Media

Ketika Dian Sastro Jadi Host

Lantaran penasaran dengan apa yang diceritakan Thomas soal Dian Sastrwardoyo dan Super Milyader 3 Milyar (iya, memang begitu judul posting-nya Thomas [pada saat tulisan ini saya buat]), kemarin malam (1/10) gw sempat-sempatin untuk menonton acara “Super Milyarder 3 Milyar” yang disiarkan antv itu, meskipun gak sampai selesai. Padahal rencananya ingin keluar jalan-jalan agak sorean.

Ada beberapa hal baru lainnya dalam acara itu selain host baru. Salah satunya adalah tambahan fasilitas bantuan. Selain tiga fasilitas bantuan yang sudah ada selama ini, sekarang ada tambahan fasilitas yang diberikan setelah melewati titik aman pertama. Yaitu, Switch the Question alias bisa menukar pertanyaan yang dianggap sulit dengan pertanyaan lain. Begitu juga dengan titik aman pertama yang sekarang ada di level 3 juta. Sayangnya sejumlah perubahan yang terlihat di layar kaca itu tidak terpasang di situs web antv. Kayaknya informasi yang ada di situ sudah basbang

Soal host baru, sepertinya terlalu berat bagi Dian Sastro menjadi host acara versi baru dari “Who Wants to Be a Millionaire?” yang selama ini identik dengan Tantowi Yahya itu. Pasalnya, selain akan selalu dibanding-bandingkan dengan Tantowi Yahya, juga ada beban tersendiri sebagai seseorang yang sebelumnya tidak punya pengalaman sebagai pembawa acara.
Continue reading…

Litbang Kompas dan Data Waralaba Asing

Hari ini, 23 September 2006, Kompas -melalui rubrik Fokus- membahas soal “Konsumtivisme” yang disertai dengan sejumlah artikel pendukung. Yang menarik adalah soal tabel “Sejumlah Waralaba Asing di Indonesia” yang terpasang satu halaman (di halaman 35) dengan artikel berjudul “Donut sebagai Gaya Hidup” 😉

Dalam tabel susunan Litbang Kompas yang diolah dari berbagai sumber (lengkapnya yang tertulis pada bagian bawah tabel: “Sumber: Litbang Kompas, diolah dari majalah Swa dan Wartek, tabloid Kontan dan Nova, situs KFC dan DailyBread”) itu disebutkan puluhan merek lengkap dengan nama perusahaan pemiliknya dan asal negara. Sekilas tidak ada yang aneh dengan isi tabel tersebut. Namun, setelah dibaca lebih teliti, rupanya tidak semua merek dalam tabel tersebut cocok disebut sebagai merek waralaba asing. Setidaknya ada tiga merek yang sebenarnya merupakan merek bikinan perusahaan lokal di Indonesia. Hah? 😯

waralaba asing kompas

Ketiga merek itu adalah Hoka-Hoka Bento, Daily Bread, dan Izzi Pizza. Dalam tabel, Hoka-Hoka Bento disebut berasal dari Jepang dan Izzi Pizza ditulis berasal dari Italia. Sementara pada kolom asal negara untuk Daily Bread tidak diisi. Entah kenapa. Padahal berdasarkan artikel dalam majalah SWA dan Warta Ekonomi, ketiga merek itu dijelaskan sebagai merek-merek lokal alias kepunyaan perusahaan Indonesia. Bukan merek yang diimpor dari negara lain. Jadi, bagaimana (Litbang) Kompas? 🙄

Berubahnya Ketentuan XL Care “Pulihkan Jogja Kita”

XL

Mungkin ada sejumlah orang yang memandang remeh sumbangan melalui SMS. Tidak masalah. Menurut gw sih dengan cara demikian memudahkan pengguna ponsel untuk ikut membantu korban bencana. Tidak perlu pergi ke bank atau ATM, cukup kirim SMS ke nomor tertentu dan terkirimlah sumbangan melalui pemotongan pulsa. Soal berapa jumlahnya, haruskah itu masih dipertanyakan? Bukankah yang penting adalah niat membantu? 🙂

Seperti operator selular lain, nampaknya XL juga tidak mau kalah dalam menggalang dana via SMS untuk membantu korban bencana gempa di Jogjakarta dan Jawa Tengah. Pemberitahuan soal itu pun diiklankan di media cetak, salah satunya di Jawa Pos edisi 5 Juni 2006.

