Yang Masih Sama di Java Jazz Festival 2008

no video

Mudah-mudahan ini tidak terlalu basbang. Minggu lalu, gw hadir di Jakarta International Java Jazz Festival 2008. Ini merupakan kali ketiga gw meliput acara musik jazz tahunan itu. Kali ini gw datang atas nama Asia Blogging Network (ABN) yang sekaligus menjadi sponsor gw, khususnya untuk masalah transportasi ๐Ÿ™‚ Thanks ABN!

Meskipun acaranya baru dimulai tanggal 7 Maret, gw sudah datang di Jakarta pada 4 Maret karena rencananya gw ingin hadir di press conference-nya yang gw perkirakan diadakan pada tanggal 5 Maret 2008. Dari jauh hari gw udah beli tiket Air Asia yang jadwal penerbangan dari Surabaya tanggal 4 Maret sore hari. Eh, ternyata beberapa hari sebelum tanggal keberangkatan, gw dapat informasi dari panitia kalau press conference-nya diadakan pada tanggal 4 Maret siang. Pengambilan kartu tanda masuk (press id) juga dilakukan pada saat itu. Gak jadi deh ikut jumpa pers. Untunglah press id-nya bisa diambil besoknya.

Sementara untuk kemasan acaranya, Java Jazz Festival kali ini tidak jauh berbeda dengan tahun lalu. Lokasi acaranya masih tetap di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta. Perbedaan yang jelas terlihat adalah berubahnya penggunaan Hall A. Dulu yang dipakai untuk dua panggung pertunjukan adalah area Hall A yang di depan, sekarang dipindah ke Hall B yang ada belakang. Hall A tetap digunakan, yaitu untuk menampung booth pameran.

Hal lain yang masih sama adalah jumlah artis yang bejibun, jadwal manggung yang cukup banyak, kios-kios merchandise resmi yang selalu penuh dengan pembeli (meskipun tidak benar-benar sold out seperti tahun lalu) juga kios-kios penjualan makanan dan minuman yang tetap rame meskipun harganya tergolong cukup tinggi.

Jadwal manggung masing-masing artis juga masih sering molor dari jadwal semula, serupa dengan tahun-tahun sebelumnya. Kemoloran ini seringkali membuat peliput dan penonton jadi bingung mau milih yang mana yang didatangi mengingat jarak antar ruangan tidak semuanya berdekatan.

Bagi fotografer yang kesempatan memotret di bibir panggung dibatasi, jadwal yang mundur tanpa pemberitahuan sebelumnya jelas bikin kalang kabut. Satu contoh adalah ketika jadwal Dian Pramana Putra (Dian PP) dan Kenneth “Babyface” Edmonds saling bersinggungan di hari terakhir. Menurut jadwal yang dibagikan, seharusnya jam manggung Dian PP dimulai 60 menit sebelum gilirannya Babyface tampil. Jelasnya, pertunjukan Dian PP dimulai jam 18.30 WIB dan Babyface pada 19.30 WIB. Secara teori, kelar motret dua tiga lagu salah satu penyanyi legendaris Indonesia itu di ruangan Asembly, masih ada waktu untuk jalan ke Plenary buat antri special show Babyface di pintu masuk khusus pers.

Babyface

Namun kenyataan di lapangan tidak sesuai perkiraan. Ditunggu di depan panggung sejak jam 7 kurang, Dian PP gak muncul di atas panggung. Yang ada, krunya masih sibuk sound check sana-sini padahal jam semakin mendekati jadwal manggungnya si Babyface. Gw udah mulai gelisah. Teman gw yang fotografer sebuah majalah remaja juga kelihatan udah gak sabar. Sebentar-sebentar gw melirik jam yang sudah mendekati pukul 19.30 WIB. Kuatir jadwal pertunjukannya Babyface dimulai on time, akhirnya dengan terpaksa kita memutuskan meninggalkan ruangan Asembly yang sudah penuh sesak dengan ratusan penonton. Mereka juga terlihat sudah tidak sabar.

Tiba di depan pintu masuk Plenary Hall, rupanya special show Babyface juga belum dimulai. Bahkan kita masih harus menunggu lebih dari setengah jam sebelum akhirnya diijinkan masuk. Itupun tetap dibatasi untuk tiga lagu pertama dan tidak berlaku untuk kamera video. Masih standarlah aturan motret pertunjukan penyanyi yang ramah itu ketimbang pas pertunjukan James Ingram yang hanya boleh motret 3 menit (ya betul, menit!) pertama atau Bobby Caldwel yang cuma dikasih kesempatan motret di bibir panggung sekitar 0,5 lagu