Daily Life

Jangan Percaya Begitu Saja

As they sat there, the Kalamas of Kesaputta said to the Blessed One, “Lord, there are some priests & contemplatives who come to Kesaputta. They expound & glorify their own doctrines, but as for the doctrines of others, they deprecate them, revile them, show contempt for them, & disparage them. And then other priests & contemplatives come to Kesaputta. They expound & glorify their own doctrines, but as for the doctrines of others, they deprecate them, revile them, show contempt for them, & disparage them. They leave us absolutely uncertain & in doubt: Which of these venerable priests & contemplatives are speaking the truth, and which ones are lying?”

“Of course you are uncertain, Kalamas. Of course you are in doubt. When there are reasons for doubt, uncertainty is born. So in this case, Kalamas, don’t go by reports, by legends, by traditions, by scripture, by logical conjecture, by inference, by analogies, by agreement through pondering views, by probability, or by the thought, ‘This contemplative is our teacher.’ When you know for yourselves that, ‘These qualities are unskillful; these qualities are blameworthy; these qualities are criticized by the wise; these qualities, when adopted & carried out, lead to harm & to suffering’ — then you should abandon them. (Anguttara Nikaya III.65, Kalama Sutta)

Salah satu hal yang membuat gw kagum kepada Sang Buddha Gautama adalah ajaran-Nya yang menyarankan untuk selalu tidak percaya begitu saja terhadap segala informasi, termasuk terhadap ajaran-Nya sendiri ๐Ÿ™‚ Semuanya harus dipelajari dulu dengan seksama. Kalau informasi atau ajaran itu dirasa tidak berguna, tercela, dapat mengakibatkan kerugian dan penderitaan, sudah selayaknya tidak diterima atau dipercaya. Demikian sebaliknya. Bagaimana menurut Anda? ๐Ÿ™‚

Oh ya, Selamat Memperingati Hari Tri Suci Waisak 2549 bagi seluruh umat Buddha. Happy Vesak! May all beings live in happiness ๐Ÿ™‚

Ikut Berburu Pusaka Surabaya

Berburu Pusaka SurabayaMinggu 15 Mei 2005 kemarin, gw ikutan Berburu Pusaka Surabaya. Hei, jangan buru-buru mengkaitkannya dengan perburuan harta karun, benda-benda keramat, atau hal-hal lain yang berbau klenik! ๐Ÿ˜‰ Berburu Pusaka Surabaya adalah acara hunting photo untuk mengabadikan sisi-sisi menarik dari sejumlah tempat bersejarah di Surabaya, yang digelar oleh Majalah Mossaik (majalahnya Radio Suara Surabaya) ๐Ÿ™‚

Dengan membayar sejumlah 75ribu per orang, para peserta yang semuanya diharuskan menggunakan kamera digital dibawa ke tempat-tempat bersejarah seperti House of Sampoerna (HoS), Pelabuhan Rakyat Kalimas, Kembang Jepun dan Jembatan Merah, dan Hotel Majapahit ๐Ÿ˜ˆ

House of Sampoerna menjadi lokasi pemotretan pertama sekaligus tempat ngumpul ๐Ÿ™‚ Setelah motret-motret bentar di HoS, kita diantar menuju ke Pelabuhan Rakyat Kalimas dengan dua bus wisata yang berAC dan dikawal oleh polisi (vojrider) segala. Kayak pejabat penting aja… he he he ๐Ÿ˜†
Continue reading…

Jalan Tol Surabaya-Gempol Kurang Mulus

Gw termasuk orang yang jarang menggunakan jalan tol. Untuk dalam kota, bisa dibilang gw gak pernah memanfaatkan jalur jalan tol. Kalau keluar kota lain lagi. Kemarin pagi gw harus ke Malang untuk urusan motret. Seperti biasa, dari Surabaya ke Malang maupun sebaliknya, selama ini gw tahunya harus lewat jalan tol Surabaya-Gempol biar cepat nyampe… Apalagi gw harus tiba di Malang sebelum jam 09.30.. Apalagi gw baru berada di mulut jalan tol sekitar jam 7… Apalagi lokasi acara persisnya ada di Batu…Butuh waktu lagi… ๐Ÿ˜€

