Beberapa hari lalu, di tempat saya biasa menyewa buku dan majalah, saya melihat ada majalah baru dengan warna gambar sampul yang cukup menyolok. Setelah saya perhatikan lebih dekat, majalah Digital Camera Indonesia? 😯
Saya agak terkejut menjumpai kehadiran edisi Indonesia dari majalah fotografi asal Inggris itu. Tidak menyangka akan ada versi Indonesianya. Sebelumnya, saya sudah beberapa kali membeli majalah Digital Camera versi aslinya di toko buku Periplus. Terakhir harganya Rp 110.000,-. Kalau edisi Indonesia yang diterbitkan oleh Kompas Gramedia ini? Dibandrol 42.500 rupiah di atas kertas mengkilap. Murah? Tidak juga.
Selain karena hanya terdiri dari 82 halaman, isinya juga sebagian besar (kalau tidak bisa dibilang 99%) merupakan artikel terjemahan plek. Bahkan e-mail yang dicantumkan pun adalah e-mail majalah versi Inggrisnya. Konten lokalnya? Untuk konten bukan terjemahan, hanya ada dua halaman yang benar-benar lokal karena merupakan rubrik konsultasi yang diasuh oleh Arbain Rambey, seorang fotografer kondang.
Terjemahannya sih cukup mudah dimengerti. Hanya saja masih diwarnai oleh sejumlah salah ketik. Mulai dari yang biasa-biasa saja sampai yang cukup mengganggu seperti soal pilihan kecepatan rana untuk teknik panning yang ditulis “1/600“.
Sudah begitu, kalau isinya hanya terjemahan melulu, slogan “Indonesian #1 Digital Photography Magazine” yang dipasang di sampul hanya akan tampak sekedar sebuah kesombongan yang berlebihan.
Sabar Om Ben. Nantikan edisi depan. Jika porsi konten terjemahannya masih lebih dari 60%, sudah selayaknya Anda menawarkan diri untuk menjadi kontributor tetap. Setuju?
Puji, kontributor? Pimred dong…. ha ha ha 😆
Om Ben. Iya, maaf. Saya salah. Anda memang seharusnya menjadi Pimred saja. Sekalian mengelola blog majalah itu. Wah, pasti kombinasi yang cocok banget ya. Jarang lho ada pimred yang ngeblog. Kalo kontributor yang ngeblog sih memang buanyak.
Emang kecepatan rana 1/600 itu salah?
Jay, kalau dikaitkan dgn “pilihan kecepatan rana untuk teknik panning” dan penjelasan di artikel soal teknik panning di majalah itu maka penulisan “1/600” bisa dibilang termasuk salah ketik. 🙂
Puji, itu Paman Tyo dulu masih jadi Pemred juga ngeblog tuh…
Engga ngerti, Ben.
Emang 1/600 ga bisa dipake buat panning?
Ini salah ketik seputaran penulisan?
Misal antara 600, 1/600, 60, atau 1/60.
Atau salah ketik 1/600 yang ternyata seharusnya 3.1416?
Jay, salah ketik karena kecepatan rana utk panning lebih cocok adalah 1/60, bukan 1/600. Angka 1/600 terlalu cepat utk teknik panning.
Di samping itu, di artikel itu membandingkan hasil panning dgn kecepatan 1/30 sampai 1/250. Kalau dilihat secara logika pun, angka yg cocok di antara 1/30 dan 1/250 adalah 1/60, bukan 1/600 seperti yg tertulis di majalah itu.
Sepengetahuan saya juga, kecepatan rana yang cocok utk teknik panning setidaknya 1/60, 1/30, atau 1/15.
