‘Terjebak’ Dalam Pembukaan Food Court Baru

Entah mengapa, belakangan ini tempat makan berkonsep food court makin bermunculan di Surabaya… Sebenarnya sih gak masalah, sejauh makanan yang ditawarkan enak dan tidak mahal… :plok:

Sabtu kemarin gw sempat nyoba another new food court. Bermula dari siangnya gw diberitahu teman kantor, Opi, kalo lagi ada diskon di sebuah depot baru yang ada di daerah jalan Diponegoro, Surabaya. Katanya, diskonnya 50%! Awalnya sih gw kurang percaya, tapi secara dia juga buka stan di tempat itu… yah, bolehlah dibuktikan… ๐Ÿ˜ˆ

Nah, rencananya sih abis jemput Lucky dari bandara (thanks buat roti Chrystal Jade-nya :P), gw dan Ita iseng mau nyoba tempat makan baru itu… eh, kebetulan Lucky pengen makan juga, ya sekalian aja bareng ke sana… ๐Ÿ˜€

Begitu tiba di tempat yang (kira-kira) dimaksud, kita bertiga sempat kurang yakin kalo ini adalah tempat makan yang dimaksud. Pasalnya, meskipun di luar pagar ada papan nama bertajuk “Central Food House and FreshOne Bakery”, tetapi yang terlihat menonjol hanyalah papan nama toko roti… dari parkiran gak terlihat ada tanda-tanda di mana depot baru itu berada.. hanya saja, kok terlihat lalu lalang orang-orang berpakaian seperti sedang ke kondangan… ๐Ÿ™„ Sedikit kontras dengan kita yang berpakaian biasa-biasa aja.. mana blon mandi… :mrgreen: Waduh… ๐Ÿ˜ฏ Buat mastiin, gw telpon Opi. Eh, ternyata dia juga gak bisa kasih kepastian… lebih parah lagi, dia juga ngaku kalo soal diskon itu dia gak yakin besarnya 50%… apalagi dia belum pernah ke tempat itu…*gedubrak* ๐Ÿ™ Grrr… pengen gw lempar sandal aja anak itu… ๐Ÿ‘ฟ

Berhubung udah nyampe di situ, ya udah… kita nyoba masuk.. eh, ternyata tempat makannya seruangan dengan toko roti.. hanya letaknya ada di samping… Suasananya sudah rame… banyak meja yang sudah terisi… sudah gitu, sekilas interiornya terlihat cukup mewah.. terkesan lebih condong ke suasana resto ketimbang sebuah depot atau food court… Dalam hati gw berpikir, jangan-jangan kita beneran salah masuk dan harganya bisa harga resto yang mahal nih… :confused: Ketika lagi nyari-nyari meja yang kosong, kita dihampiri salah satu pelayannya. Ia bertanya, “Selamat malam.. undangan?” What?!!
Continue reading…

Menyimak Once Ber-Ari Lasso Dalam Double Album Live

Dewa Live

Meskipun rada males sama Ahmad Dhani yang kadang omongannya terkesan sombong, namun bisa dibilang gw termasuk penikmat tembang-tembangnya Dewa. Makanya, ketika beberapa tahun lalu berkesempatan ikutan tur mereka dalam rangka bikin liputan, gw enjoy banget meskipun hanya di 3 kota doang. Lumayan, sambil ngeliput, bisa tidur dan makan gratis di hotel, sekalian bisa nonton konser gratis langsung di depan panggung! ๐Ÿ˜ˆ :mrgreen:

Bicara soal konser Dewa, akhirnya sekitar awal September lalu keluar juga album Dewa yang live in concert dengan isinya yang tentu saja rekaman lagu-lagu dari konser mereka. Album itu sendiri bertajuk “Atas Nama Cinta“. Gak tanggung-tanggung, mereka merilisnya dalam dua album sekaligus! Double album! Wuih! ๐Ÿ˜ฏ

Di abum “Atas Nama Cinta II” ada 11 lagu, sementara di “Atas Nama Cinta II” berisi 10 lagu. Melihat deretan lagu-lagu yang ada di dalamnya, bolehlah kedua album tersebut disebut juga sebagai album “The Best of” alias kumpulan lagu-lagu terbaik seri dua dari grup band asal Surabaya yang dikomandani Dhani itu, setelah album The Best Of Dewa 19 (1999). Lihat saja daftar lagunya, ada Aku Milikmu, Cukup Siti Nurbaya, Restoe Boemi, Kaulah Satu-satunya, dan Elang dari jamannya Ari Lasso sampai lagu-lagu macam Arjuna, Angin, Cemburu, Separuh Nafas, Pupus, serta Kosong yang booming di mana-mana ketika Once sudah masuk. Bedanya, selain direkam dalam versi live, juga karena kali ini yang nyanyi semua lagu itu adalah Once. ๐Ÿ˜‰

Lucu juga sih menyimak ketika Once menyanyikan tembang-tembang Dewa yang selama ini sudah identik dengan warna suaranya Ari Lasso. Hasilnya, beberapa diantaranya jadi sedikit berkurang gregetnya. Misalnya pada Cukup Siti Nurbaya, Elang, dan Kaulah Satu-satunya. Bukan, bukan karena Once gak bisa nyanyi bagus tetapi ada nuansa yang hilang gitu loh… ๐Ÿ˜

Yang sedikit mengecewakan, aransemen yang diusung oleh lagu-lagu dalam kedua album itu standar banget. Improvisasi bisa dibilang gak ada. Padahal, bukankah saat konser itu terbuka lebar kesempatan untuk mengutak-atik aransemen dari lagu-lagu yang ada? ๐Ÿ™„

Ah, gw jadi ingat obrolan singkat dengan Dhani ketika sama-sama lagi sarapan di salah satu hotel di Surabaya saat itu. Waktu itu gw nanya, kapan nih Dewa bikin konser akustik? Jawaban Dhani waktu itu kurang lebih begini: “Bisa aja kapan-kapan, tergantung bayarannya. Itu ‘kan butuh persiapan khusus. Wong, model aransemen kayak begini aja sudah laku kok.” ๐Ÿ˜ฏ

*gedubrak… sambil mimpi Dewa keluarin album akustikan* ๐Ÿ˜›