Pas udah masuk jalan tol Surabaya-Gempol, iseng-iseng gw perhatikan permukaan jalannya. Ternyata sebagian besar aspalnya udah tampak tipis dan di sana-sini terdapat lubang-lubang kecil. Sudah gitu, pada kilometer-kilometer tertentu permukaan jalannya agak bergelombang ๐Ÿ™

Hal yang sama juga gw temui di sisi jalan sebelahnya ketika dalam perjalanan balik ke Surabaya siangnya. Jalannya kurang mulus. Bahkan di ruas jalan keluar menuju pintu keluar Waru, ada lubang yang cukup gede untuk ukuran jalan tol yang seharusnya terbebas dari masalah-masalah seperti itu! ๐Ÿ˜ฏ

Ketika barusan ambil kartu/tiket di pintu masuk Gempol, gw melewati sejumlah anak kecil yang sedang bersiap-siap untuk menyeberang jalan tol itu! ๐Ÿ˜ฏ Dan saat itu, gw tidak melihat ada petugas yang mungkin bisa mencegah mereka. Padahal tidak jauh dari situ terdapat jembatan penyeberangan yang menghubungkan kedua sisi ruas jalan tol itu… Mengerikan! ๐Ÿ˜ก

Ternyata benar juga cerita-cerita yang gw dengar selama ini di salah satu radio di Surabaya dari para pendengarnya mengenai kondisi jalan tol di Surabaya dan sekitarnya yang kenyamanan dan keamanannya semakin memprihatinkan… ๐Ÿ˜

Cara Kompas Menghadapi Kritik

Kemarin sore, sambil minum kopi, gw sempat tertawa geli ketika membaca sebuah artikel singkat di Kompas yang berjudul “Tendangan Milis“. Habis, lucu sih! ๐Ÿ˜†

Kalau diperhatikan lebih jauh, artikel yang terpasang di rubrik Teknologi Informasi-nya Kompas itu sepertinya merupakan tanggapan terhadap isi salah satu posting di milis ITB bersubjek “Kompas: Obyektivitas Pers yang Hilang” (yang kemudian di blow up detikcom).

Wajar-wajar saja kalau pihak Kompas menulis tanggapan atas sebuah posting di milis yang kebetulan menyebut-nyebut nama institusi mereka. Hanya saja yang menarik dari artikel itu adalah nuansanya itu loh… Emosional, lucu, dan memprihatinkan (kalau tidak mau disebut norak). He he he ๐Ÿ˜†

Lihat saja. Alih-alih mempelajari dan menginvestigasi kebenaran isi posting tersebut, nampaknya Kompas -melalui artikel singkat itu- malah lebih suka mempertanyakan kredibilitas milis! ๐Ÿ™„

Masalahnya, sering kali milis ini menjadi tidak memiliki kredibilitas dalam memberikan analisis dan persoalan yang sedang dihadapi.

Satu hal yang tidak dimiliki oleh milis, betapa pun akuratnya informasi yang dimilikinya, adalah kredibilitas. Dan percayalah, kredibilitas ini tidak bisa tegak hanya dalam beberapa hari saja, apalagi hanya melalui milis, yang fungsinya menampung aspirasi para anggotanya sendiri.

Di samping soal kredibilitas, bagian lain dari artikel itu juga menyorot soal “orang-orang yang merahasiakan identitas dirinya dengan berbagai tujuan” dan ditambah menuduh mereka “menjadi monyet”… ๐Ÿ˜ฏ

SEMUA orang bisa menjadi monyet di jaringan internet, menjadi pepatah yang menggambarkan betapa kemajuan teknologi komunikasi informasi ini menjadi sangat rawan dalam diseminasi informasi. Apalagi untuk Indonesia, di tengah pertumbuhan jaringan internet yang pesat dan suasana demokrasi yang meriah, apa saja bisa terjadi.

Apalagi, milis sering kali ditulis oleh orang-orang yang merahasiakan identitas dirinya dengan berbagai tujuan, yang hanya diketahui oleh penulis anonim tersebut. Ketika penulis milis ini anonim, segera saja ia menjadi monyet yang dengan nakalnya mempermainkan orang-orang.

