Album “Sweet 17” yang Kurang Manis

Jika hanya sekadar melihat sampul depan dan tanpa tahu nama grup musiknya, mungkin saya akan melewatkan album ini begitu saja. Pasalnya, saat pertama kali melihat sampul album GIGI bertajuk “Sweet 17” ini, saya merasa pernah melihat desain dan pose seperti itu sebelumnya. Begitu juga dengan desain logo “G”-nya. Déjà vu. Hmm…

GIGI: Sweet 17. FOTO: Benny Chandra.


Setelah memperhatikannya lebih jauh, rupanya desain sampul depan berlapisan cetak spot UV itu mengingatkan saya pada poster sebuah film terkenal, Star Wars: Episode III – Revenge of the Sith (2005). Memang tidak sama persis, tapi nuansanya terlihat cukup kental memengaruhi desain sampul album ini. Namun, bukannya tampil menarik, pengaturan penempatan sosok dari masing-masing personel dalam desain sampul malah tampak kurang pas. Tanggung dan seperti dipaksakan.

Kesan itu makin terasa ketika melihat desain sampul bagian dalam dan belakang yang berwarna biru kehijauan dengan kombinasi warna solid cukup cerah pada siluet para personel GIGI. Kurang serasi dengan sampul depannya yang didominasi warna hitam.

Adapun desain logo “G” dengan kombinasi warna merah dan kuning yang ikut terpasang di sampul, mengingatkan saya pada logo sebuah minuman penambah stamina.

Bagaimana dengan 10 lagu yang ada di dalam album GIGI ke-19 ini? Judul boleh “Sweet 17” tapi tidak mudah menemukan lagu yang manis-manis di sini. Yang ada justru distorsi gitar yang terdengar lebih diumbar ketimbang biasanya. Cenderung lebih nge-rock. Itulah kesan yang lumayan terasa pada hampir setiap lagu yang diusung oleh grup musik beranggotakan Armand Maulana, Dewa Budjana, Thomas Ramadhan, dan Gusti Hendi ini. Untuk liriknya, rata-rata ditulis oleh Armand, meskipun penciptanya berbeda-beda.

Sayangnya, lagu “Bye Bye” yang dipasang sebagai lagu unggulan justru terdengar kurang menarik. Bahkan iramanya sekilas hampir serupa dengan lagu “Nakal” yang ada di album Peace, Love ‘N Respect (2007). Jadinya, terbilang kurang pas jika harus dijadikan sebagai lagu jagoan album ini.

Dibanding “Bye Bye”, saya lebih tertarik dengan beberapa tembang lain macam Sahabat, Membunuhku, Smoga Saja, dan Garuda Fights Backs. Dengarkan saja. Keempat lagu ini cukup berpotensi disukai banyak orang.

Yang cukup unik, setelah berulangkali menyetel isi album ini, terasa adanya kemiripan irama pada dua lagu yang kebetulan terpasang secara berurutan. Kemiripan itu tersamar dengan perbedaan tempo di antara keduanya. Bisa dibilang, serupa tapi tak sama. Kedua lagu itu adalah Mana Hati (ciptaan Hendy dan Armand) dan Membunuhku (ciptaan Armand). Biar gampang, coba langsung bandingkan saja bagian refrain-nya.

Secara keseluruhan, rata-rata lagu yang ada dalam album ini sebenarnya terbilang cukup enak didengar, tapi kurang mengesankan. Terasa kurang istimewa sebagai album untuk merayakan 17 tahun kehadiran GIGI di dunia musik Indonesia. Itu menurut saya.

Oh ya, selamat ultah ke-17, GIGI!

[rate 3.0]