kompas

When To Use Magazine-Style Themes For Blogs?

When To Use Magazine-Style Themes For Blogs?: Mungkin karena terlalu prihatin membaca artikel Geliat Portal Berita dan Senjakala Blog di Kompas yang terlalu memuja magazine-style theme tapi sinis sekali terhadap perkembangan blog, sampai ada yang menulis panjang lebar di Smashing Magazine soal pertimbangan serta kelebihan dan kekurangan penggunaan tema bergaya magazine. Semoga berguna, terutama bagi sang penulis artikel di Kompas itu. 🙂

5 Alasan Kenapa Kompas Tidak Seharusnya Naikkan Harga

kompas-harga

Baru kemarin saya kembali membeli Kompas di kios dekat rumah, setelah beberapa hari belakangan ini tidak membacanya. Saya cukup kaget melihat bandrol harga di sebelah kanan atas yang sekarang berubah menjadi 3.500 rupiah! Terakhir saya beli, bandrolnya masih Rp 2.900,- yang berarti sekarang naiknya Rp 600 atau sekitar 20%! Sebelumnya Jawa Pos sudah terlebih dahulu menaikkan harga bandrol dari Rp 3.000,- menjadi Rp 3.500,- atau naik sekitar 16%.

Agak menyedihkan memang. Harga BBM saja belum naik tapi media cetak sudah berlomba-lomba menaikkan harga. Kabarnya sih kenaikan itu ada hubungannya dengan kenaikan harga kertas koran impor.

Bagi media cetak di Indonesia pada umumnya mungkin masih terbilang wajar jika sampai harus seketika menaikkan harga. Namun untuk surat kabar sebesar Kompas, rasanya ikut menaikkan harga merupakan sebuah langkah yang terlalu tergesa-gesa. Apalagi menaikkannya hingga 20% padahal kenaikan harga kertas koran impor hanya sekitar 13%!

Menurut saya, tidak seharusnya Kompas dan surat kabar lain yang (termasuk yang sering mengaku) sebesar Kompas menaikkan harga bandrolnya pada saat ini. Kenapa?
Continue reading…

Cara Kompas Menghadapi Kritik

Kemarin sore, sambil minum kopi, gw sempat tertawa geli ketika membaca sebuah artikel singkat di Kompas yang berjudul “Tendangan Milis“. Habis, lucu sih! 😆

Kalau diperhatikan lebih jauh, artikel yang terpasang di rubrik Teknologi Informasi-nya Kompas itu sepertinya merupakan tanggapan terhadap isi salah satu posting di milis ITB bersubjek “Kompas: Obyektivitas Pers yang Hilang” (yang kemudian di blow up detikcom).

Wajar-wajar saja kalau pihak Kompas menulis tanggapan atas sebuah posting di milis yang kebetulan menyebut-nyebut nama institusi mereka. Hanya saja yang menarik dari artikel itu adalah nuansanya itu loh… Emosional, lucu, dan memprihatinkan (kalau tidak mau disebut norak). He he he 😆

Lihat saja. Alih-alih mempelajari dan menginvestigasi kebenaran isi posting tersebut, nampaknya Kompas -melalui artikel singkat itu- malah lebih suka mempertanyakan kredibilitas milis! 🙄

Masalahnya, sering kali milis ini menjadi tidak memiliki kredibilitas dalam memberikan analisis dan persoalan yang sedang dihadapi.

Satu hal yang tidak dimiliki oleh milis, betapa pun akuratnya informasi yang dimilikinya, adalah kredibilitas. Dan percayalah, kredibilitas ini tidak bisa tegak hanya dalam beberapa hari saja, apalagi hanya melalui milis, yang fungsinya menampung aspirasi para anggotanya sendiri.

Di samping soal kredibilitas, bagian lain dari artikel itu juga menyorot soal “orang-orang yang merahasiakan identitas dirinya dengan berbagai tujuan” dan ditambah menuduh mereka “menjadi monyet”… 😯

SEMUA orang bisa menjadi monyet di jaringan internet, menjadi pepatah yang menggambarkan betapa kemajuan teknologi komunikasi informasi ini menjadi sangat rawan dalam diseminasi informasi. Apalagi untuk Indonesia, di tengah pertumbuhan jaringan internet yang pesat dan suasana demokrasi yang meriah, apa saja bisa terjadi.

Apalagi, milis sering kali ditulis oleh orang-orang yang merahasiakan identitas dirinya dengan berbagai tujuan, yang hanya diketahui oleh penulis anonim tersebut. Ketika penulis milis ini anonim, segera saja ia menjadi monyet yang dengan nakalnya mempermainkan orang-orang.

Entah pertimbangan apa yang digunakan sehingga dengan mudahnya langsung memutuskan bahwa milis tidak punya kredibilitas. Apakah hanya karena ada posting di milis itu yang membuat pihak Kompas tersinggung lantas milis menjadi tidak punya kredibilitas?
Continue reading…

Saatnya Media Massa Indonesia Punya Blog

Belum lama ini, di milis teknologia, Donny BU (dari detikinet) menceritakan latar belakang dari pemberitaan seputar ‘Aksi e-Ganyang Situs RI – Malaysia’ oleh detikinet.com (bagian dari detikcom) yang sempat begitu gencar. Cerita ala behind the scene itu tertuang dalam beberapa postingnya. Dan semuanya cukup menarik untuk disimak. 🙂

Bukan soal aksi e-ganyang itu yang menarik, tetapi adalah kesediaan Donny sebagai wakil dari media massa formal untuk mem”bongkar” sedikit dapur detikinet.com (demikian istilah yang dipakai Donny) itulah yang justru lebih menarik. Kita tidak perlu percaya 100% dengan cerita itu tetapi setidaknya Continue reading…