Entah pertimbangan apa yang digunakan sehingga dengan mudahnya langsung memutuskan bahwa milis tidak punya kredibilitas. Apakah hanya karena ada posting di milis itu yang membuat pihak Kompas tersinggung lantas milis menjadi tidak punya kredibilitas?
Continue reading…

Banana Leaf yang Tidak Jualan Daun Pisang

Udah lama pengen nyoba, baru sekitar dua minggu lalu gw dan istri bisa berkunjung ke resto Banana Leaf yang berada di daerah Manyar Kertoarjo, Surabaya. Ini adalah cabang dari resto bernama sama yang ada di Mayjend Sungkono, Surabaya.

Suasana resto ini cukup nyaman. Dengan interior bergaya minimalis yang didominasi warna coklat tua. Sayangnya ada salah satu hiasan berwarna merah yang dipasang di dinding sebelah belakang yang agak merusak suasana. ๐Ÿ™

Begitu duduk dan disodori buku menu bergambar daun pisang, gw buru-buru langsung nyari menu yang ada unsur daun pisangnya atau setidaknya ada unsur pisangnya. Eh, ternyata gak ada ๐Ÿ™ He he he :mrgreen:

Ya udah, akhirnya kita milih dari menu yang ada aja. Rata-rata yang ditawarkan berjenis seafood. Gw milih Kepiting Gembos Telur Asin, sementara istri gw nunjuk Cumi Goreng Salad Mangga. Trus kita masih menambahnya dengan Nila Bakar Jimbaran. :plok:

Banana Leaf

Bagaimana rasanya? Continue reading…

Seberapa Panjang Sih Durasi Film di “Janji Joni”?

Janji JoniSeberapa panjang sih durasi film di “Janji Joni“? Ya, ini bukan salah ketik. Bukan seberapa panjang durasi dari film “Janji Joni”, melainkan seberapa panjang durasi film yang ada di di “Janji Joni” sehingga selama film itu diputar, sang pengantar rol film masih sempat-sempatnya melakukan berbagai kegiatan seperti nyeberangin orang buta, ngejar maling sepeda motor, terpaksa ikut nganterin istrinya sopir taksi ke rumah sakit bersalin hingga proses ngelahirin, pingsan, berperan jadi figuran film, bantu orang yang (pura-pura) dijambret, ngejar maling tas, ngeband, dikejar orang sekampung karena disangka, ngobrol sama seniman gila, dan lain-lain? Padahal itu semua masih ditambah dengan durasi dari rol film terakhir yang masih dibawa ke mana-mana tadi itu oleh si pengantar rol film. Asal tahu saja, film “Janji Joni” sendiri hanya berdurasi 85 menit! ๐Ÿ˜ˆ ๐Ÿ˜†

Biarlah kita bertanya-tanya dengan seberapa panjang durasi film yang sedang diputar di bioskop tempat Joni (Nicholas Saputra) bekerja. Dan semakin bertanya-tanya dan terheran-heran ketika pada adegan Joni akan menolong Voni (Rachel Maryam) yang sedang (pura-pura) mempertahankan tasnya dari penodong, ia sempat berkata kalau waktunya tinggal 30 menit lagi biar bisa tiba di bioskop tepat waktu, padahal setelah itu ia masih harus mengejar Voni yang membawa kabur tasnya, mengorek info dari adiknya Voni (Dwiky Riza), ikutan ngeband, dan ngobrol dengan si seniman gila yang bandar maling (Sujiwo Tedjo). Biarlah. ๐Ÿ˜

Mungkin bagi sutradara dan penulis naskahnya (Joko Anwar) yang lebih penting adalah bagaimana menggambarkan perjuangan Joni dalam menepati janjinya kepada seorang cewek cakep (Mariana Renata) yang baru dikenal di lobi bioskop. Agar si cewek cakep mau memberitahu namanya, Joni berjanji gak akan telat ngantar rol film yang hari itu akan ditonton si cewek bersama Otto (Surya Saputra), pacarnya yang arogan.
Continue reading…