah, dikasih mentahnya (uang cash) saja deh. lebih mudah kok…
@JalanSutera – wah saya kebetulan orangnya rada sungkan an, he he. Jadi kikuk kalau kasih berupa cash. Atau pakai amplop – lha, jadi kayak angpao 🙂
Dan saya kira saya tidak sendirian.
Kalau voucher kan bisa dibikin jadi bagus tuhh. Dulu di UK kita biasa pakai voucher2, seperto Mothercare dll. Ngasihnya juga enak dan yang menerima pun senang 🙂
sebenarnya gak susah cak, asal tau aja…
Puji dan Harry, iya, kalau bukan untuk acara wedding kayaknya lebih enak ngasih dalam bentuk voucher, bukan ang pao cash. Apalagi kalau kemasan atau desain voucher-nya terlihat menarik dan berkelas.
Dan kalo yg dikasih itu, misalnya, jabatannya adalah bos atau teman yang secara ekonomi mungkin lebih mampu, rasanya kita tidak akan terlalu ragu atau kurang PD memberinya voucher makan resto (bukan fast food). 🙂
Tapi ya kembali lagi ke ‘selera’ masing-masing sih… 😀
saya lebih cenderung voucher daripada angpao. voucher itu bisa terlihat lebih elegan dan bener kata benny, bisa lebih PD walaupun yang dikasih secara ekonomi lebih mampu dari kita. hehehehe…
Dear Pak Ben,
Apabila Bapak membutuhkan gift voucher, dengan senang hati kami bisa menyediakannya buat anda. Gift voucher kami dapat digunakan di Water Front “Dine – Lounge – Function Hall”, [SENSOR]
Anda bisa langsung menghubungi saya di 031-[SENSOR]. Atau sdr/i Dewi & Rini di no. telp yang sama.
Cheers,
HZ
Kalau saya, cash adalah voucher universal, tidak “meminta” orang untuk belanja di tempat tertentu. Voucher, memang terlihat apik, tapi nilai vouchernya masih juga tertera di situ. Yang diberi belum tentu suka belanja di situ. Mungkin jadi harus pergi jauh2/meluangkan waktu untuk belanja di situ. Atau akhirnya jadi menghadiahkan voucher itu ke orang lain lagi..
Untuk menghadiahi orang yang sangat lebih mampu, yang “kurang butuh” cash, beri waktu, penghargaan/perhatian tulus, kartu terima kasih yang ditulis sendiri, traktir bakso… 😀 (kalo bapak mau traktir saya, traktir resto mahal dong, kan bapak banyak duit..)
Sebagai pemberi hadiah, kita jangan kuatir ragu atau tidak PD-lah. Kan kita memberi, bukan mau pinjam uang dari dia.. Sebagai penerima, kita berterima kasih, apa pun besar kecilnya hadiah.
Salam..
saya sedang cari ide DI INTERNET untuk buat voucher restaurant kami , dan KEBETULAN MEMBACA TULISAN ANDA ,dengan membaca pengalaman bapak & Ibu yang kesulitan untuk mendapatkan gift voucher ,ini sangat menyemangati saya ,karena ternyata pemikiran serupa tidak hanya di benak saya saja ,tapi memang permintaan ini ada dan nyata ,hobby saya juga memberikan kado ke seseorang biasanya yang setengah mentah seperti voucher supermarket sehingga yg menerima masih dapat memilih sesuai tastenya ,dan kita tidak terkesan memberi sekedar uang.
[DELETED]
iya nih..
aq jg lg mw cari2 voucher makan di sby..
susahnyaa minta ampun
haha 😀