Menonton Aksi Tiga Pendekar Gitar di Surabaya

Nampaknya musik jazz semakin mendapat tempat di hati masyarakat kota Surabaya yang oleh banyak pihak dikenal sebagai kotanya penggemar musik rock. Tengok saja sederet pertujukan musik jazz yang digelar belakangan ini, rata-rata mampu menyedot penonton dalam jumlah cukup banyak. Salah satunya adalah konser dari kelompok Trisum yang digelar di Ballroom JW Marriott Hotel Surabaya Senin malam, 3 April 2006. Surabaya menjadi kota ke-2 dari rangkaian tur 6 kota yang disponsori oleh sebuah perusahaan rokok.

Meskipun molor satu jam dari jadual semula, namun sekitar 1000 orang penonton yang hadir saat itu tetap saja memberikan sambutan yang meriah begitu para pendekar gitar Trisum muncul di atas panggung. Dewa Budjana, Tohpati, dan Balawan tanpa basa-basi langsung menghantarkan Cublak-cublak Suweng.

tohpati

Selanjutnya, berturut-turut ketiga pendekar gitar itu tampil solo dengan iringan Sandy Winarta (drum) dan Indro Hardjokoro (bass). Ketika giliran Tohpati, ada Eugen Bounty yang juga membantu dengan permainan clarinet-nya. Budjana yang hadir dengan nuansa musik tradisinal mengusung permainan kendang dari Jalu G. Pratidina dan alunan suling dari M. Saat Syah.

budjana

Sementara Balawan meskipun hanya dengan iringan drum dari Sandy Winarta namun tampil tak kalah memukau. Agak berbeda dengan kedua rekannya, Balawan mencoba tampil lebih komunikatif dengan penonton. Penonton terlihat terkesima saat Balawan memunculkan suara-suara unik seperti suara gamelan dan orang berbisik dari gitarnya. Aplus panjang terdengar beberapa kali membahana dari arah penonton. Pertunjukan Trisum malam itu seakan menjadi pelepas dahaga bagi penggemar musik jazz di Surabaya. Sayangnya, pengaturan lampu panggungnya terasa kurang maksimal sehingga secara visual menjadi kurang nyaman. Gangguan pada sound system-nya juga sempat terjadi beberapa kali.

balawan

Selama dua jam, tidak kurang dari 14 nomor jazzy dihadirkan di atas panggung yang agak rendah itu, termasuk aksi solo drum dan bass dari Sandy dan Indro. Rupanya penonton masih belum puas. Buktinya, begitu lagu Lalu Lintas dan Mahabarata yang tadinya diumumkan sebagai dua lagu terakhir usai dimainkan, sebagian besar penonton masih bertahan sambil berseru “lagi.. lagi…” Dan, bisa ditebak, ketiga pendekar gitar pun muncul lagi di atas panggung dan langsung mengusung La Fiesta dan Turkish March yang benar-benar menjadi penutup. Ketika semuanya benar-benar selesai, standing applause diberikan oleh penonton yang kemudian langsung memburu CD dan DVD yang dijual di dekat pintu masuk.

Sambutan penonton Surabaya yang tergolong luar biasa itu ternyata cukup mengejutkan personil Trisum sendiri. Balawan, misalnya. Ketika ditemui usai konser, dia mengatakan kalo sambutan penonton Surabaya paling bagus dibanding dua kota sebelumnya. “Bagus banget. Gak nyangka penontonnya. Biasanya di sini kan ngerock gitu tapi (malam ini penontonnya) bisa tinggal sampai selesai, ” ujar Balawan yang bersama Trisum akan merilis album tahun depan.

Between You and Your Imagination

iklan fhm

Ketika melihat iklan majalah FHM edisi Indonesia di Kompas, 29 Maret 2006, gw melihat ada sesuatu yang menarik di sana. Bukan, bukan soal cewek yang dipasang di cover majalah khusus untuk yang berusia 21 tahun ke atas itu 😛 Ini soal sederet kata-kata yang tercantum di situ.

Di bagian kanan iklan itu ada sebuah kalimat berbunyi: Between you and your imagination. Di bawahnya disambung dengan:

PERINGATAN!
Materi berita di dalam majalah dan media promosi kami tidak melanggar ijin penerbitan pemerintah. Segala bentuk pornografi adalah murni hasil imajinasi Anda sendiri dan bukan menjadi tanggung jawab kami.

Wow, kata-kata yang JLEB banget :plok: Yeah, kalo emang otaknya udah berimajinasi porno, sesuatu yang biasa-biasa aja pun bisa dicap pornografi…

Your Hospital Stay Could Kill You

Your Hospital Stay Could Kill You: Each year, more than 2 million people in the United States acquire an infection during a hospital stay, and an estimated 90,000 people die from them… Mau jadi sehat, malah tambah sakit. Itulah data mengenai kondisi yang menimpa pasien rumah sakit di Amerika, entah bagaimana dengan yang di sini. Kalo rata-rata kondisinya begitu, mungkin memang tempat seperti itu masih harus memakai nama “Rumah Sakit” ketimbang “Rumah Sehat” seperti yang sempat diusulkan…