Om Ben, saya bilang JARANG. Itu artinya ada pemimpin redaksi yang ngeblog. Tapi jumlahnya sedikit. Wekkkk! 😛
*Kekekekekeekkkkkk….*
Sekedar info, majalah ini terbit di Malaysia tanpa tag apa-apa (tidak seperti Digital Camera Indonesia), hanya Digital Camera, dan harganya hanya 8 RM, sekitar 25000. =D
Brian Novanto, lebih murah dan tidak sombong ya 🙂
ah..beli di cikapundung sajah 🙂
btw.. 1/600 itu ada ga ? setahu saya 1/500 lompat ke 1/1000 ya?? hehehe
yang volume 2 kapan terbit yah..
ah majalahnya payah, cuman mjlh terjemahan doank, pyah bngt deh, mending beli yg versi inggrisya… lebih bermutu
gapapa terjemahaan juga, meski banyak salah ketik kan lumayan puter otak dikit, ditunggu edisi ketiganya, lama amat, oya dicikapundung lebih murah 6000 dr harga bandrol, hehehe lumayan ngirit
bayi aja begitu lahir ga bisa langsung ngomong kan? jadi sudah sukur ada yang berusaha meberikan info mengenai dunia fotografi ke bangsa ini…segala sesuatu perlu tahapan untuk menjadi lebih baik lagi, tidak ada yang benar-benar sempurna ko, kedepan mudah-mudahan majalah ini lebih banyak membahas fotografer dan fotografi negeri sendiri, walaupun negeri ini belum sanggup menciptakan digital camera, tapi bisa menciptakan komentator yang jago mencela…horeeeee
@Rindang,
Hubungannya apa antara “menciptakan digital camera” dan “komentator”? Maksa deh 😛
Eh, Indonesia belum sanggup bikin kamera digital? Coba tanya orang Fuji Film Indonesia deh..
jangan ambil kata-katanya sepotong aja dong! oh udah bisa “MENCIPTAKAN” ya? hebat……
ass..
walau cuma translate, atu plek ma aslinya..
tapi apa ada majalah fotografi berbahasa indonesia yang lainnya..
yang se bagus ini?
kalo ada tolong dikasih tau..
soalnya saya menganggap majalah ini masih yang terbaik..
edisi 4,5,6 dan seterusnya kok sulit bgt di dapet..
apa udah berenti nyetak??
thx
Wass
Saya berfikir sederhana.
1. Oom Ben sudah tingkat pro, sehingga bobot majalah ini menjadi sangat ringan bagi Oom Ben. Saya seorang programmer computer sudah 24 thn, jadi kalau lihat buku 24 jam belajar jadi programmer saya memang tidak tertarik (pasti dong tidak saya beli juga tidak saya komentari).
2. Bagi beberapa orang yang baru suka digital camera (termasuk saya), majalah ini sangat membantu membuka cakrawala dan koleksi fotonya membuat rasa ingin belajar kita semakin besar.
3. slogan “Indonesian #1 Digital Photography Magazine” tidak salah, karena majalah ini memang engga ada saingannya. Saingannya khan cuma Majalah Foto – Video.
4. Harga majalah lebih murah dibandingkan dengan aslinya, jadi masih lumayan lah ..
5. Ada review hasil dan ulasan photographer Indonesia, jadi lumayan lah.
Hanya berfikir senderha, by the way, nice website dan sangat bermanfaat dan saya sangat respect dengan pendapat pribadi Oom Ben di Web Sitenya sendiri.
Merci
@Erry, belakangan di majalah itu memang artikel asli berbahasa Indonesia sudah makin banyak. semoga makin membaik.
soal slogan itu, apa wajar begitu terbit nomor perdana langsung sesumbar begitu? padahal kalau dilihat isi nomor perdana itu tidak sebaik nomor2 yg terbit belakangan.
Oom Ben, saya kesusahan mendapatkan majalah ini, bisa minta tolong no telp redaksinya? saya sudah google nga ada2 juga..
terimakasih, oom..
Apa yang di katakan erry itu adalah benar bagi para fotografer PRO majalah seperti itu tak ada apa-apanya.
