Meskipun tergolong sangat telat alias basbang, untunglah beberapa hari lalu saya masih bisa menyaksikan G.I. Joe: The Rise of Cobra di bioskop sebelum masa tayangnya berakhir.
Dan seperti dugaan saya, film yang diangkat dari mainan produksi Hasbro ini memang sayang untuk tidak ditonton di bioskop. Soalnya keseruan dan kecanggihan efek-efek yang ditawarkan bakal lebih terasa.
Lihat saja. Pameran kecanggihan special effect dibarengi efek suara dramatis sudah dimulai saat tim G.I. Joe tiba-tiba datang membantu Duke (Channing Tatum) dan Ripcord (Marlon Wayans) untuk menyelamatkan hulu ledak nanomite pesanan NATO yang mereka kawal dari serangan Baroness (Sienna Miller) dan pasukannya. Belakangan diketahui bahwa otak di balik itu adalah James McCullen (Christopher Eccleston) alias Destro, si pencipta senjata nanomite itu sendiri.
Walaupun singkat namun pertarungan antar kedua kubu berlangsung cukup seru. Apalagi saat itu, sejumlah anggota G.I. Joe seperti Scarlett (Rachel Nichols), Snake Eyes (Ray Park), Breaker (Saïd Taghmaoui), dan Heavy Duty (Adewale Akinnuoye-Agbaje) sempat pamer kemampuan istimewa masing-masing.
Diterimanya Duke dan Ripcord masuk G.I. Joe, membuat duel selanjutnya makin seru dalam memperebutkan hulu ledak nanomite. Puncaknya adalah saat kejar-kejaran antar kedua kubu yang berlangsung di Paris. Tidak hanya kejar-kejaran sesama mobil tapi juga dengan motor dan orang. Dengan menggunakan pakaian khusus nan canggih, aksi Duke dan Ripcord mengejar mobil yang membawa hulu ledak untuk menghancurkan Menara Eiffel mengingatkan pada gerakan robot-robot dari Transformers. Karena sama-sama produknya Hasbro?
Meskipun adegan kejar-kejaran itu berlangsung cukup lama namun kadar ketegangan yang ada tidak berubah menjadi membosankan karena diselingi acara senggolan beberapa kali dengan kendaraan lain yang lumayan mengagetkan. Bisa dibilang, adegan yang satu itu merupakan adegan yang paling menarik ditonton dari film arahan Stephen Sommers ini.
Tapi karena jalan ceritanya belum berakhir sampai di situ, bagian selanjutnya pun jadi terasa kurang menarik. Apalagi sebagian ceritanya harus berbagi dengan urusan CLBK (cinta lama bersemi kembali) antara Duke dan mantan istrinya yang ternyata adalah Baroness yang diperalat oleh saudaranya sendiri, Rex Lewis (Joseph Gordon-Levitt). Soal kenangan lama bangkit kembali juga dialami oleh Storm Shadow (Lee Byung-hun) dan Snake Eyes yang ternyata dulunya seperguruan.
Sebenarnya cerita soal kenangan itu tidak terlalu mengganggu. Masih ada hal lain yang lebih mengganjal. Sebut saja seperti adegan paling awal soal ditangkapnya leluhurnya Destro beberapa abad lalu, yang kurang jelas apa pentingnya untuk ditampilkan. Begitu juga soal markas G.I Joe yang serba canggih tapi ternyata begitu mudah untuk diterobos oleh Baroness dan Storm Shadow. Dan kenapa juga bosnya G.I. Joe Jendral Hawk (Dennis Quaid) seperti sengaja tidak dibunuh oleh Storm Shadow ketika penerobosan itu? 🙄
Di luar semua itu, tetap saja menonton film yang diproduseri Lorenzo di Bonaventura ini masih lebih memuaskan ketimbang sekuel ‘saudara’nya: Transformers: Revenge of the Fallen walaupun sama-sama ada penampakan piramid dan gurun pasir di Mesir. Dan seperti film waralaba pada umumnya, siap-siap saja menanti sekuelnya. Bahan cerita yang disiapkan mungkin tidak akan jauh dari seputar misteri Jendral Hawk dan juga soal aksi Zartan (Arnold Vosloo) yang menyamar sebagai Presiden Amerika Serikat (Jonathan Pryce).
[rate 3.5]
kayanya seru banget ceritanya bang…, sayang sarimin belum nonton… 🙂
cuma tentang cobra commander dan dextro saja sudah segitu serunya…
seru banget ceritanya bang
kayaknya seru nih, nonton gak ya….