Ketika membaca lembar tagihan Telkom untuk bulan Mei 2008 ini, saya langsung terkejut melihat biaya abonemen yang tercantum. What? 82.600 rupiah? Biasanya Rp 32.600,- kok sekarang tiba-tiba naik sebesar 50 ribu rupiah? Apakah abonemen telepon naik? Kok tidak ada pengumuman sebelumnya? 🙄
Daripada penasaran, saya memutuskan untuk segera menelepon 147.
“Halo 147? Pak, apakah biaya abonemen naik ya? Kok di lembar tagihan bulan ini abonemennya jadi 82.600? Biasanya gak segitu.”
“Saya cek tidak ada informasi soal kenaikan abonemen. Mungkin Bapak berlangganan fitur tertentu?”
“Tidak, Pak”
“Baik. Coba saya cek dulu.”
[menunggu sebentar]
“Pak, apakah Bapak pakai fitur Internet Murah?”
“Tidak”
“Soalnya di sini tercantum fitur Internet Murah-nya aktif”
“Lho? Padahal saya tidak pernah mengajukan. Tidak dikonfirmasi juga. Bisa dibatalkan?”
“Bapak ke Plasa Telkom saja”
“Tidak bisa lewat telepon ya?”
“Tidak bisa. Harus ke Plasa Telkom terdekat”.
Kurang lebih begitulah petikan percakapan saya dengan petugas 147. Ternyata biaya abonemen yang tiba-tiba terlihat melonjak itu gara-gara sebuah ‘fitur’ bernama Internet Murah yang diaktifkan begitu saja tanpa konfirmasi terlebih dulu. Menyebalkan! 🙁
Besok lusanya saya terpaksa menyempatkan datang ke Plasa Telkom di daerah dekat rumah dan berlama-lama menunggu antrean di sana. Setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya tiba giliran saya menghadap mbak CS-nya Plasa Telkom.
Saya pun menjelaskan masalah tagihan Telkom bulan ini. Ternyata untuk membatalkan atau menonaktifkan ‘fitur’ tak diundang itu tidak bisa langsung selesai begitu saja. Kudu melewati beberapa tahap. Selain harus menunjukkan KTP untuk difotokopi, saya juga harus melunasi tagihan Telkom bulan ini secara penuh sebelum membatalkan dan mendapat pengembalian uang untuk biaya ‘fitur’ Internet Murah tadi.
Bagi saya, membayar tagihan tersebut secara tunai menjadi tambahan masalah tersendiri karena sebelumnya saya sudah kadung mendaftarkan pembayaran tagihan Telkom lewat kartu kredit. Oleh mbak CS Telkom itu, saya ditawari dua pilihan solusi. Pertama, menunggu hingga tagihan Telkom saya dibayarkan oleh bank penerbit kartu kredit. Cukup begitu saja? Oh, tentu tidak! Setelah itu, saya masih harus minta bukti pembayaran tagihan Telkom ke bank penerbit kartu kredit untuk dibawa ke Plasa Telkom sebagai syarat pengembalian uang atas tagihan Internet Murah.
Sementara untuk pilihan kedua, saya diharuskan membayar langsung di loket pembayaran Telkom dan dilanjutkan mengurus pengembalian uang. Pihak penerbit kartu kredit dibiarkan tetap membayarkan tagihan Telkom saya karena (katanya petugas CS Plasa Telkom) kalau pelanggan sudah membayar langsung ke Telkom biasanya pihak penerbit kartu kredit akan mengkreditkan kembali jumlah yang sudah terbayar itu di tagihan kartu kredit bulan depan.
Daripada menambah kesulitan lagi mengurus bukti pembayaran tagihan Telkom di bank penerbit kartu kredit, saya memilih solusi kedua. Namun rupanya sistem pelayanan di Telkom belum terpadu di satu meja. Semuanya tidak bisa langsung dilakukan di meja CS. Untuk membayar tagihan Telkom, saya harus pindah ke loket pembayaran yang letaknya terpisah di ruangan lain. Setelah itu, saya harus kembali lagi ke meja CS untuk urusan pengembalian uang.