Lain halnya dengan para pemula seperti saya majalah seperti itu sangat membantu, karena majalah seperti itu pasti disertai dengan Tips-tips yang bisa membantu bagi para fotografer pemula untuk bisa berkembang menjadi lebih baik
iya waktu saya pulang ke Indonesia, saya sempet liat majalah DC versi Indonesia dengan terjemahan. Harganya mahaaaaal bangeeettt!! (namanya juga mahasiswa.. huehehehe)
Sedangkan di Malaysia sini harganya RM9 (sekitar 25.000an) dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantarnya. Jujur sih majalah ini memang sangat amat membantu buat fotografer pemula kayak saya…
Salam kenal mas.. 🙂
kl menurut saya pribadi,majalah ini lbh membantu para pecinta fotografi pemula YANG SUDAH MEMILIKI CAMERA karena lbh banyak memberikan tip & trick dan majalah FOTO-VIDEO lbh banyak mengulas gear terbaru dan perbandingan,sedikit sekali memberikan tip & trick fotografi,tp menurut saya kembali ke’pembaca masing2 lbh suka yang mana,saya lbh suka DC karena tip & trick yg diberikan biasanya telah di modifikasi,tidak seperti yg pernah kita pelajari baku,sekian, salam jepret dr kawan diseberang 🙂
majalah nya ciamik.!!!
mantab tenan bagi para pemula..
majalahnya bagus ,konten lokal udah lumayan ,walau belum berimbang.yang gak bagus peredarannya ,dikota saya syusahnya ,, amboi.saya malah dapet dicikapundung
saya suka dengan semua yang ada dalam majalah tersebut, terlepas dari kekurangannya dalam hal konten. Sepakat dengan om Edi Herniadi, “… Tips-tips yang bisa membantu bagi para fotografer pemula -seperti saya- untuk bisa berkembang menjadi lebih baik”
bagi rekan2 yagn domisili di jogja n jateng…sekedar info, kalo mau DC magz yang murah dateng aja ke lapak samping BNI n BI jogja deket perempatan Benteng itu..selatan jalan…disana jual 15000 an,,,,TAPI….mjalhnya edisi yang udah telat…misal kelewatan atau ga kebagian bisa nyari disana…yang kelewat 2 edisi malah bisa dapet lebih murah…
“menurut saya majalah ini sangat membantu bagi kita para pemula terlebih lagi bagi kita yang berada di kota2 kecil, sedangkan saran buat para master fotografi di negeri ini, silahkan kirim artikel2 ato saran, kritik, kalo perlu kripik juga gapa2 ke redaksinya supya bisa lebih baik”
Hello, for some cause when i location your feed into google reader, it won?t operate. Can you give me the Rss hyperlink just to be certain I?m using probably the most appropriate 1?
Bisa minta tolong kasih info agen yang bisa kasih murah majalah ini, dah gogle sana sini nyari agen yang bisa jd supllier ke Pbun Kal-teng tapi gak dapat2.
trims atas infonya 🙂
Kok susah banget telp kantornya ya? Dipingpong sana-sini!
Setuju sekali dengan artikel ini, majalah versi Indonesia banyak salah ketik dan penggunaan bahasa Inggris yang di Indonesia-kan kurang “kena” di hati. Contohnya “Lanscape” diartikan “Lanskap”, kenapa tidak menggunakan kata “Pemandangan” saja.
Pertama kali bagi saya membeli majalah Digital Camera karena saya tertarik dengan edisi tersebut yaitu Spesial Lensa Oktober 2011, tapi setelah saya teliti membaca ada kesalahan antara gambar dan penjelasan artikelnya tentang Barrel dan Pinchusion. Untuk berikutnya saya tidak tertarik lagi untuk membeli majalah ini.
Sekedar masukan buat anda pemula seperti saya lebih baik mencari artikel di google dalam bentuk PDF saja, saya bahkan mendapat 20 artikel lebih dari fotografer profesional. Dibawah ini saya cantumkan link PDF Digital Camera World yang bisa didownload.
[DELETED]
(Majalah berbahasa Inggris, bagi yang tidak paham bahasa tersebut mohon maaf sebelumnya itu bukan salah saya, itu salah anda yang tidak mau belajar).
Moto: Mari kita hindari pembohongan publik.