Seminggu kemudian, tepatnya pada 12 Juni 2006, XL kembali beriklan di harian yang sama mengenai program tersebut. Letak halamannya juga sama, di halaman 16. Yang menarik, ternyata isi ketentuan program pada iklan kedua itu agak berbeda dengan iklan pertama meskipun masih tetap membuka kesempatan untuk pelanggan XL mengirim pesan ke nomor 2000 untuk menyumbang 2000 rupiah dan ke nomor 5000 untuk 5000 rupiah. Ayo kita lihat perbedaannya.
Continue reading…

Ketika Prambors Masuk Surabaya

Ternyata beneran (akhirnya) Prambors masuk Surabaya! Sebenarnya beberapa bulan lalu Doni sudah ngasih info soal bakal masuknya Prambors ke Surabaya, tetapi saat itu gw masih gak yakin sepenuhnya. Pasalnya informasi dari Doni hanya dilengkapi ancer-ancer lokasi kantornya, bukan frekuensinya! Ketika gw berusaha mencari tahu ke sumber-sumber lain mengenai hal itu, yang gw dapat malah informasi bakal masuknya jaringan Woman Radio milik grupnya RCTI… *gedubrak* Yah begitulah informasi dengan tingkat keakuratan masih 68%â„¢ 😀

Info frekuensinya baru gw tahu ketika minggu lalu iseng-iseng lihat iklan McD di Kompas. Di iklan tersebut tercantum logo Prambors yang dilengkapi dengan frekuensi jaringan radionya di berbagai kota. Untuk Surabaya ternyata menggunakan frekuensi 89.3 FM. Konon ini adalah bekas frekuensi milik Pesona FM.

Dari situ mulailah gw sering nyetel 89.3 FM saat di mobil, sambil sesekali pindah ke frekuensi lain. Sepertinya hingga saat ini Prambors Surabaya masih Continue reading…

20 Film Terbasbang di TV Swasta Indonesia

Kepada
Yth. Pengelola Stasiun TV Swasta
cq Direktur Program
di seluruh Indonesia

Dengan hormat,
Bersama ini saya mengajukan permintaan agar 20 film yang tercantum di bawah ini untuk tidak lagi diputar atau ditayangkan di stasiun televisi tempat Anda bekerja, setidaknya dalam kurun waktu 10 tahun ke depan. Hal ini dikarenakan keduapuluh film tersebut sudah demikian seringnya diputar di televisi-televisi swasta di Indonesia atau meminjam istilah muda-mudi jaman sekarang: BASBANG.

Adapun 20 Film Terbasbang di TV Swasta Indonesia yang saya maksud adalah: Continue reading…

Iklan Penolakan terhadap RUU APP

KAMI MENOLAK RUU APP

Indonesia adalah taman bunga peradaban. Di dalamnya mekar beragam tradisi.
Indonesia adalah pelangi kebudayaan. Di dalamnya berpendar beragam adat.
Indonesia adalah lahan subur kesenian. Di dalamnya tumbuh beragam kreasi.
Indonesia adalah ruang semua agama. Di dalamnya bergema beragam doa.

Kini, keragaman itu sedang terancam oleh RUU APP.
Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi melarang kita menikmati kekayaan budaya kita.

Kita dilarang berpakaian menurut adat kita.
Kita dilarang mengungkapkan kasih sayang pada orang yang kita cintai.
Kita dilarang mengekspresikan keindahan tubuh dan tari-tarian kita.
Kita dilarang mengungkapkan kekayaan seni dan sastra kita.
Kita dilarang untuk menjadi diri kita sendiri.

RUU APP bukan melarang pornografi,
melainkan membenci tubuh manusia, mendiskriminasi kaum perempuan.
RUU APP terlalu jauh memasuki wilayah pribadi manusia,
yaitu tempat setiap orang memelihara keunikannya.

Setiap orang memiliki ukuran moral yang berbeda.
Setiap orang memiliki persepsi sensualitas yang berbeda.
Setiap orang memiliki daya imajinasi yang berbeda.

Tentu, kita ingin lindungi anak-anak kita.
Karena itu pornografi sudah diatur dalam undang-undang tentang perlindungan anak.
Tentu, kita ingin media massa tumbuh sebagai alat komunikasi yang santun dan cerdas.
Karena itu masalah pornografi sudah diatur dalam undang-undang tentang penyiaran.
Bahkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sudah jelas mengatur masalah pelanggaran kesusilaan.

Jadi, Cukup! Jangan merusak keragaman Indonesia dengan RUU APP yang keliru itu.

Indonesia adalah keragaman untuk semua.
Indonesia adalah kebebasan untuk semua.
Indonesia adalah kesetaraan untuk semua.
Indonesia adalah kedamaian untuk semua.

tolak ruu app

Begitulah cuplikan isi iklan penolakan terhadap RUU APP yang termuat satu halaman penuh (halaman 19) di Jawa Pos edisi Jumat 21 April 2006 kemarin, seperti yang juga termuat di halaman depan situs web Aliansi Mawar Putih, penggerak aksi penolakan itu.

Disebutkan bahwa biaya pemasangan iklan yang katanya dipasang juga di Koran Tempo dan The Jakarta Post pada hari yang sama itu merupakan hasil gotong royong dari 3000 orang, yang nama-namanya ikut dicantumkan di situ. Hmm, sebuah bentuk gotong royong yang mengagumkan!
Continue reading…