Hebat sekali kan pelayanan Telkom? Sudah membebankan fitur tertentu secara tiba-tiba tanpa konfirmasi, untuk mengurus penonaktifannya pun masih saja merepotkan. 😡
Mendadak saya jadi teringat dengan peribahasa legendaris: Kalau bisa dipersulit, kenapa dipermudah?
Iya pak, ngurus untuk hal sepele gitu aja ribet bener, emang ini tahun berapa ya?:) contoh untuk speedy aja, mestinya kan untuk pelayanan, di webnya disediain aja menu untuk switch ke paket-paket lain, masa harus dateng ke plaza telkom?!?! no time for that.. salam.
-segera mengecek lembar tagihan telkom-
Berarti kamu memang benar masih tinggal di Indonesia Ben. Jadi ingat pengalaman saya waktu memutuskan langganan Speedy di kantor, mirip juga.
Memang semestinya Telkom menganut manajemen swasta. Kalau saja mereka nggak dapat proteksi dan akses monopoli, mungkin sudah dibantai pesaing.
BTW, Telkom memang harus lebih peka dan lebih aware pada customer satisfaction kalau tidak ingin customernya kabur.
ben
mengaktifkan fitur tanpa permintaan pelanggan adalah pelanggaran.
telkom atau operator apapun tidak berhak melakukan hal tsb.
boleh kutahu kamu tinggal diwilayah divre mana?
Bisa diadukan sepertinya ke BRTI. Sebaiknya demikian, sebelum praktek ini terlanjur ditiru oleh operator-operator lainnya.
Terimakasih untuk sharingnya ***cek tagihan juga***
disumbang benwit itu bos
namanya juga commited 2 u :p
— segera sms orangtua untuk mengecek tagihan telepon —
Thx for sharing..
tukang masak kampung gajah, kandatel surabaya timur kayaknya divre 5… CMIIW.
sufehmi, BRTI? tahu emailnya?
Ben..
Kalau aku bilang ini jangan mau damai kecuali dapet payung sama mug dari Telkom. Belive me, mereka punya mug cantik.. hiahiaia..
*pasang shield*
*tendang abe ke bts*
Dari http://www.brti.or.id :
SMS ke : 0815-893-0000
atau melalui email ke: pengaduan@brti.or.id
Thanks Harry atas infonya 🙂
TELKOM KEP*RAT
PENJERAT RAKYAT
RAMP*K KURANGAJAR.
eh lolos filter ga nih?
wah harus cek segera nih rekening telkomnya.
tp klo udah langganan mungkin gak ada kali ya. 🙂
*tendang dodi & sensor komentar*
wah saya jadi inget kejadian 4 tahun lalu. Gara-gara 1-2 bulan pemakaian telepon saya pernah di atas Rp 200.000 berturut-turut, eh Telkom men-upgrade bea abonemen saya dari kelas residential ke kelas bisnis di bulan berikutnya. Padahal itu cuma rumah biasa, kebetulan pake banyak karena keluarga pas dinas luar kota. Hebatnya Telkom upgrade abonemen tanpa konfirmasi. Semprul…..Dan herannya, agaknya Telkom gak sembuh-sembuh juga ya Mas Ben
Kejadiannya mirip, sama-sama tagihan yang berlebih, tapi kalau saya untuk tagihan Speedy. Solusi telkom 147 juga sama: atas nama prosedur, datanglah ke Plasa Telkom. Eitss enak aja, saya sudah dirugikan masih ditambah repot. Untung gak tulis surat pembaca.
Solusi cespleng biar gak ke Plasa Telkom, saya laporkan via keluahan pelanggan Telkom.co.id: http://www.telkom.co.id/contact/service.php?op=fkeluhan . Untuk ini responsnya sangat positif: email dibalas, ditelfon langsung orang CS telkom, dan yang terpenting solusi baru-nya tidak merepotkan, apalagi harus ke Plasa Telkom…
Jadi sepertinya prosedur 147 benar-benar minimalis dan tidak berorientasi pada pelanggan (ke Plasa Telkom aja ya biar Telkom gak repot…)
Ben, galang suara konsumen yang tertindas. Lalu, lakukan somasi ke Telkom. Atau lakukan class action. Minta ganti rugi: ganti rugi waktu, biaya. Gimana om?
Ini another *nama brand* sux?
konsumen jadi korban lagi…
ylki seharusnya bertindak
kalau telkom begitu khan pegawainya juga untung